Mohon tunggu...
Amrillah ToDewi
Amrillah ToDewi Mohon Tunggu... -

Aku adalah Aku, Aku penguasa Jiwaku dan tidak ada yang berkuasa atasku, kecuali Tuhanku...!

Selanjutnya

Tutup

Bola

"Chelsea vs Manchester United: 'Jas Merah' untuk Setan Merah"

24 Oktober 2016   03:51 Diperbarui: 24 Oktober 2016   04:28 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

TERAKHIR kali Mou pulang ke Stamford Bridge sebagai lawan adalah ketika ia membawa Inter Milan mengalahkan Chelsea dalam ajang Liga Champions Eropa 2009/2010. Ketika itu ia mengantarkan Samuel Eto'o dan kolega meraih kemenangan 0-1 atas Chelsea yang berada di bawah asuhan Carlo Ancelotti.

Kali ini dalam kepulangannya yang kedua, tak perlu melintasi batas Negara, tentunya di lain sisi tekanan jauh berbeda. "Saya sungguh tidak peduli akan hal tersebut (mendapat pujian ataun cacian). Jujur saja, ketika saya pergi memimpin tim saya ke sebuah pertandingan, saya hanya fokus pada pertandingan itu saja, tidak kepada hal yang lain. Saya juga lebih sibuk mempersiapkan tim daripada memikirkan tentang respon pendukung terhadap saya," ujarnya seperti dilansir Daily Mirror. Yaa, tidak peduli, catat.

***
Suatu ketika di Old Trafford, ruang ganti pemain tetiba hening. Salah satu sepatu melayang dan membentur pelipis pemain bernomor punggung 7. Singkat cerita, dimusim berikutnya David Joseph Beckham tak lagi mengenakan nomor punggung 7, bukan lagi berseragam Manchester United. Bintang sepakbola itu telah menandatangani kontrak dengan Real Madrid, mengenakan Nomor punggung 23.

Dalam otobiografinya "Alex Ferguson; My Autobiography" mengatakan, "Begitu seorang pemain Manchester United merasa lebih besar dari manajer, maka ia harus keluar." Dan, Beckham pun merasakan konsistensi prinsip seorang Sir Alex Ferguson.

Manajer dalam filosofi sepakbola Sir Alex adalah representasi tim atau pemain dilapangan. Tak ada seorang pemain yang boleh merasa besar dari manajernya. Menjadi pemain bintang boleh, melampaui kapasitas sebagai seorang pemain tentu haram baginya. Hal ini demi menjaga keseimbangan tim. Namun ia pahami, seorang manajer pun tak boleh melampaui kapasitas sebagai manajer, tak boleh merasa besar dari klub itu sendiri. Sebab klub itu "out-and-out", komprehensif, bahkan untuk pemilik klub sekalipun. Salut Sir Alex !!

***
Kesebelasan yang diasuh Mourinho sudah beberapa kali menunjukkan kelemahannya dalam menghadapi kesebelasan dengan skema tiga bek, berbeda dengan keahliannya dalam istilah 'parkir bus'. Ia pun selalu kesal jika pemain sayapnya tidak melakukan track back mengawal wing-back lawan yang sedang naik menyerang.

Conte ingin mencatatkan hal yang sama seperti yang sudah ditorehkan oleh Mourinho. Disinilah awal, jalan panjang mewujudkan harapan menjadi kenyataan. Setidaknya sampai saat ini, Mourinho masih menjadi manajer terbaik sepanjang sejarah Chelsea.

Skema tiga bek sepertinya telah di pertimbangkan Conte untuk mengalahkan Manchester United di Stamford Bridge jauh hari sebelum pertandingan. Dan benar saja, hal itu diterapkan. Hasilnya; Menang.

Kombinasi Ander Herrera dan Marouane Fellaini di posisi double pivot tak effisien dibuatnya. Fellaini dengan kekuatan fisikalnya pun hanya terlihat berlari-lari kecil, sesekali mengandalkan tubuh jangkungnya untuk berbenturan saja. Kerja keras Antonio Valencia disisi kanan lapangan tak membuahkan hasil oleh Ibrahimovic sebagai ujung tombak. Pogba? De Gea? Ahh, sudahlah... 4 goal bersarang tanpa satu goal balasan.

Pasukan Mourinho harus kembali ke Old Trafford tetap dengan kepala tegak. Kekecewaan Mancunian, - sebutan untuk penduduk asli kota Manchester - (jadi, sebenarnya saya bukan Mancunian) sesegera mungkin harus terobati.

'The special One' mestinya bisa berkaca lagi dari sekarang, diberi keleluasaan oleh "Glazer Brotherhood" sang pemilik Manchester United, bukan berarti merasa diri lebih besar dari klub yang meng-upahinya untuk menjadi seorang manajer. Lupakan romantisme lalu dengan Abramovich. Di Teater Impian, "Jangan sekali-kali melupakan sejarah."

#GloryGloryManchesterUnited
#UnitedTogether

*Masamba, 24 October 2016_ [ATD].

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun