Lihat ke Halaman Asli

Isu Kependudukan dalam Islam

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Memiliki keturunan yang sholih merupakan harapan yang ada pada setiap manusia. Ini terutama sekali kepada mereka yang telah membina jalinan rumah tangga. Tidak terlepas juga kepada umat Islam. Akan tetapi jika laju pertumbuhan penduduk tersebut tidak terkendali dan mengalami peningkatan yang tajam, bukan mustahil banyak permasalahan yang muncul.

Tingginya tingkat kriminalitas, angka putus sekolah, kemiskinan yang melanda dimana-mana seringkali berkelindan dengan ledakan jumlah penduduk. Alih-alih eksistensi manusia akan semakin sejahtera, ketika tidak diurus dengan baik yang terjadi malah petaka bagi umat manusia.

Dalam salah satu laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat bahwa jumlah total penduduk Indonesia tahun 2000 mencapai 202 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2009 bertambah menjadi 231 juta jiwa. Ini diprediksi pada tahun 2025 Indonesia akan memiliki jumlah penduduk 263 jiwa dengan rasio kelahiran sebesar 2,6%. Ini artinya bahwa Indonesia pada tahun-tahun mendatang akan mengalami ledakan penduduk (baby boom) yang sangat tinggi.

Dalam bukunya An Essay on The Principle of Population, Thomas Malthus (1798) memprediksi bahwa ledakan penduduk yang tidak terkontrol akan menyebabkan banyak masalah. Menurutnya pertambahan penduduk yang seperti deret ukur berbanding terbalik dengan tersedianya sumber daya yang jauh lebih kecil.

Maka ketika ledakan penduduk tersebut tidak diantisipasi dengan bijak, permasalahan ketersediaan akses pendidikan dan lapangan kerja menjadi potensi gejolak sosial pada saat mendatang.

Ketika lapangan kerja sulit diakses oleh masyarakat akibat ledakan penduduk yang tajam, maka yang terjadi adalah kemiskinan yang juga turut meningkat. Ini karena kebutuhan dasar mereka (right based) tidak bisa tercukupi. Selain permasalahan kemiskinan, yang tidak kalah penting adalah rusaknya ekologi yang kemudian mengganggu keseimbangan alam.

Hal ini menandakan adanya hubungan yang erat antara masalah ke-ummat-an, sosial dan juga lingkungan. Maka dari itu, Islam tidak hanya mengatur kesalehan ritual semata, tetapi juga pada aras kesalehan sosial.

Menurut K.H Sahal Mahfudz, membincang masalah sosial di Indonesia tidak bisa terlepas dari konteks keislaman. Ini dikarenakan Islam menjadi agama mayoritas bagi masyakat Indonesia. Ini sebagaimana juga sabda Nabi, yang artinya sebagai berikut:

“Barangsiapa yang tidak memberikan perhatian persoalan umat Islam, maka bukan termasuk kelompokku. Dan barangsiapa pada pagi hari tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka dia juga tidak termasuk golonganku.” (HR. Al-Hakim)

Bahkan dalam kesempatan yang lain, Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda, “Sedikitnya keluarga adalah salah satu dari dua kemudahan. Sedangkan banyaknya keluarga adalah salah satu dari dua kefakiran.” (HR. Al-Qudha’i dalam Musnad Al-Syahab). Dari hadits tersebut maka menjadi jelas bagi kita umat Islam bahwa ketika jumlah keluarga yang banyak dan tidak diikuti dengan ketersediaan dana (maal) maka akan menjadi satu malapetaka tersendiri.

Sehingga dari sedikit pemaparan di atas, maka perlu diperhatikan beberapa aspek, diantaranya adalah pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan juga moral.

Dalam Islam, pendidikan menempati posisi yang sangat penting. Bahkan mencarinya menjadi kewajiban yang dibebankan pada setiap orang, dari kecil sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya. Di lain kesempatan, ayat yang pertama kali turun kepada Muhammad SAW adalah ayat yang memperintahkan umat Islam untuk membaca, yaitu al-alaq. Ini menjadi pertanda bahwa Islam tidak menganggap remeh bangunan pendidikan bagi umatnya.

Nabi Muhammad juga pernah bersabda tentang pentingnya ilmu ini, “Barangsiapa menghendaki urusan dunia, maka ia harus berilmu. Dan barangsiapa menghendaki urusan akhirat, maka ia harus berilmu. Dan barangsiapa menghendai keduanya, ia juga harus berilmu.” (HR. Ahmad)

Sementara itu, aspek kesehatan juga menjadi perhatian penting dari Islam. Karena dengan adanya umat yang sehat maka produktifitas keumatan akan menjadi lancer. Maka dari sini Islam akan mampu bersuara lebih saat umatnya mengutamakan kesehatan.

Kondisi perekonomian juga menjadi perhatian dalam mengatasi permasalahan kependudukan ini. Seringkali kepadatan penduduk berbanding lurus dengan kondisi perekonomian suatu masyarakat.

Semakin padat penduduk, biasanya semakin sulit kondisi perekonomian masyarakat tersebut. Islam dalam memandang perekonomian ini meletakkannya dalam dua ranah, yaitu ikhtiar dan tawakkal.

Selain permasalahan-permasalahan di atas, permasalahan moral juga harus menjadi perhatian yang serius dalam isu-isu kependudukan. Dalam konteks keIndonesiaan, permasalahn moral ini mendapat sorotan tajam dari KH. Sahal Mahfudz. Ia menilai bahwa merosotnya moral masyarakat Indonesia ini karena semakin lunturnya sikap solidaritas masyarakat. Jurang antara si kaya dengan si miskin semakin lebar adanya. Monopoli pasar yang sedemikian hingga dan juga semakin tidak pedulinya anggota masyarakat yang satu dengan yang lain. Ini menambah keruwetan kondisi Indonesia akhir-akhir ini. (*/jib)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline