Lihat ke Halaman Asli

Aris Sang Pencerah

Alumni Pencerah Nusantara yang mencoba merangkai penggalan-penggalan hikmah

Semangat Berbagi dari Pelosok Negeri

Diperbarui: 30 April 2020   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecamatan Onembute dikeliling oleh gunung dan bukit (Source : dok. pribadi)

Pagi ini semburat biru mulai tampak. Mencoba membangunkan manusia yang lelap dalam tidurnya. Hawa sejuk yang telah terasa semenjak malam menghasillkan embun-embun yang menggelantung di dedaunan. Burung-burung kecil bersenandung di halaman rumah Rama, bocah 9 tahun yang  menuturkan impiannya kepada kami. 

Selepas mencium tangan ibunya, ia mengambil tas yang penuh jahitan tangan ibunya itu. Lalu, ia bergegas turun dari rumahnya. Sambil berlarian kecil menuruni anak tangga dan segera mengejar teman-temannya. Hari ini menjadi hari yang penting baginya.

Perkenalkan ini adalah pengalamanku #MenebarKebaikan dan mengabdi di pelosok negeri menjadi anggota Pencerah Nusantara. Saya adalah bagian dari tim Pencerah Nusantara yang mendapatkan tugas untuk mengisi kekosongan tenaga kesehatan di perbatasan dan pelosok negeri. Terdiri dari dokter, bidan, perawat, kesehatan masyarakat dan pemerhati kesehatan. 

Bekerja secara lintas sektoral, memberikan inovasi, memahami budaya baru dan tentunya menyelesaikan masalah kesehatan.

Kami mendapatkan lokasi penugasan yang cukup jauh, berada di kecamatan Onembute, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Saya baru mendengar lokasi itu ketika bergabung disini. Sebuah lokasi dimana listrik belum mengalir sepenuhnya, ada beberapa desa yang belum teraliri listrik dan setiap hari mati lampu 2-6 jam karena memang daya yang masih terbatas.  

Ada juga sebagian desa masih belum ada sinyal komunikasinya, kalau kemarau tiba susah benar mencari airnya karena sumur kering. Kecamatan Onembute didominasi oleh masyarakat asli Suku Tolaki dan masyarakat pendatang, Suku Bugis. 

Mayoritas orang-orang berkebun, kondisi tanah yang kering membuat sebagian orang beralih menjadi pekerja pembuat batu bata. Beragam usia ada disana. Mulai dari remaja, dewasa, orang tua dan ibu-ibu.

Sehari-hari kami bertugas di puskesmas, tempat dimana kami melayani pasien. Pasiennya tak banyak, jangan dibayangkan dengan di Pulau Jawa, sehari mungkin hanya 10 orang. 

Bukan karena tidak ada yang sakit, melainkan akses masyarakat ke Puskesmas masih belum baik, baik karena faktor jarak yang sangat jauh maupun akses secara kesadaran masih rendah. Oleh karena itulah kami bersama petugas puskesmas lebih sering mengadakan puskesmas keliling agar mampu menjangkau seluruh masyarakat.

Selama bertugas dengan menggunakan puskesmas keliling, selalu ramai oleh anak-anak. Mereka selalu menantikan kami menyalakan video senam dan ice breaking yang mereka nantikan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline