[caption caption="Cakar garuda patahkan gading gajah perang, Foto: instagram"][/caption]Mengahadapi Thailand di leg pertama Final piala AFF 2016, Indonesia dihantui rekor buruk karena pernah dua kali kalah di babak yang sama dengan pasukan gajah perang Thailand, kenangan pahit tersebut sangat sulit untuk dilupakan ditambah performa apik Thailand sepanjang piala AFF 2016 yang menjadi satu-satunya tim yang mencatat hasil sempurna bahkan di babak Semifinal Thailand mampu menang dengan agregat yang sangat besar 6-0 atas kekuatan baru Asia Tenggara Myanmar, hanya ada dua alasan yang membuat Indonesia sedikit bisa berharap, yang pertama adalah Timnas selalu konsisten mencetak dua gol ditiap pertandingan dan yang kedua Timnas mampu mencetak 2 gol kegawang Thailand di pertandingan pertama AFF 2016 dan menjadikan Indonesia satu-satunya tim yang mampu mengoyak jala gawang pasukan gajah perang tersebut.
Dibabak Final Indonesia kembali memainkan formasi dan pemain yang sama persis ketika leg kedua Semifinal saat menghadapi Vietnam, masih terbayang bagaimana Timnas di bombardir  Vietnam ketika pasukan garuda tidak mampu memainkan formasi bertahan tersebut dengan baik.
Tapi dilaga Final kali ini Timnas garuda sedikit mampu memperbaiki kesalahan-kesalahan ketika babak Semifinal tersebut, di menit-menit awal sektor pertahanan mampu bermain sedikit lebih sabar dan tidak lagi bermain asal sapu bersih, ketenangan lini belakang timnas juga terbantu dengan skema permainan Thailand yang tidak mau menyerang secara membabi-buta seperti yang pernah dilakukan Vietnam.
Thailand bermain lebih sabar dan sedikit agak lambat,Teerasil Dangda pun  terlihat  lebih sering bermain-main diluar kotak penalti, hal ini dilakukan Thailand untuk menarik gerbong pertahanan  timnas agar tidak lagi bertumpuk-tumpuk di depan gawang Kurnia Meiga, skema ini terbukti sukses, ketika pertahanan Indonesia tak lagi fokus dikotak penalti Teerasil Dangda berhasil menyusup memanfaatkan longgarnya pertahanan pasukan Garuda, menyambut crossing yang entah bagaimana caranya sangat pas mendatangi kepalanya dan mengoyak jala gawang Kurnia Meiga.
Tertinggal 0-1 penampilan Timnas tak kunjung membaik, kegagalan dalam menyusun serangan dengan baik terus terjadi disepanjang 45 menit babak pertama, masuknya Zulham Zamrun mengganti Andik yang cedera justru memperburuk kualitas serangan Timnas, beruntung buat Zulham pelatih Timnas masih Opa Riedl andai saya pelatih Timnas mungkin dengan secepat kilat Zulham akan diganti dengan pemain lain, karena performa Zulham benar-benar buruk dibabak pertama.
Memasuki babak kedua penampilan Timnas tak banyak berubah, umpan-umpan jauh dan salah passing terus terjadi, hingga sampai pada 5 menit bersajarah itu terjadi, berawal dari kesalah passing pemain Thailand (jarang-jarang terjadi), bola akhirnya sampai di kaki Rizki Pora, sesaat Rizki Pora kebingungan mau di apakan bola di kakinya, hingga dia memutuskan untuk melakukan tembakan langsung dan  tidak diduga bola meluncur kedalam gawang Thailand setelah menyentuh bagian belakang Tristan Do pemain belakang Thailand.
Gol Rizki Pora di menit ke 65 ternyata mampu membangkitkan semangat juang Timnas Indonesia, setelah gol tersebut pertandingan mendadak jadi seimbang dan tak berapa lama Indonesia kembali mendapatkan sepak pojok, dan seolah-olah takdir menginginkan Rizki Pora menjadi bintang di malam Final leg pertama sepak pojoknya tiba-tiba saja mendarat dikepala Hansamu Yama dan lagi-lagi kiper Thailand dibuat tak bergerak hanya mampu melihat gawangnya dikoyak untuk yang kedua kalinya.
Hasil akhir 2-1 memang belum membuat pasukan Garuda bisa bernafas lega karena hasil ini belum menentukan siapa pemenang yang sebenarnya, tapi setidaknya satu gading gajah perang sudah bisa di patahkan oleh pasukan garuda dan bisa menjadi modal yang sangat bagus untuk menatap laga kedua untuk memastikan Indonesia sebagai penguasa baru sepakbola Asia Tenggara.
Hasil Final leg pertama menunjukan, kita boleh kalah secara prestasi, kita boleh kalah secara kualitas individu, tapi dengan semangat pantang menyerah dan terus berjuang sampai titik peluh penghabisan maka siapa pun bisa dikalahkan.
Bravo Indonesia..!!
Ayo juara.....!!
Kalau tidak sekarang kapan lagi...!!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H