Mohon tunggu...
Amrillah Fajri
Amrillah Fajri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Belajar menulis untuk sebuah karya! Mahasiswa Teknik Industri, Universitas Mercubuana Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Nature

Yahh.. Banjir Lagi !

26 Juli 2011   05:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:22 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti biasa, aktifitas yang selalu aku jalani, hari ini cuaca sangat bersahabat, dari mulai pagi hingga sore hari suasana adem (mendung dikit) menyelimuti Jakarta. Matahari akan segera tenggelam diiringi rintik – rintik air hujan.

Secangkir kopi menemani sore hariku sambil membaca status pesbuk dan artikel Kompasiana pastinya. Matahari semakin tenggelam bacan demi bacaan pun semakin menarik, mulai dari politik, green, hingga pasar tradisional pun menjadi berita headlines. Hujan mengguyur kota Jakarta dan sekitarnya. Derasnya hujan membuat perutku terasa lapar. Hingga ahirnya aku memesan mie ayam (tetangga).

Hujan semakin deras, angin kencang, dengan lahap aku menyantap mie ayam. Terdengar suara embah (pedagan mie ayam) menyeletuk “wahh motor – motor udah pada ngegerung (teriakan suara mesin motor) pertanda air sudah naik”, tidak terasa mie ayam yang lezat dengan suasana dingin masuk kedalam perutku. Hujan tak kunjung reda. Aku teringat akan celetukan embah tadi dan menyadari bahwa yang dimaksud adalah pertanda banjir. Aku keluar Dengan membawa gelas yang belum sempat diminum, ternyata benar tamu tak di undang itu datang “yahh.. banjir lagi…” teriakku setelah meneguk segelas air.

Pemandangan seperti ini sudah tidak asing lagi, dalam waktu 60 menit level air sudah mencapai diatas mata kaki orang dewasa. Sambil melamun saya memperhatikan sekitar, tiba – tiba datang bajaj dengan kecepan kencang memecah genangan air sehingga saya terkena cipratan air “sial tuh bajaj, udah tau banjir malah ngebut…” celotehku.

Waktu sudah menunjukan pukul 20.50 WIB, hujan tak kunjung reda semakin lama level air semakin naik. Sampah – sampah berhamburan melengkapi hiasan banjir. Aku putuskan untuk menutup toko karena cuaca sudah tidak bersahabat lagi. Rekan berdagangku (Ujang panggilan akrabku) juga ikut menutup toko pulsanya, tak lama kemudian warung mie ayam.

Belum selesai semua barang dagangan kumasukan, terlihat satu persatu pengendara motor mendorong motornya. Sudah pasti mogok. Karna kedalaman air sudah mecapai lutut orang dewasa. Datang lagi pengendara bajaj yang dengan pede (percaya diri) menerabas banjir sehingga sampai ditengah – tengah bajaj itu tak terdengar lagi suaranya. “hmm.. nelen korban lagi..” tidak lama kemudian mobil angkot (angkutan umum) yang kebetulan tidak berisi penumpang ikut menjadi korban selanjutnya. Semakin banyak korban terutama motor, mobil, dan bajaj. hujan pun mereda tetapi belum benar – benar berhenti.

[caption id="attachment_125105" align="aligncenter" width="288" caption="level air makin naik (doc. pribadi,hasil jepretan kamera HP)"][/caption] [caption id="attachment_125108" align="aligncenter" width="300" caption="Motor - motor yang mogok (doc.pribadi)"]

1311656564498061854
1311656564498061854
[/caption]

Kebanyakan korban pengendara motor adalah motor matic. Ada sedikit tips untuk pengguna motor matic bila ingin menerabas banjir, usahakan gas atau rpm motor konstan, tahan rem semaksimal mungkin sambil menjaga keseimbangan. Dengan berjalan perlahan, focus, ingat gas harus tetap konstan jangan sampai turun atau berlebihan. Dan kalau bisa berjalan di belakang mobil agar si mobil memecahkan genangan air sehingga memudahkan dalam menjaga keseimbangan. Hati – hati jangan sampai kebablasan ngeGas bisa-bisa nabrak mobil yang di depan anda. Bila ada mobil dari arah berlawanan yang menghasilkan gelombang (dorongan) semaksimal mungkin menahan keseimbangan, dan harus gas tetap konstan diiringi rem depan dan belakang agar imbang. Jadi intinya dalam menerabas genangan air (banjir) gas atau rpm tetap konstan tidak boleh menurun, dengan catatan banjir tidak melebihi batas dari kenalpot. Selamat mencoba.

Sedang asik membantu motor yang mogok, seorang wanita menghampiri dan bertanya alamat “mas.. mau Tanya dong, kalau mau ke mall Taman Angrek lewat mana yah?” (boleh juga nih cewe.. ujan – ujan pake celana jeans sepaha, dengan jaket ketat. dalam hati) kemdian saya arahkan jalan menuju mall tsb (curi curi pandang dikit..hehe). Ahirnya motor yang tadi mogok bisa kembali di starter.

[caption id="attachment_125106" align="aligncenter" width="270" caption="sopir bajaj yang sibuk memperbaiki bajaj-nya (doc.pribadi)"]

131165624995366751
131165624995366751
[/caption]

Jalan semakin ramai dan macet. Sopir Bajaj yang hendak pulang ke pangkalan, melihat kawannya sedang memperbaiki bajajnya yang mogok. Dalam keadaan macet dan lahan untuk parkir pun tak ada, sopir bajaj tidak habis akal untuk memarkirkan bajajnya tepat diatas trotoar (taman). Huuuhh.. ada – ada saja kelakuan sopir bajaj, kalau belok saja hanya dia dan tuhan yang tahu, belum lagi asap knalpot yang ikut berpartisipasi dalam polusi udara.

[caption id="attachment_125107" align="aligncenter" width="300" caption="Bajaj yang parkir di atas taman (doc.pribadi)"]

13116563651491897420
13116563651491897420
[/caption] [caption id="attachment_125110" align="aligncenter" width="270" caption="Kang Ujang hanya termenung melihat banjir dan bajaj yang mogok.(doc.pribadi)"]
13116567001349658727
13116567001349658727
[/caption]

Lanjut aku merapikan barang daganganku dan bergegas pulang.

Banjir. Dalam hal ini pemerintah belum mampu mengatasi masalah banjir di Ibu kota maupun di daerah, siklus banjir tahunan dan 5 tahunan (tahun 2002, 2007 dan jangan samapai terulang di tahun 2012 akan datang)yang hampir menenggelamkan sebagian wilayah besar Jakarta. “Experience is the best teacher” pengalaman adalah guru terbaik, pemerintah harusnya belajar dari pengalaman banjir tahunan. Mengevaluasi sebab – akibat banjir, pelebaran dan pendalaman kali – kali, serta Perlunya Manajemen Banjir (pantonanews.com)

Tidak adil rasanya kalau hanya menyalahkan pemerintah, dalam hal ini seluruh lapisan masyarakat mempunyai peran penting. Mulailah dari dalam diri sendiri dengan membuang sampah pada tempatnya. Adakan kegiatan bulanan kerja bakti di lingkungan RT/RW setempat.

Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi ?

Dari kami, oleh kami dan untuk khalayak.

(A . F )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun