[caption id="attachment_159914" align="alignnone" width="604" caption="Gunung Sampah TPA Ciliwung. RT/RW: 12/09 Kelurahan Pejanten Timur Kecamatan Pasar Minggu - Jakarta Selatan"][/caption] Foto dan Laporan : Sudirman Asun Seri Tahun Kunjungan Wisata Ciliwung "Jika pohon terakhir sudah ditebang, jika sungai terakhir sudah tercemar, jika ikan terakhir sudah ditangkap, maka manusia akan sadar bahwa manusia tidak dapat makan uang" . Ungkapan ini semakin terasa menyayat hati ketika team susur Ciliwung memasuki Kota Jakarta, puncak dari permasalahan Sungai Ciliwung. Tak ada lagi kehidupan ikan lain yang tersisa, selain ikan sapu-sapu yang kuat dan toleran bertahan dengan Sungai Ciliwung yang tercemar berat. Sungai yang dulu bisa memberi kehidupan kepada semua makhluk di sekitarnya, kini hanya berupa aliran air yang keruh penuh sampah,berbau busuk dan anyir. Susur Ciliwung Lanjutan kali ini dimulai kembali dari titik terakhir Ciliwung Pondok Cina dan finish di Komunitas Ciliwung Condet, tidak seperti susur terdahulu yang dilakukan dengan berjalan kaki menyusuri bantaran sungai kali ini susur dilakukan dengan mengendarai 4 unit perahu karet dan 1 perahu kano Hal ini dikarenkana medan yang banyak dirintangi terhalang oleh bangunan karena privatisasi dan pencaplokan bantaran sempadan sungai. Kegiatan susur yang dimotori oleh Komunitas Peduli Ciliwung (KPC Bogor) dan didukung kesatuan jaringan kesatuan Komunitas Ciliwung yaitu Komunitas Ciliwung Bojonggede, Komunitas Ciliwung Condet, Komunitas Ciliwung Rawajati dan Green Camp Halimun Manggarai. Tidak ketinggalan peserta susur partisipan dari awak media, rombongan Kang Asep Kambali dari Komunitas Historia Indonesia (KHI ) dan tokoh pengamat ekonomi Faisal Basri beserta keluarga. Kejahatan Ciliwung Oleh Sistem Memasuki Jakarta, Sungai Ciliwung seperti mau menceritakan sebuah petaka dan pembiaran proses kehancuran sebuah peradaban manusia. Areal Sungai Ciliwung seperti areal tanpa hukum dan pemerintahan, anda boleh membuang apa saja ke dalam sungai mulai dari sampah hingga limbah tanpa ada sanksi hukum, dari sampah perorangan hingga sampah dari gerobak dan truk-truk Dinas Kebersiahan semuanya dibuang di bantaran sungai, dari limbah rumah tangga hingga limbah industri besar, baik yang terlihat jelas dibuang langsung maupun yang mengalir dari sungai-sungai kecil yang bermuara ke Ciliwung, pemerintah memberi contoh dan mengajarkan kepada masyarakat untuk boleh merusak ekosistem sungai tanpa terkena ancaman sanksi hukuman. Membuang ke sungai adalah alasan paling praktis, murah dan paling mudah dilakukan sehingga menghemat tenaga dan biaya tanpa peduli dengan orang yang berada hilir dibawahnaya ( "persetan dengan orang lain, ngapaiin peduli, pemerintah saja tidak peduli" ) Dimana yang namanya Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) dan Dinas Kebersihan..? Kemana semua dana anggaran besar untuk Ciliwung yang berjumlah Trilyunan Rupiah? ( Hanya mereka dan Tuhan yang bisa menjawabnya). Sungai Ciliwung yang sedianya bisa dimanfaatkan sebagai Sumber daya Air, diperlakukan dengan tidak manusiawi, segala macam sampah dan limbah semuanya boleh ditumpahkan ke sungai melaui bantaran yang dipenuhi bangunan dan TPA. Gunung-gunung sampah raksasa dimana-mana, bantaran sungai dimanfaatkan sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terasa sebagai hal yang wajar, biasa dan legal. Dua Gunung sampah raksasa paling besar, keduanya terdapat di bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Pejanten Timur Kecamatan Pasar Minggu- Jakarta Selatan. Saking besarnya, dengan ukuran ketinggian puluhan meter dan lebar ratusan meter sampai dasar gundukan sampah menyentuh permukaan air sungai. Bisa dipastikan sampah akan hanyut jika ketinggiaan air bertambah dan sampah terutama sampah kantong plastik dan styrofoam akan terbawa ke hilir nyangkut kemana-mana dari bantaran pinggir sungai hingga nyangkut mencekik dahan, batang dan akar pohon dan jutaan meter kubik sampah akan terhenti memadati Pintu Air Manggarai. Begitu juga dengan pembuangan limbah oleh beberapa pabrik tahu besar di daerah Lenteng Agung dan Cijantung, limbah cairan sisa air pengolahan tahu dibuang melalui pipa-pipa paralon dari atas bangunan pabrik di atas bantaran sungai. Cairan putih pekat bebau busuk tercium hingga radius ratusan meter hingga kami tidak tahan berlama-lama berada dekat di sekitar daerah itu. Jelas dari pertama bangunan pabrik tahu berdiri di pinggir bantaran sungai sudah melanggar peraturan Garis Sempadan Sungai (GSS), ditambah lagi dengan pembuangan limbah ke sungai tanpa melalui IPAL . Penanganan bisa lebih baik jikalau limbah tersebut dialirkan ke IPAL dan bisa diolah menjadi biogas sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan. Pendataan dan pemetaan sungai dengan koordinat GPS kali ini berhasil mendata Ciliwung mulai dari Pondok Cina, Lenteng Agung, Cijantung, Tanjung Barat, Pasar Minggu, dan Ciliwung Condet . REVOLUSI CILIWUNG..!, Untuk Ciliwung Yang Lebih Manusiawi komunitasciliwung@yahoo.com [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Saking besarnya, dengan ukuran ketinggian puluhan meter dan lebar ratusan meter sampai dasar gundukan sampah menyentuh permukaan air sungai."][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Peserta Susur Dari Awak Media Termasuk Kompas TV"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Partisipan susur oleh Kang Asep Kambali dari Komunitas Historia Indonesia (KHI)"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Ratusan Titik Gunung Sampah Ciliwung, Dimana Fungsi Lurah Sebagai Ujung Tombak Pemerintahan..?"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Teror Memilukan Dari Kantong Plastik di Bantaran Sungai"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Pembuangan Limbah Rumah Tangga Dari Komp. Perumahan"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Limbah Rumah Tangga Aliran Sungai Kecil Yang Bermuara Ke Sungai Ciliwung"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Salah SAtu Dari Sekian Banyak Pabrik Tahu Di Bantaran Ciliwung Cijantung Yang Semuanya Membuang Limbah Langsung Ke Sungai Tanpa Melaui IPAL"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Pembuangan Limbah Pabrik Tahu Tanpa IPAL di Ciliwung Lenteng Agung"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Sampah Plastik Membelit Pepohonan Bantaran Sungai"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Sampah Styrofoam Kemasan Makanan di Ciliwung Sudah Sampai Tahap Yang Membahyakan Ekosistem Sungai dan Laut"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Pencaplokan dan Privatisasi Sungai Oleh Orang Berduit Dicontoh Akan Dicontoh Dan Diikuti Juga Oleh Warga Ekonomi Menengah Ke Bawah"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Sebentar Lagi Akan Berdiri Bangunan, Pencaplokan Dan Privatisasi Seakan Adalah Hal Legal."][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Beristirahat Di Bawah Jembatan Jl. Akses UI"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Revolusi Ciliwung Untuk Ciliwung Yang Lebih Manusiawi"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Kami Generasi Pewaris Ciliwung Menuntut Negara Untuk Pengelolaan Ciliwung Yang Lebih Manusiawi Buat Kami."][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Family Adventure, Wisata Edukasi dan Kepeduliaan Lingkungan"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Finish di Komunitas Ciliwung Condet, Sampai Jumpa Pada Susur Lanjutan Berikutnya Bulan Depan."][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H