Lihat ke Halaman Asli

Konflik Air, Intrusi Air Laut dan Abrasi Muara Cimanuk (Ekspedisi Cimanuk, Telapak) Bag.7 Selesai

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_131113" align="alignnone" width="620" caption="Bendung Karet Rambatan Sungai Cimanuk Kec.Lohbener Kab.Indramayu"][/caption]

.....Sambungan dari Ekspedisi Sungai Cimanuk bag.6.

Pemilihan menginap di malam terakhir susur di daerah Kecamatan Lohbener diambil dengan alasan lebih dekat ke titik pemantauan percabangan besar Sungai Cimanuk menuju dua muara di Pantai Utara Indramayu.
Lagi-lagi keberuntungan meridhoi kami, bisa menemukan Masjid Al-Furqon yang sangat nyaman dengan pembangunan gedung hampir selesai untuk beristirahat, menginap memulihkan stamina untuk esok hari terakhir menyusuri daerah pesisir muara.

Istirahat yang cukup membangunkan kami pagi-pagi sekali, langsung bergegas menuju Jalan Pamayan Lohbener, tempat percabangan sungai Cimanuk menuju muara. Setelah sarapan pagi, pasukan langsung turun ke percabangan sungai di Bendung Karet Rambatan yang memang tidak jauh dari Jalan Raya Pamayan. Di percabangan sungai ini, aliran Cimanuk terdapat 2 bendungan yang cukup besar. Satu bendungan agak kecil menutup aliran Cimanuk menuju muara Ujung Cimanuk Lama di daerah Pabean Ilir, dan satu lagi bendungan lebih besar menutup aliran Cimanuk menuju muara di daerah Cirambatan Baru.

Aliran air di kedua bangunan bendungan ini terasa kecil sekali atau boleh dikata hampir tidak ada aliran karena kecilnya debit air Cimanuk yang mengalir. Kemarau yang baru hampir memasuki 1 bulan, dan gundulnya hutan di hulu Cimanuk di Kab. Garut Selatan yang sempat kami pantau, otomatis telah membuat Cimanuk sangat kekurangan suplai air. Kami melihat hambatan air berupa 3 bagian bantalan dari bahan karet yang menutupi bendungan besar yang mengairi aliran ke Cirambatan Baru telah hilang dicuri , 1 bagian bantalan karet yang ada di posisi tengah digantikan dengan penutup dari bahan kayu triplek. Saya menduga hilangnya 1 bagian tengah ini akibat adanya konflik air antara warga bendungan atas, dengan warga di aliran bawah bendungan, karena berita yang saya dapatkan, bahwa keringnya aliran Cimanuk telah membuat intrusi air laut dari muara menerobos ke aliran Cimanuk sejauh 7 Km, hal ini sangat berakibat buruk bagi pertaniaan maupun abrasi besar-besaran wilayah pesisir di muara Cimanuk, karena tidak ada penyeimbang kekuatan arus laut dari sungai.

Setelah puas mendata dan mencari informasi di Lohbener, sekitar jam 10 pagi, Team langsung meluncur melanjutkan pencarian menuju muara. Muara yang kami tuju adalah muara yang masih bentuk asli Cimanuk yaitu aliran lebih kecil yang menuju muara di Pabean Ilir. Terik matahari tengah hari dan hawa panas pesisir Indramayu, buta medan serta buruknya infrastruktur jalanan desa pesisir pada umumnya di Indonesia, makin cepat menguras energi kami dalam pencarian muara Cimanuk.
Sebagian besar areal yang kami lewatin memang hampir semua adalah daerah pertambakan ikan bandeng dan hutan manggrove. Menjadi satu perjuangan khusus untuk pencarian dan menyusuri daerah pesisir Indramayu di awal musim kemarau, saking panasnya ketika melewati areal pertambakan, matahari terasa sangat dekat ke ubun-ubun kita.

Pencarian dengan berkendara hanya bisa mengantarkan kami ke jalan buntu desa nelayan di daerah Pabean Ilir, dan dilanjutkan dengan menyewa kapal kelotok nelayan melalui aliran kecil hutan Mangrove memutar melalui laut menuju muara Cimanuk.
Disini terlihat dari peta di GPS dengan medan sebenarnya telah terjadi abrasi besar-besaran makin hilangnya daratan diterjang oleh ombak laut, menurut tukang perahu yang membawa kami, dalam 10 tahun terakhir telah terkikis habis daratan sejauh 1 KM garis lurus ke laut, menurut dia hal ini disebabkan sejak berkurang banyaknya aliran sungai Cimanuk sejak dibangunnya 2 bendungan di atasnya yaitu bendungan kecil di TPI Desa Brondong dan bendungan besar Karet Rambatan.

Target finish dan pendataan Muara Cimanuk tercapai sore hari menutup perjalanan panjang kami selama hampir 1 minggu menyusuri Cimanuk dari hulu ke hilir.
Di muara inilah siklus perjalanan panjang air Sungai Cimanuk dari Selatan Jawa bertemu Laut Utara Jawa, dalam perjalanan panjangnya, air ini telah menghidupi begitu banyak kehidupan masyarakat Indonesia, Jawa Barat khususnya. Entah sampai kapan Cimanuk ini akan bertahan mengalir dengan sebegitu banyak kerusakan demi kerusakan yang ia alami.
Entah sampai kapan lembah subur Sungai Cimanuk ini akan bertahan..., sayup-sayup tergiang kembali titah amanat yang diterima Raden Aryo Wiralodra/ pangeran Dermayu "Pergilah ke arah matahari terbenam dan carilah lembah Sungai Cimanuk. Manakala telah disana, berhentilah dan tebanglah belukar secukupnya untuk mendirikan pedukuhan dan menetaplah disana. Kelak tempat itu akan menjadi subur dan makmur serta tujuh turunanmu akan memerintah disana.".
Selesai.

Terima kasih kami sampaikan:
- Tuhan YME yang memberi keselamatan dan kemudahan perjalanan kami.
- Keluarga Pak Empud di desa Simpang Cikajang Kab.Garut.
- Bapak petugas Koramil di Jatigede Sumedang.
- Kang Agus Suryadi di Kadujaya.
- Masyarakat Garut, Sumedang, Majalengka dan Indramayu yang banyak membantu kami.

[caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Tempat percabangan sungai Cimanuk menuju muara di Kec.Lohbener Kab.Indramayu. (google earth)"][/caption]

[caption id="" align="alignnone" width="504" caption="Aliran air bendungan terasa kecil sekali atau boleh dikata hampir tidak ada aliran karena kecilnya debit air Cimanuk yang mengalir. Kemarau yang baru hampir memasuki 1 bulan terasa benar karena gundulnya hutan di hulu Cimanuk di Kab. Garut Selatan yang menjadi tangkapan air aliran Sungai Cimanuk"][/caption]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline