Mohon tunggu...
Inview
Inview Mohon Tunggu... Freelancer - Indonesia View

Cara lain melihat Indonesia dari yang tidak penting menjadi penting. Ditulis dengan bebas dan tetap dalam kaedah jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

I Love You My Heart

15 September 2015   19:46 Diperbarui: 15 September 2015   19:46 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melanjutkan pembahasan kemarin bahwa dalam masalah pacaran Allah dan Rasul melarangnya. Dan jelas sebab dan akibatnya. Namun bukan anak ABG namanya kalau tidak punya alasan lain. Kan pacaran itu bikin kita positif. Maksudnya, positif hamil gitu. Ada lagi yang mengatakan, pacaran kan tanda kita dewa. Mungkin pandai beradegan dewasa kali ya. Pacaran kan bikin kita semangat belajar dan tambah rajin ibadah, kan dia jadi beramal ma’ruf nahyi mungkar. Ayatnya betul, tapi tempatnya salah. Niatnya saja sudah salah.

Pacaran kan bisa membuat orang lain bahagia, senang dan sebaginya. Kan membuat orang lain bahagia termasuk beribadah. Maaf salah tempat, kenapa gak pada orang tua kita aja lakuin kayak gitu, kenapa harus pada si dia. Pacaran kan gak ngapa-ngapain, “Cuma” pegang tangan doang dan jalan-jalan aja. Ngapain pacaran kalau gak ngapa-ngapa. Ingat kata “Cuma” itu sangat berbahaya karena kata yang bikin kita masuk kejurang kehancuran. Hari ini pegang tangan besok pegang ini, besok lagi Cuma pegang itu dan seterusnya.

Kalau ada jalan yang becek, awas dek jatuh! Nanti, baju kamu kotor lho. Sini, kakak gendong! (Modus lama). Setelah nikah lain lagi, mau kepleset kah, mau jatuh kah, gak perduli gue. Elos. Masa pacaran kamu dah makan belum dek? Kalau belum makan, makan dulu gih! Nanti kamu sakit. Sesudah nikah di tanya aja gak, makan syukur. Gak makan ya sudah. Kalau lagi smsn, kata-katanya mesra banget. Kalau sudah nikah Sms aja gak, kalau pun di balas. Cuma SJP (singkat, jelas, padat). Lagi sakit, langsung datang ke rumah. Walau harus ngutang. Waktu dah nikah, udah istirahat aja. Kamu pasti Cuma kecapean. (untung jawabannya seperti ini, coba bayangin. Kalau jawaban nya seperti ini. “kenapa gak mati aja lo”.

Kalau ada apa-apa, sini kakak bantu. Kalau udah nikah, katanya sarjana, gitu aja gak bisa. Goblok lo! Dalam sebuah artikel seorang penulis mengungkapkan bahwa kalau waktu pacaran, pacar mu baik. Maka, waktu udah nikah dia akan berbuat kasar kepadamu. Jikalau, waktu pacaran dia berani kasar padamu. Maka, waktu sudah nikah. Dia akan lebih kasar dari sebelumnya. Maka dari itu pacaran tidak ada untungnya, yang ada kerugian yang banyak seperti yang telah kita bahas kemarin.

Kalau waktu sebelum akat nikah saja dia berani labuhkan tangannya ketubuhmu, jangan heran kalau setelah nikah dia juga berani lakukan kepada wanita-wanita lain. Toh, sama-sama dosa kepada Allah. Yang tiada takut dosa jangan harap dia takut dosa setelah nikah, kecuali dapat hidayah dari Allah. Maka dari itu sudah pantas bagi wanita untuk menjaga dirinya dari bahaya nafsu ini. Cowok mempertahankan egonya, tapi kalau cewek mempertaruhkan kehormatannya.

Permen yang telah terbuka akan datang berbagai ancaman, mulai dari kotor sampai diserang oleh serangga. Maka bagi orang yang waras lagi jernih akalnya tentu akan memilih permen yang masih terbungkus daripada mengambil permen yang telah terbuka kemudian mencucinya. Oleh karena itu wanita Islam itu berhijab untuk menjaga dari noda, ancaman, pelecekhan dan sebagainya.

Jangan berikan dirimu untuk diganggu oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Pakai hijab itu supaya kamu tidak digoda oleh lawan kamu. Jangan bangga kamu banyak didatangi, karena pada dasarnya barang murah itu banyak pengunjungnya. Semakin banyak mantan, maka kamu itu bukan laku tapi karena murahan. Maka dari itu jagalah dirimu baik-baik agar tidak menjadi barang yang murah harganya.

Menikah itu perlu komitmen, sedangkan pacaran tanpa harus berkomitmen. Sudah kita jalani aja dulu. Pernikahan itu perlu keyakinan, tapi pacaran tanpa perlu yakin. Yang dicari isinya yang cantik dan tampan wajahnya. Itulah bedanya pacaran dan nikah, nikah harus mampu yakinkan diri, orangtua, si dia, mertua dan orang disekelingnya. Tapi pacaran tidak membutuhkan itu semua, cukup jalani aja dulu. Bagi cowok diketahui sanggup nikah, mampu biayai hidup sendiri, kalau cewek ke dapur dulu, harus bisa bedain mana jahe dan mana yang nama cabe.

Abul ‘Aliyah rahimahullahu berkata, “Siapa yang bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di muka bumi maka sungguh ia telah membuat kerusakan di bumi. Karena kebaikan di bumi dan di langit diperoleh dengan ketaatan.” (Tafsir Al-Qur`anil ‘Azhim, 6/179) “Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnahnya wanita.” (HR. Al-Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 6880) Jelas perbuatan pacaran merupakan sebuah kerusakan dan kekejian. Dan jelas pula hadits diatas bahwa wanita adalah fitnah yang berat bagi para pria. Apalagi bagi wanita yang suka menggoda.

“Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah benda (perhiasan) dan sebaik-baik benda (perhiasan) adalah wanita (isteri) yang sholehah.” (HR. Muslim). Hadits ini ditunjukan bukan kepada wanita cantik yang mengobarkan aurat. Tapi kepada wanita shaliha. Jadi jangan mimpi cantik itu yang pertama, karena keantikan itu nilainya nol. Menikah boleh memilih cantik, kaya, bagus nasapnya, dan sebagai. Tapi agama nilainya satu dan yang lain nilainya nol. Untuk mendapatkan nilai sejuta harus ada angka satu terlebih dahulu, baru tambah cantik atau nol satu. Jadinya 10, tambah kaya jadinya 100, tambah nasabnya baik, jadi 1.000 semakin banyak tambah nolnya semakin bagus. Tapi kalau ditambah nol semua tanpa satu tidak ada nilainya.

Terus bagaimana kita ketahui calon kita akan bobot dan bibitnya. Islam mengajarkan kepada kita yang namanya ta’ruf. Ta’aruf itu datangi wali, anda bebas bertanya kepada orangtuanya, karena yang paling tau tentang anaknya adalah orangtua tentunya. Namun kalau tidak cocok sama-sama saling tidak merugikan. Dan hal ini tentu tidak kita temukan dalam halnya pacaran yang merugikan kedua belah pihak. Karena itu dilarang yang namanya pacaran.

Ketika orang mengeluarkan pernyataan pacaran itu boleh kok, asal setelah nikah. Itu aja syaratnya. Dalam mengatasi hal ini Rasulullah bersabda: “Hai para pemuda! Barang siapa diantara kalian yang sudah mencapai masa nikah (Memiliki kemampuan), maka nikahlah. Karena itu dapat menjaga pandangan mata dan kemaluan. Barang siapa yang belum mampu maka hendaklah berpuasa, karena itu penyembuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadits diatas jelas solusi bagi yang belum siap berpuasa, bersabar tentunya. Perbaiki diri dulu sebelum masa. Sibukkan diri dengan hal-hal yang baik. Agar kamu tidak melihat yang tidak pantas untuk kamu lihat. Untuk menciptakan kebiasaan baru memang, memerlukan waktu, kesabaran, istiqamah mempertahankannya. Mulailah dari sekarang sebelum menyesal dipengujungan dan tiada kata terlambat selain #udahputusinaja!

Pilihlah pasangan yang selektip, yang dapat mengantarkan kamu ke surga Allah, itulah cinta suci dan sejati. Bukan cinta yang dimaksud I Love Yaou My Heart atau berbagai kata romantic lainnya. Semoga yang sudah nikah tetap langgeng, sakinah, dan mawaddah warahmah. Yang belum nikah siapkan diri untuk bisa meyakinkan diri dan semua orang disekitar anda. Risalah ini telah kami sampaikan, mudah-mudah Allah memberikan hidayah kepada kita untuk berani berkata #CukupSampaiDisiniSaja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun