“Kamu juga!” kata Andi dengan kasarnya.
“Dasar laki-laki buaya!”
“Dasar cewek murahan!” Andi langsung menampar Sasa. Sasa pun ambruk ke tanah sambil memegang pipinya. Aku yakin tamparannya sangat kuat. Soalnya suaranya terdengar jelas di telingaku.
Dan setelah Andi pergi, aku langsung menghampiri Sasa. Aku masih melihat dia menangis. Aku merasa kasihan kepada Sasa? Tidak, aku tidak kasihan. Justru aku tertawa. Mereka berdua sama-sama selingkuh dan saling menyalahkan satu sama lain. Hello … mendingan keduanya sama-sama sadar.
***
Wah … hari yang pas. Suasananya juga cerah, tidak begitu panas. Aku langsung memperkuat ikatan tali sepatuku dan langsung berlari. Pertama aku harus melewati meja. Hop, dengan satu gerakan aku berhasil melewatinya.
Memanjat tembok? Itu mah gampang. Tembok setinggi kurang lebih tiga meter berhasil aku panjat. Dan setelah melewatinya, aku melihat adegan seru lagi!
“Andi! Pokoknya hari ini kita putus!” kata Sasa dengan penuh emosi. Dia juga memegang lengan baju Andi. Wah … tomboy juga cewek itu.
“Apa? Putus? Kamu pikir kamu siapa? Kamu hanyalah cewek murahan! Kamu tidak pantas putus denganku!” yaelah bilang aja masih sayang, masih cinta, makanya tidak mau putus. Jangan pakai kata-kata kasar itu.
“Aku tidak mau melanjutkan hubungan ini lagi! Aku sudah muak! Pokoknya kita putus! Aku sudah punya pacar yang lebih ganteng dari kamu!”
“Dengar ya! Aku juga punya cewek yang lebih cantik daripada kamu. Tapi aku tidak mau putus denganmu. Kamu pikir kamu siapa?” yaelah, dasar cowok aneh. Pakai alasan itu segala.