Setelah kejadian itu, secara ajaib dia datang di depan kelasku. Dia bahkan menyapaku di kampus. Aku langsung pura-pura tidak kenal.
Semua orang heboh karena aku ternyata mempunyai teman laki-laki. Teman-temanku menganggap kalau aku ini perempuan kuper yang teman sejenisnya saja tidak punya.
“Kamu kenapa sih? Menggangguku lagi! Sudah puas kamu membuat keributan di kelas!” itu kataku ketika di kantin. Dia mengekorku.
“Enggak sih, setidaknya katakan dulu no. hpmu,” katanya sambil memegang hpnya. Dasar! Kurang garam.
“Ini xxx-xxx-xxx,” aku memberikan no.hpku dan dia langsung pergi meninggalkanku. Udah aneh, kurang garam lagi!
Dan pada malam harinya dia langsung smsku. Aku awalnya tidak membalasnya tapi ribuan sms menghujaniku. Terpaksa aku membalasnya. Itulah awal kedekatan kami.
***
Dua bulan berlalu, aku tidak sadar kalau kami sudah sedekat ini. Awalnya dia memang menghujaniku ribuan sms sampai aku menjawabnya. Tapi sekarang, aku yang menghujaninya ribuan sms. Aku merasa ada yang hilang bila tidak berhubungan dengannya.
Dulu dia yang berusaha untuk bertemu denganku. Aku akui kalau aku cuek sekali kepadanya. Aku bahkan tidak menganggap dia adalah orang yang aku kenal. Tapi dia tidak menyerah. Dan sekarang, aku yang berusaha ingin bertemu dengannya.
Keadaan kamu terbalik. Yang awalnya aku yang cuek kini dia yang cuek. Apa yang terjadi? Apakah ini karma?
Dan hatiku mulai dimasuki oleh rasa rindu. Rasa ini sungguh tidak mengenakkan. Rasa ingin bertemu dengannya, bersapa dengannya, kalau bisa bercanda dengannya. Tapi … aku tidak dapat melakukan hal itu.