Mohon tunggu...
Amran Rombo
Amran Rombo Mohon Tunggu... lainnya -

Terus bertahan dijalan kebenaran sejati sebagaimana yang dicontohkan oleh para pembawa Risalah Tuhan yang Maha Esa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pancasila Sebagai Solusi Masalah Bangsa

6 Juni 2014   06:25 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:05 3556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring dengan derasnya arus informasi dan budaya asing yang masuk. Menyusup disetiap tempat di negri ini tanpa filter dan tanpa perlawanan berarti bahkan masuk sampai kedapur dan kamar kita baik sadar maupun tidak. Tengok saja budaya yang menjangkiti remaja negeri ini dari K-pop sampai harajuku hingga hip hop yang hedonis. Belum lagi perilaku bebas tanpa batas keluar dari adat ketimuran. Suatu kondisi yang memprihatinkan bagi generasi muda mengingat dampak buruknya bagi pembentukan karakter kepribadian penerus bangsa. Meski beberapa kelompok ada yang melakukan upaya untuk meredam dampak negatif budaya asing yang menjangkiti generasi muda tapi nampaknya hanya bersifat sporadik tanpa mendapat dukungan yang memadai baik dari pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Awalnya kita banyak berharap pada peran agama sebagai benteng terkuat menghadapi degradasi moral anak-anak kita yang kian hari makin memprihatinkan. Namun dari waktu ke waktu seiring dengan kemajuan zaman yang makin pesat tidak jarang terdengar para pemuka Agamapun mulai mengeluh betapa sulitnya membina umat bahkan sampai ada yang mulai merasa kewalahan. Itu dari sisi moral belum lagi dari rasa kebangsaan dan nasionalisme. Menjelang perhelatan piala dunia khususnya di Kota Manado bendera-bendera Negara asing berkibar dengan tingginya sebagai bentuk dukungan yang sepertinya sangat berlebihan. Apa pantas bendera asing berkibar diwilayah kedaulatan Negara kita diluar gedung kedutaan besar mereka. Apa bedanya bendera Brasil dengan bendera papua merdeka. Jika bendera OPM haram berkibar di tanah air berarti bendera Negara manapun juga tidak boleh, karena itu diluar dari kepatutan sangat tidak sesuai dengan etika dan hukum internasional.
Lantas jika sudah seperti ini keadaannya apakah kita hanya berdiam diri merenung mengharapkan datangnya mukjizat. Perlu upaya ekstra untuk kondisi seperti ini yaitu sebuah gerakan revolusi dalam rangka perbaikan moral bangsa sepertinya sudah menjadi keharusan. Dan salah satu jalan yang masih memungkinkan untuk dilakukan dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia adalah dengan kembali kepada akar budaya bangsa yang sudah jadi karakter kita yang terlupakan yaitu Pancasila. Karena hanya Pancasila yang bisa diterima oleh semua golongan. Memang benar bahwa Pancasila masih tetap sebagai dasar Negara ini, tapi harus diakui bahwa belakangan ini hal tersebut hanya ada diatas kertas yang bersifat teoritis jauh dari aplikasi dan pengamalan. Sudah waktunya kita merevitalisasi kembali pemahaman dan pengamalan Pancasila sebagai ideology bangsa yang terpinggirkan. Dengan Sila Pertama sebagai landasan yang kokoh yaitu “ Ketuhanan Yang maha Esa”, diharapkan nilai moral keagamaan dan religy dari masing-masing pribadi kita dapat terpicu dalam membentuk karakter kita menjadi karakter Pancasila.
Memang gerakan ini tidak semudah membalikkan telapak tangan, dimana tantangan dan halangan pasti akan menghadang. Tapi itulah resiko perjuangan, makin berat makin dinikmati sebagai pemicu adrenalin ibarat pil pahit bagi kesembuhan penyakit yang kita dambakan. Saatnya kembali kepada nilai luhur bangsa, saatnya kita tempatkan Pancasila pada tempat yang semestinya. Saatnya kita menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki semangat prikemanusiaan yang adil dan beradab menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa serta senantiasa mengedepankan musyawarah untuk mufakat menuju terciptanya suatu keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Mari kita semangat dalam merayakan hari lahir Pancasila seperti semangatnya kita memperingati hari valentine. Dalam semangat pengamalan dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dirgahayulah Pancasila-ku kami terdepan dalam membelamu.(AMR)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun