Berkali kali lelaki itu merutuki kebodohannya.
Mengabaikan perasaannya paling dalam kepada perempuan sederhana namun rupawan yang dia sukai, hanya demi harga diri sebagai lelaki kaya, tampan dan terkenal--lalu kemudian, ketika semua akhirnya berlalu dan diketahuinya perempuan itu telah jadi milik orang lain, tinggal penyesalan tertinggal di hati.
Lelaki itu hanya bisa berapologi dan berkata dalam hati dengan pilu: "bukan jodohku".
Dan kini, kesempatan itu datang kembali.
Pada sebuah konferensi pers peluncuran film barunya.
Perempuan sederhana dan rupawan yang menjadi impiannya itu kembali hadir dihadapan. Sebagai seorang wartawan media online juga fans dirinya , seorang artis film bermasa depan gemilang.
"Sejak dulu saya mengagumi abang. Tidak hanya tampan, juga rendah hati", ucapnya memuji sambil tersipu.
" Sayang, bukan jodoh ya" sahutnya dengan nada getir. Namun tiba-tiba lelaki itu merasa tak elok mengutarakan kalimat konyol itu. Harga dirinya terusik. Sebuah kekeliruan yang fatal.
"Maaf.. Maksud saya bukan begitu, sayangnya, kita baru ketemu lagi sekarang," ralatnya buru-buru dan gugup.Â
Pipi perempuan itu sontak bersemu merah. Ia terlihat makin cantik.