Mohon tunggu...
Inview
Inview Mohon Tunggu... Freelancer - Indonesia View

Cara lain melihat Indonesia dari yang tidak penting menjadi penting. Ditulis dengan bebas dan tetap dalam kaedah jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membaca Gerakkan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

22 November 2015   08:30 Diperbarui: 22 November 2015   08:30 1421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerakkan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia yang berdiri pada tahun 1967, telah banyak memberikan sumbangsih kepada masyarakat Indonesia. Walaupun Dewan Da’wah bukan Ormas namun kiprahnya melebihi Ormas-Ormas Islam yang ada, begitulah kata Ustadz Amlir Syaifa Yasir, MA dalam sebuah pertemuan dengan kami. Gerakkan Dewan Da’wah dari awal terkenal dengan gerakkan persatuan. Toleransi dalam khilafiyah, asal bukan yang diadakan-adakan. Misalnya masalah shalat terawih 23 atau 11 rakaat. Gerakkan ini juga masih kental didalam kalangan Dewan Da’wah dan tidak saling mendominasi antara satu dengan yang lain. Sebutkan saja Dewan Da’wah Lampung yang kental akan aromanya Ikwanul Muslimin (PKS). Dewan Da’wah Sambas Kalimantan Barat yang kental dengan Muslim Tionghoa (PITI). Dewan Da’wah Jakarta yang kental dengan salafiyah.
Gerakkan ini tidak bermaksud untuk mewarnai Dewan Da’wah dengan keabu-abuan, karena Dewan Da’wah memiliki prisip tersendiri sehingga tidak terjerumus kedalam larutan kesyirikan dan kebid’ahan. Sebutkan saja Dewan Da’wah Aceh di tengah ribut dengan kampanye anti Wahabi dan berbagai fitnah terhadap kaum salaf di Banda Aceh. Tampil Tgk. Hasanuddin Yusuf, MA ketua Dewan Da’wah Aceh dalam berbagai opininya di Koran harian Serambi Indonsia mengajak untuk persatuan agar umat Islam di Aceh tidak terkotak-kotak dengan gerakkan politik. Namun Tgk. Hasanuddin sendiri lebih membela kaum pembaharuan dari pada kaum tradisi. Ini bisa kita lihat dari arena medan juang tgk. Hasanuddin tersendiri di Banda Aceh.
Gerakkan persatuan inilah yang membuat nama Dewan Da’wah besar, kemudian ditambah lagi dengan gerakkan selamatkan Indonsia dengan Da’wah, yang fokusnya didaerah perdalaman dan perbatasan. Sehingga Nama Dewan Da’wah mendapatkan perhatian diseluruh elemen masyarakat. Motto selamatkan Indonesia dengan da’wah memiliki agenda tersendiri bagi Dewan Da’wah. Seperti suasana yang kita lihat diatas. Dewan Da’wah terlahir dalam kencah politik pembubaran Partai Politik Masyumi.
Muhammad Natsir berkata: “Dulu kita berdakwah lewat jalur politik, sekarang kita berpolitik lewat jalur dakwah.” Maka dari sini Dewan Da’wah masih memiliki agenda politik Muhammad Natsir sang negarawan dan pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia lewat Mosi Integralnya. Perpanjangan tangan politik partai Masyumi lewat Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan dan Sejahtera (PKS) tidak memungkinkan diperjuangkan dan bangkit kembali gagasan Masyumi “Islam sebagai dasar Negara”.
Dewan Da’wah sangat memungkinkan mengembalikan gagasan tersebut karena Dewa Da’wah meliki motto “selamatkan Indonesia dengan da’wah” dan dijalankan oleh kader sendiri lewat Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah Muhammad Natsir. Kader yang dikirim keperdalaman seantero Nusantara sebagai tugas da’wah. Namun sangat mungkinkan suatu saat ketika Dewan Da’wah sudah tersebar keluruh pelosok negeri bisa saja berubah haluan menjadi agenda politik. Dimana kader Da’wah diseluruh Nusantara bisa dikomandoi dalam satu payung, sehingga bisa memenangkan suara Dewan Da’wah yang dipusat. Ini sudah barang tentu gagasan Partai Masyumi akan kembali terwujud yaitu “Islam sebagai dasar Negara.”
Saat ini Dewan Da’wah memang belum memiliki agenda yang diatas namun hal ini bisa saja terjadi kedepannya. Tergantung pada siapa nahkoda yang dipercayai oleh Dewan Da’wah. Kalau kita lihat Dewan Da’wah sekarang yang “tertutup” dalam masalah politik, hal ini tidak akan memungkinkan agenda diatas terjadi. Apapun alasannya Dewan Da’wah harus kembali kedalam sejarah sebagai Yayasan pemersatu umat dan Ormas. Bisa bekerja dengan semua lapisan masyarakat. Jika hal ini tidak bisa diterapkan maka politik NPWP (Nomor Piro Wani Piro) di Indonesia akan berjalan selamanya.
Sudah barang tentu kita tidak menginginkan politik NPWP ada, kerena tidak akan terjadi pensejahteraan kepada rakyat. Kalau bukan Dewan Da’wah siapa lagi yang akan menyelamatkan Indonesia dengan Da’wah dan gagasan Partai Masyumi “Islam seabagai Dasar Negara” dan ini juga amanat Mohammad Natsir selaku pendiri Dewan Da’wah. Dan juga sudah barang tentu sebagai amanah umat yang diembankan bersama. Maka tiada kata yang lebih tempat untuk mengukur gerakkan da’wahnya selain mendukung, menompang, dan bersinergi dengannya. #YukSelamatkanIndonesia.

*) Aktivis Islamic Research Forum dan Penulis dibeberapa Media online - Mantan ketua Umum Islamic Research Forum

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun