Pada sungai Martapura yang deras mengalirkan asa hingga ke hulu
Kita senantiasa menitipkan helai rindu agar hanyut dan larut
Bersama desir rasa tertahan yang kita pendam masing-masing dalam pilu
Pada kelezatan soto Banjar yang kita santap sore itu
Ada kemilau senyummu yang mampu melerai gundah
Mencipta kesejukan laksana keteduhan dedaunan Tengkawang Tungkul
Mengokohkan pesonamu bagai kekar pohon ulin yang tegak berdiri
Di Tabalong, di Tabalong, kita merajut kenangan
Menafikan waktu yang berlari bergegas
Dengan memaknai setiap detik pertemuan kita dalam rona bahagia dan bersahaja
Mengabaikan riuh pompa angguk mengalirkan minyak dan derap langkah cepat pekerja tambang menuju bis jemputan
Menikmati parasmu yang ranum bagai mangga kasturi
Sembari menyantap Gangan Paliat dan Amparan Tatak yang lezat
Kita menyesap fana dunia pada rasa syukur tak bertepi
"Pada akhirnya," katamu, "meski kelak kita tak lagi bersama, ikrar yang sudah kita kekalkan di hati, menjadi janji suci untuk tak mengkhianati"
Di Tabalong, di Tabalong, kita merajut kenangan
Meresapi musim demi musim
yang berlalu begitu saja menyisakan jejak-jejak perjalanan
namun tetap abadi berpendar bagai api di tugu obor
serta gemericik indah air terjun riam Mambanin dimana kita menadah kangen yang menelusuri jemari
Luruh dalam senyap bersama senja yang membawa kelam
dan keniscayaan untuk pulang
kembali menuju tepian takdir kita
Yang tak terlerai..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H