Mohon tunggu...
Amril Taufik Gobel
Amril Taufik Gobel Mohon Tunggu... Insinyur - Smiling Blogger, Restless Father, Lovely Husband and George Clooney wannabe :) See my Blog: http://daengbattala.com

Amril Taufik Gobel lahir di Makassar, 9 April 1970 dan lulusan Fakultas Teknik Jurusan Mesin UNHAS Angkatan 1989. Saat mahasiswa, pernah menjabat sebagai Redaktur Pelaksana Penerbitan Kampus Identitas (1992-1993) dan pendiri sekaligus Pemimpin Redaksi Surat Kabar Mahasiswa Fakultas Teknik UNHAS "Channel 9" (1991-1992). Seusai diwisuda tahun 1994, ia merantau ke Jakarta. Saat ini bekerja sebagai Direktur Eksekutif PT KPM Oil & Gas, Jakarta dan berdomisili di Cikarang. Ayah 2 anak ini juga mengelola blog pribadinya di www.daengbattala.com (pernah memenangkan blog favorit kategori Bahasa Indonesia dalam Lomba Blog International yang diadakan oleh The Bobs pada tahun 2010) serta menjabat sebagai Vice President Asean Blogger Chapter Indonesia sejak 2011. Telah menghasilkan 3 buku dari aktifitasnya ngeblog dan 2 diantaranya diterbitkan secara self publishing lewat www.nulisbuku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Flash Fiction: Takdir Tak Terlerai

10 April 2022   17:02 Diperbarui: 10 April 2022   17:03 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daun Retak (sumber : pixabay.com)

Hening. Sunyi.

Di ujung telepon aku hanya mendengar helaan nafasnya yang berat.

"Jadi beneran mbak tidak marah?", terdengar suara adikku bergetar.

"Lho, kenapa harus marah?", sergahku gusar

"Karena Titin melangkahi mbak, menikah lebih dulu,"sahutnya pelan

"Tidak apa-apa. Tak usah kamu merasa bersalah, Tin. Jodoh di tangan Tuhan, suatu ketika mbak akan menikah juga nanti,"kataku dengan berusaha menjaga intonasi suara dengan tenang, padahal batinku bergejolak riuh.

"Tapi seharusnya mbak pulang dong, menghadiri acara sepenting ini dalam hidupku,"ujar Titin dengan nada kesal.

Aku menghela nafas panjang lalu menggigit bibir.

Hening lagi.

"Mbak?"

"Ya, Tin. Kebetulan di saat yang sama mbak ada tugas yang tak bisa ditolak dari atasan. Tenggat waktunya sangat ketat dan mendesak untuk diselesaikan segera," jawabku tegas.

Titin mendesah, aku menangkap nada kecewa disana.

"Tolong kamu mengerti, Tin..Mbak doakan semoga pernikahanmu dengan mas Yoga berjalan lancar ya,"kataku menenangkannya.

"Iya mbak, terimakasih,"sahut Titin kemudian menutup telepon.

Airmataku tiba-tiba menetes.

Dadaku terasa sesak.

Aku membatin: Maafkan mbak, aku hanya tidak ingin melihatmu bersanding di pelaminan bersama mas Yoga. Lelaki yang tiba-tiba memutuskan hubungan denganku setelah 3 tahun kami bersama, hanya seminggu sebelum melamarmu.. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun