Aku berada di ruangan gelap. Seluruhnya gelap. Tidak ada yang memperhatikanku. Aku di dalam ruangan ini dalam waktu yang cukup lama.
Aku kesepian, aku ingin keluar dari ruangan ini tapi tanganku terbelenggu. Bukan ikatan belenggu tampak, tapi ini tidak tampak dan sangat kuat.
Tapi … dirimu datang melepaskan belenggu ini. Aku begitu senang. Aku … sangat bodoh.
***
“Yang, besok Aniv loh. Ketemuan di cafe yuk?”
“Eh iya sayang. Aku lupa,” balasku. Sudah pukul 01.00 pagi dan aku masih saja chatting-an sama pacarku. Dialah laki-laki yang membebaskanku dari belenggu ini.
“Jangan lupa loh ya. Dan kamu harus datang pukul 12.00 siang. Jangan datang terlalu cepat. Nggak baik loh. Awas loh kalau terlalu cepat datang.”
“Iya sayang,” balasku sambil tersenyum lebar. Dia memang sering janjian seperti itu. Dia tidak ingin aku datang terlalu awal. Aku tidak tahu alasannya. Aku hanya mengikuti apa yang dia katakan.
Aku membaringkan badanku di kasur yang empuk. Tidak sabar rasanya untuk ketemuan besok. Hmm … besok aku pakai baju apa ya?
“Eh … dengar nggak. Si Andri itu semalam jalan sama cewek lain loh. Aku kira itu kamu ternyata bukan,” kata Resa sahabatku. Dia paling tidak setuju aku pacaran dengan Andri.
“Kenapa sih? Jangan berpikiran buruk dulu. Bisa jadi kan cewek itu temannya.”
“Main rangkul-rangkulan segala lagi. Mana ada teman main rangkul-rangkulan.”
“Ada! itu!” aku menunjuk Dedi. Dedi merangkul Siti dengan mesranya. Tapi itu hanya bertahap 1 menit saja. Setelah itu, Siti marah dan memukul hidup Dedi. Hahaha hidung Dedi mengeluarkan banyak darah tuh.
Memang sudah sering aku mendengar kabar Andri selingkuh dengan cewek lain. Tapi entah kenapa aku tidak percaya. Aku percaya saja apa yang dikatakan Andri. Dia mengatakan dia mencintaiku seutuhnya. Aku percaya itu.
Kalau tidak, mana ada cowok yang romantis itu kepadaku. Walaupun kadang dia menghindar juga sih. Tapi … itu kadang-kadang.
Dia romantis bangat. dia memberiku setangkai bunga.
Walaupun ada beberapa waktu yang aku tidak boleh menemuinya. Hmm … tapi kan itu privasi orang. Nggak boleh ikut campur.
“Kamu hari ini Aniv kan? Gimana?” tanya Resa.
“Di cafe tapi aku harus datang pukul 12.00 nggak boleh kecepatan.”
“Kenapa?”
“Entah!” kataku sambil mengangkat bahu.
Resa pun memberikan ide kepadaku. Dia memberikan sebuah sugesti sehingga aku mau apa yang dia katakan. Dan aku bersyukur banget walaupun itu sangat menyakitkan.
***
Berkat Resa aku datang pukul 11.00 siang. Aku begitu semangat. Aku memilih duduk di sudut ruangan. Aku memakai baju yang tidak biasanya. Biasanya aku memakai baju feminim, kini memakai baju yang terkesan tomboy. Sekali-kali tidak apa-apa mengubah gaya.
Pukul 11.20 lebih sedikit. Tiba-tiba cowok dan cewek duduk di samping mejaku. Aku yakin mereka pacaran. Mereka sangat mesra.
“Sayang aku hamil loh. Kamu mau kan tanggung jawab?”
“Iya sayang. Aku bakal tanggung jawab. Tapi minum pil ini dulu ya,” eh … set tuh cowok kurang asam bangat ya! Hamili cewek orang terus ngasih pil. Aku yakin itu pil menggugurkan kandungan. Tanpa sengaja suara mereka terdengar ke telingaku.
Aku memalingkan wajahku ternyata … itu Andri. Jadi, Andri menghamili cewek lain? Yang artinya dia memang selingkuh?
Aku langsung menghampiri Andri. Dia begitu terkejut. Aku tidak ingin basa basi lagi. Dengan keras aku memberikan tinjuku ke hidung Andri. Setelah itu aku meninggalkannya.
Sumber : bacacerpen.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H