Lihat ke Halaman Asli

Ony Jamhari

TERVERIFIKASI

“Sariawan: Sinyal untuk Rehat Sejenak”

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sebagai seorang pengajar dan pekerja di bagian hubungan internasional, saya dituntut untuk selalu siap berbicara di hadapan publik, baik itu mahasiswa, staf, maupun dosen. Oleh karena itu, kesehatan dan kebersihan mulut menjadi modal utama dalam keseharian saya. Namun demikian entah mengapa masalah kesehatan mulut seakan menjadi momok yang menakutkan bagi saya, sebut saja sariawan. Sejak kecil saya sudah bergelut dengan penyakit ini. ‘Dia’ tidak hanya menganggu tetapi juga membuat aktifitas saya terhenti.

Puncaknya adalah ketika 22 tahun lalu saya mendapat musibah yang tidak pernah terbayangkan yakni keracunan atau semacam alergi obat. Kala itu dokter mendiagnosa bahwa saya alergi penisilin dan antibiotik yang mengandung sulfa. Saya harus dirawat total selama empat belas hari di rumah sakit yang ada di Jogjakarta. Ironisnya, saya tidak bisa makan selama kurun waktu tersebut bukan karena penyakit keracunan yang saya derita tapi lebih dikarenakan oleh serangan akut sariawan. Pada waktu itu infus merupakan satu-satunya substitusi nutrisi yang membuat saya bertahan hidup.

Lewat proses pengobatan yang baik saya bisa sembuh total dari penyakit tersebut. Setelah kejadian itu, saya sangat benci dengan yang namanya rumah sakit termasuk juga obat-obatan. Sejak saat itu saya benar-benar menjadi hidup sehat yaitu dengan cara makan sehat, istirahat cukup, dan juga olahraga yang teratur. Alhasil, selama lima belas tahun saya tidak pernah sakit dan berkunjung ke rumah sakit. Kalaupun ke rumah sakit itu adalah tuntutan pekerjaan yang mengharuskan saya untuk melakukan medical check-up sekali dalam setahun.

Namun demikian sampai saat ini salah satu hal yang masih tidak saya mengerti adalah mengapa penyakit sariawan dengan mudahnya datang. Dari beberapa literatur yang saya baca, ada beberapa hal yang menyebabkan penyakit sariawan diantaranya: kurang hati-hatinya menjaga kebersihan gigi dan mulut, faktor genetika, stress, dan lain sebagainya. Diantara penyebab-penyebab tersebut saya sangat yakin bahwa faktor stress-lah yang sering mengakibatkan saya terkena penyakit sariawan.

Kebencian saya terhadap obat-obatan, khususnya yang mengandung antibiotik tidak menjadikan kendala usaha saya untuk bebas dari belenggu penyakit ini. Jika terkena sariawan ada beberapa hal yang saya lakukan seperti memperbanyak minum air putih, mengkonsumsi bubur kacang hijau, istirahat cukup serta mengurangi aktifitas. Saya membuktikan bahwa dengan cara ini sariawan akan sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu empat sampai dengan enam hari.

Memang dengan cara tradisional semacam ini banyak pekerjaan saya yang tertunda. Beberapa teman menyarankan agar saya mengkonsumsi obat tabur buatan China yang konon katanya aman untuk dikonsumsi dan tidak menimbulkan efek samping. Dengan sekali atau dua kali tabur maka sariawan akan sembuh terang salah satu kolega saya di kantor.

Mendengar penjelasan tersebut, saya pun tertarik untuk mencoba “ramuan berkhasiat asal China” tersebut terutama pada saat sariawan akut menyerang. Seperti obat-obat pada umumnya, obat ini rasanya sangat pahit sehingga menyebabkan linu pada gigi. Saya pun semakin yakin bahwa obat berbahan kimia semacam ini bukanlah solusi yang tepat untuk penyembuhan penyakit sariawan pada diri saya.

Menurut hemat saya alangkah baiknnya jika obat sariawan dibuat dengan menggunakan bahan-bahan herbal/ alami. Kekayaan hayati yang melimpah di negara kita, Indonesia, seharusnya lebih bisa digali terutama erat kaitannya dengan kemedisan. Tidak berhenti disitu, pengepakan yang rapi dan praktis secara tidak langsung juga menjadikan value added bagi produk obat sariawan tersebut. Sehingga harapan akhirnya adalah produk dapat bersaing di pasar saat ini yang semakin hari semakin meng-global. Praktis, alami dan bernilai tambah (value added), itulah tiga poin yang menjadi kepedulian saya terhadap poduksi obat sariawan alamiah di Indonesia.

Terlepas dari itu, saya mengajak untuk selalu menerapkan prinsip hidup bersih, sehat, dan teratur. Dengan demikian kita akan kebal dengan bakteri maupun virus  penyebab sariawan.

Daejeon, 16 Maret 2014. Travel Blog Travel with Ony Jamhari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline