Wayang Kulit Purwa (1)
BISMA
Berkorban demi kecintaannya terhadap Sang Ayah.
Source: http://www.joglosemar.co.id/ Dilandasi oleh niat untuk melestarikan dan mendokumentasikan Seni Budaya Tradisional Indonesia (Seni Musik, Seni Tari, Seni Sastra dan Seni Lukis) yang berasal dari seluruh penjuru Nusantara, maka kami membuat artikel ini agar dapat dibaca dan dinikmati oleh pengunjung secara luas. Sama sekali tidak ada maksud komersial, artikel ini banyak mengutip dari website atau blog lain tanpa dirubah, melainkan ditambah dengan gambar, link, flash video atau MP3 agar lebih menarik. Seandainya ada yang keberatan karena website atau blog nya dikutip mohon diberitahukan kepada kami, kami bersedia untuk menghapus. Satyawati
BISMA
Berkorban demi kecintaannya terhadap Sang Ayah. Alkisah dalam cerita wayang kulit purwa yang sarat dengan ajaran filsafat dimana Kejahatan pasti akan dikalahkan oleh Kebajikan atas berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, pada salah satu episod dari cerita Mahabharata, adalah seorang Satyawati gadis yang meskipun hanya anak seorang nelayan ia memiliki kecantikan, daya tarik, pesona dan keluwesan yang luar biasa. Ayahnya yang hanya orang kebanyakan, seorang nelayan, memiliki kebulatan hati agar ia dapat menikahkan putrinya itu dengan seorang suami yang memiliki kwalitas super, ia selalu berdoa mohon kepada Tuhan YME, agar kelak anaknya Satyawati bisa melahirkan seorang anak laki-laki yang yang bijaksana dan dikemudian hari cucunya itu dapat menjadi seorang Raja dinegerinya.
Raja Santanu Raja Santanu, seorang duda dari dinasti Bharata, ayah dari putera mahkota Bisma atau Dewabrata jatuh cinta kepada Satyawati, ia ingin menjadikan Satyawati sebagai istrinya. Tetapi tidak semudah membalikkan telapak tangan, Satyawati bersedia menjadi istrinya dengan persyaratan yang berat. Kepada Santanu, Satyawati bersedia menjadi istrinya, yaitu apabila anak laki-laki yang dilahirkan dari rahimnya kelak bisa menjadi Raja menggantikan Santanu. Raja Santanu menjadi linglung, sebab ia sangat yakin bahwa putranya Bisma adalah satu-satunya anak yang bisa menggantikan kedudukannya.
Bisma Bisma yang bijaksana, orang dengan visi tajam, mengetahui kesedihan yang dialami oleh ayahnya. Ia ingin segera membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh ayahnya. Bagi Bisma, kecintaan dan rasa hormat terhadap ayahnya adalah diatas segalanya. Ia harus berbuat sesuatu untuk ayahanda tercinta, meskipun ia terpaksa harus berkorban bila diperlukan. Tidak menjadi Raja pengganti ayahnya adalah bukan masalah besar bagi Bisma, tetapi pengabdian kepada Negara dan Rakyatnya adalah keharusan. Sebagai Ksatria dan Resi (Begawan) orang yang suci, seharusnya tidak pernah menikah. Ia setuju apabila anak laki-laki Satyawati kelak akan menjadi Raja dinasti Bharata menggantikan ayahnya Raja Sentanu. Atas inisiatip sendiri, ia mengunjungi ayah Satyawati untuk menyampaikan niatnya yaitu bahwa anak laki-laki Satyawati kelak akan menjadi Raja dinasti Bharata menggantikan ayahnya Raja Sentanu. Ayah Satyawati sangat terkejut atas keputusan Bisma. Ia mengatakan bahwa ia tidak pernah berjumpa dengan orang yang sangat bijaksana, datang hanya untuk memberikan salam bagi kebahagiaan orang lain.
Kresna Dwipayana atau Begawan Abiyoso Satyawati menjadi isteri Santanu, melahirkan beberapa anak laki-laki, ia membesarkan anak-anaknya dengan pendidikan terbaik, termasuk terhadap anak tertuanya hasil hubungan rahasia dengan Resi Pulosoro yang bernama Kresna Dwipayana. Resi Pulosoro adalah keturunan Batara Brama dan Batara Wisnu anak-anak dari Batara Guru. Dengan segala latar belakang kehidupannya Kresna Dwipayana yang memilki darah bangsawan, menguasai segala seluk-beluk kerajaan, dan akhirnya menjadi Raja Hastinapura menggantikan Sentanu. Ia dapat memerintah dengan bijaksana, dihormati bukan hanya oleh rakyatnya, tetapi juga oleh rakyat negeri lain. Pada saat yang tepat Kresna Dwipayana memutuskan untuk mundur dari jabatan sebagai Raja dan menjalani Samadi (meditasi) untuk kesucian dirinya. Ia merubah namanya menjadi Begawan Abiyoso.
The Kingdom of Hastinapura Kresna Dwipayana menikah dengan Putri dari Kerajaan Kasi Ambika (ibu dari Destarata) dan Ambalika (ibu dari Pandu). Kresna Dwipayana mempunyai 3 anak laki-laki yaitu: Destarata, Pandu Dewanata dan Widura. Anak tertua Destarata terlahir tuna netra maka sesuai dengan adat dan peraturan Darma, ajaran dari leluhur, ia tidak berhak menjadi Raja menggantikan ayahnya. Adiknya Pandu Dewanata menjadi putera mahkota dan Widura terlahir pincang. Dari perkawinan Destarata dengan isterinya Gendari mempunyai 100 anak yang disebut Korawa 100, terdiri atas 1 anak perempuan yaitu Dursilawati dan 99 anak laki-laki diantaranya: Duryudono, Durmagati, Dursasana, Citraksa, Citraksi, dll. Dari perkawinan Pandu Dewanata dengan isterinya Kunti Talibrata mempunyai 3 anak yaitu: Yudistira, Bima, Arjuna sedangkan dengan isterinya Madrim mempunyai 2 anak kembar yaitu: Nakula dan Sadewa. Kelima anak Pandu ini biasa disebut dengan Pandawa Lima. Dari perkawinan Widura dengan Padmarini mempunyai 3 anak yaitu: Sanjaya, Padwasari dan Padmawati. Disusun oleh: Hendra Rayana Januari 2010 Thanks to: Joglosemar
MP3 Wayang kulit performance by Late Ki Narto Sabdo - Lakon: Banjaran Bisma
Thanks to: Mengenang Ki Nartosabdho Ki Nartosabdho - Banjaran_Bisma_01.mp3 Ki Nartosabdho - Banjaran_Bisma_02.mp3 Ki Nartosabdho - Banjaran_Bisma_03.mp3 Ki Nartosabdho - Banjaran_Bisma_04.mp3 Ki Nartosabdho - Banjaran_Bisma_05.mp3 Ki Nartosabdho - Banjaran_Bisma_06.mp3 Ki Nartosabdho - Banjaran_Bisma_07.mp3 Ki Nartosabdho - Banjaran_Bisma_08.mp3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H