Mohon tunggu...
Amrih Setyowati
Amrih Setyowati Mohon Tunggu... -

aku mencintai hidupku apa adanya....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membentuk Karakter Kritis dan Kreatif pada Diri Anak

25 November 2010   04:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:19 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Anak kritis

Anak yang kritis memiliki sifat tidak pernah puas dengan suatu hal, selalu ingin tahu lebih banyak. Ia akan terus bertanya hingga meraih jawaban yang memuaskan. Dengan pengetahuan itu, anak akan tumbuh menjadi percaya diri, berpengetahuan luas, dan pemberani.Dalam mengembangkan daya kritis, anak memerlukan waktu yang lama dan bertahap. Selain itu, dibutuhkan juga kesabaran orangtua dalam mendidik anak sejak bayi hinggadewasa.

Daya kritis anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan EQ (Emotional Quotient) atau kecerdasam emosional. Kecerdasan emosional ini untuk mengenali, mengolah, dan mengontrol emosi agar mampu melakukan respons secara positif terhadap setiap kondisi yangmerangsangmunculnyaemosi-emositersebut.Berdasarkan penelitian, dalam diri anak peranan EQ memiliki kontribusi lebih besar dibanding IQ (intelligence Quotient). Hal tersebut disebabkan sepintar apapun anak, namun jika tidak bisa bergaul tentu akan mengurangi dia menyosialisasikan dan mengomunikasikankekritisannya.

Orangtua sebagai pendidik yang utama dan pertama dalam kehidupan anak memegang peranan penting, karena sebagian besar waktu dihabiskan di rumah bersama orangtua. Karena itu, orangtua berperan penting dalam pembentukanpribadi anak, yang pada akhirnyamenentukanprestasibelajaranakselanjutnya.Orangtua harus bisa memberikan motivasi pada anak yang bersifat eksternal,misalnya memberi dorongan semangat. Sebab, anak biasanya mempunyai kesulitan dalam memotivasi diri.Motivasiiniberkaitan denganrentangperhatianyangdimilikianak.Semakintekunanak,makarentangperhatiannya semakinbesar.

Saatmemasukiusiabalita,anakumumnyasemakinkritissaatitulahrasatahuanaksedang tumbuh. Semuanya ingin dipegang, dibuka, ditutup, dan ditanyakan. Padakondisiini, merupakan kesempatan bagi orangtua memberi informasi sebanyak-banyaknya. Selain itu,memberi mereka peluang untuk meraba, mencicipi, membuka, mencoba semua hal yang membuatnya penasaran. Sementara bila anak diberi penjelasan, ia akan terpancing untuk bertanya lebih dalam. Bahkan kadang membuat orangtua kebingunganmencarijawabanyangcocok.Cara lain untuk mengembangkan daya kritis anak adalah, memberinya permainan edukatif yang merangsang kemampuan motorik. Permainan tersebut akan membuatnya berpikir keras, mencari jalan hingga terbentuk permainanyangdiidamkannya.

Dalam mengembangkan daya kritis anak, orangtua harus sering mengajaknya bicara. Beri dia stimulus untuk bertanya hal-hal yang ingin diketahuinya, mencari jawaban bersama dari pertanyaan-pertanyaan anak sehingga anak mampu menganalisa apa yang baik dan tidak baik untuknya.Kemudian, jangan membatasi rasa ingin tahu anak. Biarkan anak bereksperimen dengan apa yang ingin dilakukannya, tentu dengan pengawasan orangtua. Orangtua hanya memberikan motivasi serta mengontrol perilaku anak apabila perilaku yang dilakukannya kurang pantas atau tidak sopan. Sampaikan dengan bahasa yang halus, mudah dimengerti, serta berikan penjelasan sehingga dia bisa menerima kesalahannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun