Lihat ke Halaman Asli

Aris Sang Pencerah

Alumni Pencerah Nusantara yang mencoba merangkai penggalan-penggalan hikmah

Pencerah Nusantara Konawe Siap Bertugas!

Diperbarui: 10 Juni 2016   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Bunga Ramadani - Pemerhati Kesehatan

Inilah yang kami nantikan. Setelah melalui tujuh minggu pembekalan yang penuh inspirasi, tibalah saatnya bagi kami, 5 muda mudi Pencerah Nusantara Konawe untuk berangkat ke daerah penempatan (mau tau siapa saja kami ? tetap stay di halaman blog ini ya !). Ada antuasiasme dan ada kekhawatiran. Wajar adanya. Tapi kami percaya bahwa perjalanan ini pada akhirnya akan menggoreskan makna.

Dengan berbalut kaos abu-tosca, dan jaket merah cetar membahana, kami berdiri di antara tumpukan carrier, koper, dan tas jinjing yang entah berapa ratus kilo beratnya. Di pagi buta itu, segera saja kami meninggalkan Museum Listrik dan Energi Baru TMII, camp pelatihan intensif Pencerah Nusantara 4 yang telah menjadi saksi pembelajaran dan aktualisasi diri 46 Pencerah Nusantara.

Perpisahan tidak selalu menyisakan tangis dan airmata. Di ruang tunggu bandara Soekarno-Hatta, ada harap dan janji yang terselip di antara kami, fasilitator, dan juga officer CISDI (NGO yang menjadi rumah bagi Pencerah Nusantara). Tim Konawe adalah tim keempat yang pergi di pagi itu, selepas tim Aceh Selatan, Mamuju Utara, dan Sumbawa Barat. Perjalanan menuju Konawe kami tempuh dengan transit di Makassar terlebih dahulu. Sembari menunggu penerbangan ke Kendari, Bapak Husen, Kepala Puskesmas Onembute, lokasi penugasan PN, menelpon salah satu dari anggota tim Konawe setiap lima menit sekali, untuk memastikan bahwa kami tidak kelaparan dan tersesat. Salut !

Tepat pukul 15:20 WITA, kami tiba di Bandara Haluoleo Kendari. Setelah memastikan barang bawaan sudah ada di tangan kami kembali, kami pun bergerak menuju pintu keluar. Tim Konawe tidak mengira kalau di pintu tersebut kami akan dihadang oleh seorang laki-laki berperawakan setrong yang menawarkan tumpangan berupa Mercy dengan tarif 1 juta rupiah, untuk tujuan Onembute. Dengan santai dan jumawa, Joko, leader tim Konawe, mengabaikan tawaran tersebut. Untunglah, di ujung jalan, Bapak Husen dengan mobil ambulans Puskesmas Onembute, sudah melambaikan tangan ke kami. Namun, siapa sangka si lelaki setrong ini juga turut menjabat tangan kami dan membantu memasukkan barang-barang kami ke ambulans. Namanya Didin, seorang perawat yang terlihat sigap dan mawas diri.

Sambutan itu cepat dan hangat. Kami pun diperkenalkan dengan istri Bapak Husen dan juga Firja (menggunakan j), si anak bungsu. Selain itu, ada juga bapak Harun dan kak Asdar, staf Puskesmas, yang juga membantu untuk memobilisasi barang-barang kami. Suhu panas kota Kendari menyambut kami dengan riang namun tetap garang. Bersama rombongan staf Puskesmas Onembute, kami pun dibawa berkeliling ibukota provinsi Sulawesi Tenggara. Tujuan pertama kami tentu saja adalah mengisi lambung. 

Bapak Husen membawa kami ke satu rumah makan dengan menu spesial ikan bakar, berpelengkap sambal dan kuah khas Sulawesi. Segar, sedap, dan mantap. Selepas makan sore, kami pun dibawa berkeliling ke daerah Kendari Beach, di mana di tepi jalannya, banyak pedagang pisang epe dan sarabba. Pisang epe adalah pisang goreng yang dipenyet hingga pipih, lalu diberi kuah dari gula merah dan juga topping coklat, kacang, dan keju sesuai selera. Sarabba sendiri adalah minuman khas Kendari yang terbuat dari jahe, telur, dan juga susu. Pisang epe dan sarabba sukses menghangatkan senja pertama kami di Kendari.

Perjalanan menuju Onembute pun berlanjut. Jalanan dengan pencahayaan yang minim pun mulai berkelok dan menanjak. Kami tergoncang dalam diam dan temaram. Sinyal 3G pun perlahan mulai hilang. Mobil tiba-tiba berhenti di salah satu kedai PJR, Penjual Jagung Rebus. Ternyata, wisata kuliner belum berakhir ! Yang membedakan jagung rebus di sini dengan jagung rebus yang biasa kami temui sebelumnya yaitu cara memakannya. Jagung rebus ala PJR dicocol dengan garam yang sudah diberi perasan jeruk nipis. Asam, gurih, dan manis melebur sempurna.

Malam itu hujan mengguyur bumi Konawe dengan syahdu. Jam di pergelangan tangan menunjuk ke angka 09.30. Mobil pun menepi di halaman depan Puskesmas Onembute, rumah kami yang baru. Selamat datang dokter Cut, Ners Isti, Bidan Chacha, Sarjana Kesehatan Masyarakat Joko, dan Pemerhati Kesehatan Bunga ! Selamat bertugas !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline