Lihat ke Halaman Asli

Galau kini, galau nanti..

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Detik ini rasanya sudah tak mampu aku menahannya, kerinduanku padamu membuncah setinggi Himalaya, membuat hatiku serasa sesak, membuat jiwaku tertekan, membuat pertahananku runtuh. Aku mencoba untuk menguatkan hati dan perasaanku saat ini, namun ttetap saja kau terlalu kuat menancap di hatiku membuatku semakin sulit mengusirmu barang sejenak.

Mengirimkan pesan singkat padamu saja membuat jantungku berdesir lembut. Dan saat tersadar tak jua ada getaran dari ponselku, kerinduanku begitu menyiksa membuatku hilang arah membuatku lemah dan tak mampu menenangkan jiwaku. Semua terasa begitu berat kuhadapi tanpa kehadiranmu/

Sedang apakah dirimu disana? Apa kau merindukanku juga? Pertanyaan yang selalu meramaikan hatiku, aku mencoba mengerti apapun alasanmu tapi sulit sungguh ssulit untuk sekedar meyakinkan hatiku bahwa mungkin kau disibukkan oleh sesuatu hal lain.

Entah aku lebai atau bahkan alai, aku tak tahu, aku tak dapat mengerti kenapa hatiku seperti ini. aku tahu benar benar tahu bahwa kau tak kan mungkin ada di sisiku, karena semuanya begitu jelas bahwa kau terlalu sempurna untukku.

Ini tak lagi tentang kerinduanku padamu, tapi tentang hatiku, dan bagaimana usahaku untuk memenjarakan hatiku. Membuatnya jauh sejauh-jauhnya dari hatimu dan semua yang dapat membuat hatiku lemah dan tak berdaya. Tapi kau selalu kembali saat hatiku sudah diam tak melihatmu, bahkan kau membuka jeruji hatiku dan kembali membuatku merasa melaynag dengan cinta yang kau elu-elukan. Bahkan saat kau membuatku jatuh sejatuh-jatuhnya, hanya beberapa detik saja aku berpaling dan dengan kata maaf dan kepolosanmu aku kembali terbius kembali membiarkan hatiku melayang bersamamu.

Apa aku sudah benar-benar jatuh cinta? Aku sering berkata tidak pada hatiku, tapi apakah kerinduan ini mampu berdusta, apakah kebahagian ini tak nyata? Semuanya membuatku merasa bodoh, membuatku merasa gila bila aku harus terus berdusta. menutup perasaanku dan juga mengubur kenyataan.

Apa cemburu ini pada tempatnya? Saat kau hanyalah sahabatku entah 14 tahun yang lalu ataukah sampai detik ini. apakah perasaanku ini tak salah? Karena aku mengharapkanmu menjadi pangeran hatiku. Aku ingin pergi sebenarnya, aku ingin beranjak, aku ingin membuang semua rasa yang tak pantas, tapi sadarku tak cukup mampu membuatku beranjak karena anganku lebih kuat karena pesonamu terlalu lancang menyusuri setiap lorong jiwaku. Aku butuh bantuan untuk membuat dirimu enyah dalam anganku dan kembali menjadi sahabat seperti kenyataannya. Tapi nyatanya aku sendiri disini tanpa siapapun, lalu bagaimana caranya aku mengusirmu?

Tapi benarkah ini hanya masalah kebodohanku saja? Aku rasa tidak sepenuhnya itu. Kau tahu, sejak 4 tahun yang lalu kau membuatku seolah aku adalah princessmu, dan kau hadir saat penyesalanku membuncah saat pangeran kodokku enyah. Kau mulai mengisi detik-detik hidupku sejak itu. Kau ajak aku melayang menyentuh awan, kau bawa aku terbang menatap nirwana, kau biarkan aku menghias pelangi di hatiku,, kau buat aku seolah olah menempati singgasana terindah di hatimu. Tapi nyatanya Kau dustai hatiku lebih dari 24.000 jam. Kau buat aku menjadi gadis paling bodoh di dunia. Yang melayang-layang dalam angannya yang kemudian kau rebut anganku itu dan membuangnya ke jurang keputusasaan. Apakah itu semua salahku saat aku menerima apa yang kau tawarkan? Apakah itu salahku jika aku merasa istimewa saat kau memperlakukanku lebih dari istimewa?

Ya, dan detik ini mungkin aku tak hanya gadis paling bodoh di dunia tapi gadis paling bodoh di semesta. Kenapa? Karena aku mampu terbius berulang kali terjatuh dalam maafmu, tenggelam dalam tenangnya wajahmu. Entahlah aku benar-benar tak mengerti, apalagi setelah terkuaknya dustamu dan aku tetap tak beranjak dari perasaanku.

Tuhan bantu aku, tolong buat dia tetap menjadi yang dulu, tetap seperti 5000 hari yang lalu, jauhkan aku dari segala hal yang membuatku semakin mencintainya. Berikan aku malaikat cinta yang benar-benar ada untuk ku cinta. *Ica

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline