Masyarakat begitu antusias atas perhelatan HUT KAA ini. Begitu mempesonanya tayangan di berbagai media, baik cetak, layar televisi, kompasiana, dan web sitenya Indonesia Travel. Termasuk banyak spanduk yang menghiasi segala sudut kota.
Untuk meredam tumpah ruahnya seluruh warga Bandung ke alun-alun, yakni Ring 1,2,3, sekitar Gedung Merdeka jalan Asia Afrika Bandung. Walikota Bandung beserta unsur pemerintahan Kota Bandung , memiliki gagasan cemerlang.
Sebelumnya simak dulu VIDEO , Klik Tulisan ini : GEBYAR PENTAS SENI RAKYAT KECAMATAN RANCASARI , Kota Bandung
HUT Konferensi Asia Afrika , 24 April 2015, jalan Tamblong (kiri) dan Kecamatan Rancasari Bandung (kanan)
Pada tanggal 24 April , warga kota tidak terkonsentrasi di tempat perhelatan kota Bandung (alun-alun Gedung Merdeka), karena konsentrasi dipecah oleh daya tarik perhelatan rakyat di setiap kecamatan. Untuk ikut bergembira dalam ajang Gebyar Seni Rakyat. Keriaan sejenis pesta rakyat yang menampilkan kemampuan seni warga setempat. Mereka unjuk kabisa, menghibur warga , dari warga untuk warga.
Juga mereka yang memiliki produk, ada yang menggelar bazaar. Ide cemerlang ini terbukti ampuh, sehingga pengendalian keamanan di Ring 1,2,3 lebih mudah. Cara persuasif ini memberikan efek kegembiraan bagi warga. Meski tak bisa hadir ke pusat kota, tempat perhelatan akbar berlangsung, tapi tetap ceria .
Perhelatan Rakyat, Semangat Konferensi Asia Afrika, Tingkat Kelurahan, Tingkat Kecamatan
Hari masih pagi ketika jalan Merkuri (Kantor Kelurahan Manjahlega) Margahayu Raya diramaikan oleh simbol-simbol keriaan semangat 60 tahun Konferensi Asia Afrika. Meski terbilang jauh di pusat kota, tempat para tamu dari negara-negara Asia Afrika berkumpul di Gedung Merdeka, jalan Asia Afrika, alun-alun Bandung.
Margahayu Raya adalah kompleks perumahan sejak tahun 1980an yang dibangun oleh kelompok Margahayuland, di Bandung Timur.
Pagi penuh senyum dan semangat. Sejalan gempita yang pernah menggemakan pidato Bung Karno, dalam memperjuangkan harkat derajat kemanusiaan segala bangsa ,hak azasi untuk merdeka. Gema menentang segala bentuk kolonialisme. Tanpa membedakan seuku, bangsa , agama dan warna kulit. Ada nama Nelson Mandela (tokoh pejuang apartheid) yang memperjuangkan persamaan hak kulit putih dan kulit hitam di Uni Afrika Selatan.
Matahari kian benderang mengiringi derap barisan para ibu PKK warga setempat bergerak jalan santai. Sebagai bentuk dukungan dan penyegaran kembali semangat juang para pendahulu kita. Semangat kebersamaan dan persatuan. Karena hari itu, Jum’at pagi, 24 April 2015, di kota Bandung tengah berlangsung puncak peringatan HUT Asia Afrika ke 60, di Gedung Merdeka Bandung.
Meski berjarak lumayan jauh, beberapa kilometer dari pusat perayaan HUT KAA, kawasan Bandung Timur tetap menyemarakkan hari semangat tersebut. Gerak jalan santai akan berujung di tempat warga 4 kelurahan dalam satu kecamatan berbaur. Dari warga untuk warga, pagelaran kesenian rakyat, yang betul-betul menjunjung nilai seni tradisionil Indonesia. Ada yang menyebut pesta rakyat, seni yang merakyat.
Ini bentuk kebersamaan dan persatuan bangsa, dalam lingkup institusi terkecil dan sederhana, yakni keluarga/rumah tangga. Para ibu dan bapak mewakili berbagai keluarga, lalu mewakili tingkat RT dan RW dari 4 kelurahan (Manjahlega, Cipamokolan, Derwati, Mekarjaya) .
Semua berbaris dalam gerak jalan santai , dengan karnaval rakyat, dan pawai sederhana, namun meriah dan penuh kegembiraan. Dari berbagai kelompok kelurahan, semua berkumpul, menjadi satu kecamatan, Rancasari. Tujuannya, menyatukan semangat , kala berkumpul di pelataran parkir Lotte Mart. Jalan Soekarno Hatta Bandung Timur.
Cantiknya Kesenian Rakyat dan Lezatnya Nasi Liwet Rakyat
Gerak jalan santai, simbol langkah bangsa yang maju ke depan. Berangkat dari kelurahan masing-masing, sambil menghayati kesederhanaan pemimpin Asia Afrika tempo dulu. Dulu mereka beralan kaki menuju Gedung Merdeka.
Di antara peserta, banyak juga yang sehari-hari sibuk, malah tak pernah menyusuri kompleks perumahannya sendiri. Saat jalan santai inilah kesempatan berjumpa dengan sesama pemukim, tetangga jauh, dan bercengkerama dengan keluarga.
Begitu memasuki pelataran Lotte Mart, terdengar hiruk pikuk musik perkusi ala Sunda. Seperti seruling dan rampak kendang. Aduhai serunya. Barisan kami yang membawa spanduk disambut dengan ucapan selamat datang.
Panggungnya ternyata panggung instan. Sebuah mobil disulap menjadi panggung. Atraksi seru bakalan digelar sepanjang hari. Jarang ada kemeriahan seperti ini. Bahkan pesta Agustusan saja hanya sporadis. Di tempat ini kita bisa berjumpa dengan sesama warga satu kecamatan, teman lama, dengan kebolehan masing-masing unjuk kabisa.
Gerak jalan dari setiap Kelurahan bukan gerak jalan biasa. Banyak peserta mengenakan kostum menarik. Lebih pantas disebut berpawai. Sepanjang jalan mengundang perhatian dan menghibur. Karena di belakang peserta gerak jalan sejumlah peserta menggunakan egrang. Kalau dulu ini suka disebut jajangkungan. Karena kalau pakai egrang orang bisa jangkung. Cocok sekali kalau melewati genangan air banjir ya. Hayo, zaman sekarang jarang orang bsia menggunakan alat yang terbuat dari bambu ini.
Tarian Sunda yang dibawakan bocah-bocah setempat begitu sakralnya. Mereka cantik-cantik . Kesenian dan tarian Sunda merupakan seni yang mengasah kepekaan hati dan pikiran, menebarkan kelembutan.
Ada pula gelar seni bela diri Sunda. Pencak silat adalah seni bela diri yang sudah turun temurun. Dengan iringan seruling dan kendang, gerak gerik seni bela diri ini dipertontonkan oleh bocah-bocah Kelurahan Manjahlega.
Di bawah panggung tampak gadis cantik yang akan naik pentas memerankan sandiwara bobodoran (komedi) sebagai Syahroni. Istilah Syahrini imitasi. Ia akan berpasangan dengan seorang kader PKK RW 04 Manjahlega, yang mengenakan kostum daur ulang. Kostum yang dibuat dari limbah plastik. Ibu Agus yang kesehariannya getol membuat kerajinan tangan daur ulang ini , ternyata memang pernah menjadi juara mendongeng se Bandung yang diadakan oleh kelompok Gramedia beberapa tahun silam, saat pameran akbar di Bandung.
Pantas saja ia tak canggung berakting alias di atas pentas.
Baru usai gemulainya pencak silat, tiba-tiba terdengar dentuman kendang, musik seperti pengantin khitanan, datang dari arah timur. Dari kejauhan kostum merah menyala dalam tarian dinamis. Barongsay . Hanya saja barongsaynya berupa boneka naga yang meliuk-liuk. Mereka berpawai, sepanjang jalan menghibur warga yang terlalui jalannya. Kini di depan panggung liukan naga merah menari-nari. Menyedot perhatian luar biasa, riuh tepuk tangan dan sorakan kagum pengunjung tak terbendung lagi.
Selesai tarian sang naga, terdengar lagu berbeda, masih irama gamelan dan kendang Sunda. Ternyata kami dikejutkan oleh tarian kuda. Hahaha, lucu dan menggemaskan, kuda berhias, menarik delam berhias, jalannya menari-nari. Bahkan saat kuda itu parkir, jika diperdengarkan musik, ia menari di tempat. Lucuuuuuu.