Mohon tunggu...
Amrin Pandiangan
Amrin Pandiangan Mohon Tunggu... Jurnalis - Magister Sosiologi

Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang Pemerhati Sosial, Budaya, Pendidikan, Politik Socio Therapist Public Speaker

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Benturan Kesadaran Berpikir Era Kegelapan dan Sepercik Pemikiran Sosial Saat ini

9 Desember 2021   14:52 Diperbarui: 9 Desember 2021   14:58 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:  bsuphilosophyconfe.wixsite.com

Penolakan Dan Munculnya Gerakan Baru

Filsafat keilmuan yang ditampilkan pada masa abad pertengahan amatlah sangat sedikit, dominasi pemikirian secara teologis dan beralirkan spiritualis menjadi penghambat kemajuan pada masa itu. Ketika gereja menjadi semakin powerfull (kuat) dengan produk penjualas surat penghapusan dosa, muncul gerakan-gerakan perlawan terhadap tindakan tersebut. Gerakan baru penolakan sistem yang di bangun gereja katolik saaat itu dengan reformasi gereja. Tokoh-tokoh yang terlibat atau yang berperan pun bukanlah orang-orang biasa, kebanyakan merupakan tokoh-tokoh filsuf yang merupakan keluaran dari sekolah-sekolah theologia yang lebih memandang kepada sisi kemanusiaan atau humanisme. Martin Luther, Erasmus, Jhon Calvin, Ulrich Zwingli merupakan beberapa tokoh yang berperan menghadirkan pemikiran baru dari sistem pengetahuan kegerejaan.

Disisi lain dapat kita lihat seperti Copernicus dengan teori heliocentris, menjelaskan bagaimana bahwa susunan tata surya berpusat kepada matahari. Dalam hal ini memang sangat bertolak belakang dengan pendapat kaum geraja saat itu, dan segala buku karyanya dibakar atau dilenyapkan oleh gereja. Galileo juga bernasib yang sama ketika ia menjabarkan sebuah konsep geocentrisme yang menyatakan bahwa bumi itu bukan datar melainkan bulat. Galileo pun jadi salah satu tokoh yang melakukan konsep pemikiran dengan metode secara kuantitatif, tidak sekedar melakukan pengamatan secara kualitatif.

Dalam tahapan lanjut gerakan pemikiran-pemikiran barupun mulai bermunculan, dimana adanya suatu keinginan untuk bebas berpikir dan menciptakan suatu penemuan baru yang berfokus kepada humanisasi. Renaissance cikal bakal dari pembaharuan pemikiran, dimana dalam perkembangannya memunculkan penemuan-penemuan yang berguna bagi kehidupan manusia, baik dari revolusi seperti Thomas Alva Edison dengan penemuan bola lampunya, James Watt dengan mesin uapnya. Bahkan munculnya Declaration of the Rights of Man and of the Citizien yang berkumandang pada kala revolusi perancis juga merupakan sebuah efek sosial dari keterbukaan berpikir.

Garis lurus kehidupan saat ini

Dalam hal penganalisaan secara sosiologis yang ditarik dari gari historis saat ini, kita dapat melihat bagaimana agama yang merupakan sebuah sistem yang dipakai oleh beberapa orang atau pun kelompok untuk menekan pemikiran rasionalnya. Dalam kasus sosial saat seperti ini dapat dilihat dari banyak yang menjadi kan hal ini sebagai politik idenditas dimana yang mengedepankan golongan tersendiri. Ada pula beberapa onkum yang tentunya menjual surga berdasarkan pemikiran irasionalitas agamanya dan serta menyatakan kebenaran mutlak dari kepercayaannya. Wajar saja ketika Karl Marx mengatakan bila agama adalah candu dalam masyrakat, karena ia melihat kondisi masyrakat yang telah dicekoki oleh doktrin yang kuat mengakibat pola pemikirannya menjadi lebih bersifat subjektif dan irasional.

Prof. Dr. Nurcholish Madjid, M.A. dalam bukunya Islam Doktrin dan Perdaban pernah menyatakan Tetapi ketika mereka juga menghancurkan ilmu pengetahuan karena tidak sejalan dengan ajaran Kitab Suci mereka, maka yang sebenarnya mereka lakukan ialah mencampakkan ilmu pengetahuan, dan sebagai gantinya mereka tegakkan dongeng-dongeng yang tidak masuk akal, sesuai dengan pemahaman harfiah mereka kepada kitab suci. Akibatnya ilmu pengetahuan pun mati, malah orang atas nama iman melawan ilmu pengetahuan.

Isu-isu sosial yang beraromakan SARA jauh akan lebih mudah diminimalisir apabila setiap individu dalam masyarakat mampu berpikir kritis. Sehingga dapat membedakan wacana-wacana yang muncul dimana ada trend negatif sebagai upaya pemecah belah persatuan. Pemahaman akan kemajemukan menjadi salah satu landasan dasar ideologi dan falsafah negara Indonesia. 

Kemerdekaan berpikir sejatinya bukan untuk mencuci pola pikir masyarakat kearah yang bersifat konservatif maupun radikal, melainkan menuntun masyarakat agar dapat mengikuti perubuhan sosial serta perubahan perkembangan zaman tanpa menghilangkan nilai-nilai kemanusian dan persatuan.

Saat ini kita hidup dalam era dimana tekhnologi yang berkembang sangat pesat, layaknya iman spiritualis hanya bersifat personal tidaklah dibawa kedalam permukaan yang umum dan dijadikan suatu alat untuk menyalahkan kelompok lain atau membenarkan kelompoknya.

Kemerdekaan berpikir saat ini menjadi salah satu pembeda zaman dengan masa kegelapan abad pertengahan dimana setiap orang hanya berpikir tentang ketuhanan bukan kemanusiaan serta kemajuan tekhnologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun