Lihat ke Halaman Asli

Romo Samsi Pomalingo

Pegiat Literasi di Gorontalo

Penghianatan Kaum Intelektual

Diperbarui: 3 Desember 2020   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika membaca judul di atas, sontak para aktivis langsung ingat judul buku yang ditulis oleh seorang pemikir Perancis yang bernama Julien Benda dan seorang aktivis (demonstran) Indonesia di era 60 an Soe Hoek Gie. 

Buku ini saya pernah baca di tahun 2000 sebelum banjir besar menghantam daerah Manado. Walhasil akibat banjir, koleksi buku kurang lebih sekitar 300 buku hanyut dibawa banjir termasuk buku yang ditulis oleh Julien Benda yang berjudul "Penghianatan Kaum Intelektual" covernya warna kebiru-biruan (terjemahan).  

Buku yang judul aslinya La trahison des Clercs pada 1920-an samapi saat ini masih relevan dengan kondisi kita hari ini. Isinya soal kegelisahan Benda melihat fenomena kelompok intelektual yang masuk dalam lingkaran kekuasaan.

Kenapa tiba-tiba saya menulis artikel ini. sebuah diskusi berdua dengan seorang sahabat dekat bernama Basri Amin melalui WhatsApp (WA), kami membahas soal peran dan tanggungjawab kaum intelektual (cendekiawan) ditengah pandemic covid-19. 

Bagi orang lain yang sedang berpuasa itu adalah waktu yang baik untuk istirihat karena diskusinya pada saat siang hari pukul 13.56 -- 15.06 wita. Diskusi kami berdua sangat produktif karena saling memberi masukan dan pengetahun yang mungkin bagi orang lain tidak terlalu penting. 

Diakhir diskusi, sahabat saya menuliskan seperti ini; "....jangan lupa kita sama-sama baca lagi Penghianatan Intelektual karya J. Benda.."  dan sekalian dikirimkan link untuk membaca kembali karya intelektual Perancis tersebut. Tak mau menyia-nyiakan waktu, saya langsung mengklik link tersebut untuk menyegarkan kembali bacaan atas tulisan Julien Benda.

Tulisan ini dimulai dengan pertanyaaan sederhana. Siapa kaum intelektual? Ada apa dengan kaum intelektual saat ini? Kaum intelektual dalam pandangan Seorang dramawan Malaysia ternama Sharif Shaary pada hakekatnya sang penegak kebenaran. Dia mengakatakan seperti ini:

"Belajar di universitas bukan jaminan seseorang dapat menjadi cendekiawan... seorang cendekiawan adalah pemikir yang sentiasa berpikir dan mengembangkan (serta) menyumbangkan gagasannya untuk kesejahteraan masyarakat. 

Ia juga adalah seseorang yang mempergunakan ilmu dan ketajaman pikirannya untuk mengkaji, menganalisis, merumuskan segala perkara dalam kehidupan manusia, terutama masyarakat di mana ia hadir khususnya dan di peringkat global umum untuk mencari kebenaran dan menegakkan kebenaran itu. 

Lebih dari itu, seorang intelektual juga seseorang yang mengenali kebenaran dan juga berani memperjuangkan kebenaran itu, meskipun menghadapi tekanan dan ancaman, terutama sekali kebenaran, kemajuan, dan kebebasan untuk rakyat." (Faizal Yusuf, 2004).

Menurut Benda (1997), tugas seorang intelektual (cendekiawan) bukan untuk mengubah dunia, tetapi untuk tetap setia kepada suatu cita-cita yang perlu dipertahankan demi moralitas umat manusia, seperti keadilan (la justice), kebenaran (la verite) dan rasio (la raison). Mereka harus menjadi moral oracle (orang bijaksana penjaga moral) sekaligus menjadi penyambung lidah rakyat untuk menyampaikan prinsip-prinsip moral bukan sebaliknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline