Lihat ke Halaman Asli

Ada Video Flotilla (1 Jam) Yang Lolos Dari Israel !

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_165139" align="alignleft" width="230" caption="(sumber : Google)"][/caption] Sepertinya video liputan penyerangan tentara Israel terhadap rombongan Flotilla yang mencoba menembus Gaza hanya bisa disaingi oleh Video Ariel ya ? Ada banyak video yang beredar, baik dari pihak Israel maupun dari para aktivis perdamaian. Tapi yang satu ini, lain  dari yang lain.. Kenapa ? Durasinya 1 jam ! dan High Definition ! Israel tentu kecolongan, karena mereka merasa sudah menghancurkan dan menyita semua peralatan milik para aktivis ketika melakukan penyerbuan. Dari tulisan saya di Israel Menemukan Senjata Sangat Berbahaya di Kapal Mavri Marmara!, ternyata ada senjata mematikan yang tidak disita oleh Tentara Israel yaitu Pikachu.. ;) Selain senjata tajam, ternyata ada beberapa foto dan video yang berhasil diselamatkan. Sampai hari Kamis 10 Juni kemarin, saya hanya menemukan beberapa koleksi foto dan video dari pihak aktivis perdamaian Turki dan 1 video berasal dari Al Jazeera. Walaupun sampai saat ini, pihak Israel belum mengembalikan peralatan milik Aktivis Perdamaian, namun ada berita menggembirakan, ternyata ada 1 rekaman video berdurasi 1 jam yang berhasil diselamatkan dari penyitaan oleh Israel. Iara Lee Sang Tokoh Kisahnya bermula dari seorang aktivis kemanusiaan cultureofresistance.org yang bergabung di Kapal Mavri Marmara yang merupakan kapal terbesar dalam rombongan Flotilla. DIa bernama Iara Lee, seorang keturunan Korea yang merupakan warga negara US dan Brazil.

“I decided to join the Freedom Flotilla after going to Gaza a few months ago and seeing first hand the devastation there. After hearing the pleas of the people living in Gaza to have the blockade lifted, I felt I must do something." "Saya memutuskan untuk bergabung dengan Freedom Flotilla setelah pergi ke Gazabe berapa bulan sebelumnya dan melihat secara langsung kerusajan yang terjadi disana. Setelah mendengarkan permintaan orang-orang yang tinggal di Gaza supaya blokade dibatalkan, saya merasa bahwa saya harus melakukan sesuatu" (sumber: http://culturesofresistance.org/press-release-flotilla-footage )

Apa yang dialami oleh Iara Lee ? Pada awalnya, saya menemukan liputan wawancara democracynow.org dengan Iara Lee pada tanggal 10 Juni 2010 di sini. Ini petikan wawancaranya dan terjemahan bebasnya:

JUAN GONZALEZ: Over a week after Israel’s deadly assault on the Gaza-bound humanitarian aid flotilla that left nine Turks dead, questions remain about exactly what happened on the Mavi Marmaraor on the other boats that fateful Monday morning. Lebih dari seminggu setelah serangan mematikan Israel terhadap bantuan kemanusiaan Flotilla untuk Gaza yang mengakibatkan 9 orang berasal dari Turki yang tewas, pertanyaan yang mengemuka masih tentang apa yang sesungguhnya terjadi di Kapal Mavri Marmara dan kapal-kapal lainnya pada Senin pagi yang menentukan itu. President Obama addressed the incident during a joint press conference with Palestinian Authority President Mahmoud Abbas on Wednesday. He expressed his support for an investigation that, quote, "met international standards" and said it was, quote, "in Israel’s interest to make sure that everybody knows exactly how this happened so that we don’t see these kinds of events occurring again." Obama also described the situation in Gaza as "unsustainable." Presiden Obama membicarakan insiden tersebut selama konferensi pers bersama dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada hari  Rabu. Dia menunjukkan dukungannya untuk adanya suatu investigasi dengan penekanan pada "sesuai standar internasional" dan "Dalam kepentingan Israel untuk memastikan bahwa setiap orang tahu secara tepat bagaimana hal ini terjadi sehingga kita tidak akan melihat kejadian seperti ini terulang kembali. Obama juga menjelaskan bahwa situasi di Gaza sebagai "tidak dapat dilanjutkan" PRESIDENT BARACK OBAMA: We saw the tragedy with the flotillas, something that I think has drawn attention all around the world to the ongoing problems in Gaza. As part of the United Nations Security Council, we were very clear in condemning the acts that led to this crisis and have called for a full investigation. And it is important that we get all the facts out. But what we also know is that the situation in Gaza is unsustainable.Kami melihat tragedi flotilla, sesuatu yang saya fikir telah menarik perhatian semua orang di penjuru bumi ini terhadap masalah yang berkelanjutan di Gaza. Sebagai bagian dari Dewan Keamanan PBB, kami sangat jelas dalam pengutukan tindakan yang menyebabkan krisi ini dan telah meminta adanya investigasi yang menyeluruh. Dan adalah penting bahwa kita mendapatkan semua faktanya. Tapi apa yang juga harus kita ketahui adalah situasi di Gaza adalah "tidak dapat dilanjutkan"AMY GOODMAN: Well, Israel has refused to agree to an international investigation, has also tightly controlled the images of its naval raid on the flotilla, seized almost all of the photographic and video equipment of the passengers aboard the ship, also jammed all communications as they were raiding the ships. Well, Israel telah menolak untuk menyetujui adanya investigasi internasional, secara ketat juga telah mengontrol gambar penyerbuan tentaranya pada flotilla, menyita hampir semua peralatan fotografi dan video para penumpang juga memutuskan semua jalur komunikasi ketika mereka menyerbu kapal. But a handful of people were successful in smuggling out some of their video and photographs. Yesterday we brought you the Australian reporters with the Sydney Morning Herald. Kate Geraghty had managed to get out some of her photos. We showed them, and you can go to our website online at democracynow.org. Tapi beberapaorang berhasil menyelundupkan keluar beberapa rekaman video dan foto mereka. Kemarin, kami membawa kepada Anda reporter Australia untuk Sydney Morning Herald. Kate Geraghty telah berhasil menyelundupkan keluar beberapa foto miliknya. Kami memperlihatkannya, dan Anda dapat pergi ke website online kami di democracynow.org. Today, in a Democracy Now! global exclusive, we bring you a sneak preview of previously unseen raw footage from the Mavi Marmara that will be formally released at a news conference today at the United nations. The footage shows the mood and the activities onboard theMavi Marmara in the time leading up to the attack, and the immediate reaction of the passengers during the attack, as well as a number of the injured passengers, a number of the passengers who were shot. Hari ini, di di acara Democracy Now ! global exclusive, kami membawakan kepada Anda preview singkat dari video asli yang belum pernah diperlihatkan dimana-mana, dari Mavi Marmara yang secara formal akan dirilis pada konferensi berita hari ini di PBB. Rekaman videotersebut menunjukkan suasana hati (mood) dan aktivitas diatas kapal Mavri Marmara sampai dengan penyerangan, dan reaksi segera dari para penumpang selama masa penyerangan, begitu juga menunjuukkan adanya sejumlah penumpang yang terluka, sejumlah penumpang yang tertembak. For more, we’re joined here in New York by filmmaker and activist Iara Lee. She directs the Cultures of Resistance network and was one of the few Americans on the Mavi Marmara ship. Her equipment was confiscated, but she did manage to have smuggled out an hour’s worth of footage. Lebih lanjut, kami diajak kesini di New York oleh aktivis dan sekaligus pembuat film: Iara Lee. Dia mengarahkan jaringan Cultures of Resistance dan merupakan satu dari sedikit orang Amerika di Kapal Mavri Marmara. Peralatan yang dimilikinya telah disita Israel, tapi dia berhasil menyelundupkan keluar sebuah rekaman video berdurasi satu jam yang berharga. Iara Lee, welcome to Democracy Now! Describe that day. Iara Lee, selamat datang di Democracy Now!. Jelaskan apa yang terjadi pada hari itu. IARA LEE: We were prepared for a confrontation, but we never thought it was going to be this kind of violent, disproportional violence, confrontation. So the women were going to scream, the men were going to push and kick. But when we saw commandos coming down the helicopter and all these Zodiacs full of navy soldiers coming just around, it was just—we had no words. And it started at 11:00. We noticed the two navy Israeli ships. Kami sudah siap akan adanya konfrontasi, tapi kami tidak pernah berfikir bahwa konfrontasi itu akan menjadi konfrontasi dengan kekerasan yang seperti itu, suatu kekerasan yang tidak proporsional. Sehingga pada saat itu, para wanita mulai berteriak, para pria mulai mendorong dan menendang. Tapi kami melihat pasukan komando Israel turun dari helikopter dan semua zodiac ini penuh dengan tentara angkatan laut yang datang dari sekitar kita, intinya, kami tidak bisa berkata-kata apa lagi. Dan peristiwa itu dimulai pada jam 11:00. Kami mengetahui ada 2 kapal angkatan laut Israel. JUAN GONZALEZ: That’s 11:00 p.m., right? Itu jam 11:00 p.m kan ? IARA LEE: Yeah, it’s 11:00 p.m. We were in the middle of international waters. And then, around 4:00 a.m., the assault started. And apparently their trademark is silence, so they came— Ya, itu pukul 11:00 p.m. Kami sedang berada di perairan internasional. Dan kemudian, sekitar jam 4:00 a.m, penyerangan dimulai. Dan jelas kelihatan mereka melakukannya dengan diam-diam hingga akhirnya mereka tiba. AMY GOODMAN: As you’re talking, we’re going to be playing some of the video. And for our radio listeners, you can go to our website at democracynow.org. Continue, Iara. Seperti yang kamu ceritakan, kami akan memutar sebagian video. Dan untuk para pendengar radio kami, Anda dapat pergi ke website kami di democracynow.org. Lanjutkan, Iara. IARA LEE: And so, the Zodiacs came and surrounded, and the helicopters had their commandos coming down. And it was chaos, total chaos. The women were told to go downstairs and stay quiet and calm. And, you know, I was very concerned about my cameraman, my friends, so I went up. And by the time I went up just to see what was going on, I already saw many injured and dead bodies. It was terrifying. In the media room, the journalists were trying to hide there. But at the end of the operation, we had all our equipment confiscated. During the raid, all the people had their cameras and videos, but unfortunately everything got confiscated. Dan, boat zodiac datang dan mengelilingi, dan helikopter menurunkanpasukan komandonya. Yang terjadi kemudian adalah chaos, benar-benar chaos. Para wanita diberitahu untuk turun kebawah dan tetap tenang dan kalem. Dan begitu aku naik keatas untuk menlihat apa yang sedang terjadi, saya sudah melihat ada banyak yang terluka dan tewas. Itu mengerikan. Di ruang media, para jurnalis mencoba bersembunyi disana. Tapi diakhir operasi, semua peralatan yang kami miliki disita. Selama penyerangan, semua orang memiliki kamera dan video, tapi sayangnya semua disita. JUAN GONZALEZ: And when you say you went up, that means that you were down in a lower deck before the—as the attack unfolded, and your cameraman was on an upper deck? Dan ketika kamu mengatakan bahwa kamu naik keatas, itu berarti sebelumnya kamu ada di level dek-- ketika serangan terjadi, dan kameramen kamu ada di tingkat diatas deck ? IARA LEE: Yes. Everybody was roaming around, and everybody has their cameras and their video cameras, so everybody was documenting. It’s just that nobody was able to bring the footage out or the photographs out. Ya, semua orang berkeliaran, dan setiap orang memegang kamera dan video, sehingga setiap orang mendokumentasikan apa yang terjadi. Hanya saja masalahnya tak ada satupun yang berhasil membawa rekaman foti dan video keluar. AMY GOODMAN: When you show the video of the helicopters above—and we’re showing that now—we see that there is—and we can hear below the sound of an explosion. What was happening there? Ketika kamu menunjukkan video helikopter yang sedang diatas-- dan kita sedang melihatnya sekarang-- kita melihat jelas bahwa ada-- dan kita bisa mendengar suara ledakan. Apa yang sedang terjadi disana ? IARA LEE: I can’t give you all the technical information about what is rubber bullet sound, what is, you know, live ammunition. But obviously, they came with live ammunition. And minutes afterwards, we had the megaphone in our rooms, in every room on the ship, saying, "Stay quiet and calm. They’re using live ammunition. There is no way we can resist. They are taking over the ship. Just stay calm and don’t resist at all." You know? The other boats, they used rubber bullets and tear gas; they didn’t kill people. But in our ship, they came to kill. Saya tidak dapat memberikan kamu semua informasi teknis tentang apakah itu suara peluru karet atau apakah amunisi yang sesungguhnya. Tapi jelas, mereka datang dari amunisi yang sesungguhnya. Dan beberapa menit setelahnya, kami mendengar suara dari megaphone di ruangan kami, di setiap ruangan di kapal, yang mengatakan, "Tetap diam dan tenang. Mereka menggunakan amunisi sungguhan. Tidak ada cara kami untuk dapat bertahan. Mereka mengambil alih kapal. Tetaplah tenang dan jangan melakukan perlawanan sama sekali" Tahu tidak ? di boat yang lain, mereka menggunakan peluru karet dan gas air mata; mereka tidak membunuh orang sama sekali. Tapi di kapal kami, mereka datang untuk membunuh. JUAN GONZALEZ: The issue of these explosions, several people have said, have told us, that the explosions occurred, and even some shooting, before any soldier landed on the boat. Is that your recollection, or do you know for sure? Isu tentang ledakan ini, beberapa orang telah mengatakan, dan telah memberitahu kami, bahwa ledakan benar terjadi, dan bahkan beberapa kali tembakan, sebelum tentara mendarat diatas kapal. Apakah begitu ingatan Anda, atau Anda tahu dengan pasti ? IARA LEE: We didn’t have guns. We were, you know, grabbing chairs. And, you know, the boys were taking like whatever they could get hold of, like broomsticks and so forth. And it was just completely disproportionate. And the injuries and the dead people started happening very quickly, to the point that—you know, you can see here in the footage. They managed to get hold of some Israeli soldiers, but obviously we were so brainwashed about nonviolence as our methodology that we didn’t kill any of the Israeli soldiers. Actually, when they got injured with the commotion, they actually got treated by our passengers. But the megaphone kept saying, "We are civilians. Don’t use violence. And we have extremely injured people. We need medical help," because we were not prepared medically to take care of, like, dead people. But we were ignored, and a lot of people who were injured actually ended up bleeding to death and died. Kami sama sekali tidak memiliki senjata. Kamui, tahu tidak, menggunakan kursi. Dan tahu tidak, para pria mengambil apapun yang dapat diambil, seperti gagang sapu dan lain-lain. Dan itu benar-benar sangat tidak seimbang. Dan orang-orang yang luka dan bahkan tewas mulai berjatuhan dengan sangat cepat, untuk menunjukkan hal itu--tahu gak, Anda dapat melihatnya di rekaman video itu. Mereka berhasil menahan beberapa tentara Israel, tapi jelaskan bahwa kami dicuciotak tentang anti kekerasan sebagai metodologi kami sehingga kami tidak membunuh satupun tentara Israel. Sebenarnya, ketika tentara Israel terluka dalam suasana kacau, mereka benar-benar dirawat oleh penumpang kapal kami. Tapi megaphone terus mengumumkan bahwa "Kami adalah orang sipil. Jangan gunakan kekerasan. Dan ada orang-orang yang terluka parah bersama kami. Kami membutuhkan bantuan medis", kenapa? karena kami tidak disiapkan secara medis untuk merawat/menolong orang semisal orang yang mati. Tapi kami dicuekin, dan banyak orang yang terluka akhirnya mengalami pendarahan menuju kematiannya dan akhirnya benar-benar meninggal. AMY GOODMAN: Describe that, because this is the footage, as the narrative was laid out over the days, we of course did not see, although the Israeli military has all of it in their possession. This footage that you have shows one person after another being dragged out and attempts at treating them. Describe the injuries that you saw. Jelaskan bahwa, karena ini adalah rekaman video, dalam bentuk narasi tentang beberapa hari kemudian, yang tentu saja kami tidak melihatnya, sekalipun militer Israel memiliki semua rekaman tersebut. Rekaman video kamu menunjukkan satu demi satu diseret dan usaha memperlakukan mereka (baca: para aktivis). Jelaskan orang-orang terluka yang kamu lihat. IARA LEE: As I said, I was going up and down, just trying to get an overview and making sure some of the people I knew were OK. And, you know, like, it was very chaotic. I just know that when they call us like a hate boat, this is insane, because obviously we were there to bring humanitarian aid to Gaza, and they were the ones using live ammunition, to the point when they did the autopsy, the people who are found dead, they had like thirty bullets. So, can we say the Israeli navy and the commandos, they came to play ball with us? No, they came to kill. They wanted to take over the ship. And we were actually—according to some research, the ship was even fleeing, because we didn’t want this kind of like heavy confrontation. But they came in the middle of international waters and overpowered us. Separti sudah saya katakan, Saya naik dan turun, hanya untuk mendapatkan gambaran situasi dan memastikan beberapa orang yang saya tahu dalam keadaan selamat. Dan, tahu tidak, semuanya sangat kacau balau. Yang saya tahu bahwa ketika mereka (pihak Israel) menyebut kami seperti perahu kebencian, ini gila, karena jelas-jelas kami membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan mereka justru pihak yang menggunakan amunisi sungguhan, yang diketahui ketika mereka yang tewas diotopsi, mereka terkena 30 peluru (baca juga berita tentang bagaimana tewasnya 9 orang aktivis). Lalu, dapatkah kita mengatakan bahwa angkatan laut Israel dan pasukan komando datang untuk ngajak main bola dengan kami ? Tidak, mereka memang datang untuk membunuh. Mereka ingin mengambilalih kapal. Dan kami sebenarnya --mengikuti hasil sebagian riset, kapal kami bahkan berusaha menghindar, karena kami tidak menginginkan konfrontasi berat yang seperti itu. Tapi mereka datang di perairan internasional dan menyerang kami. AMY GOODMAN: We’re showing some footage now, which I want to describe for our radio listeners, of a clearly wounded man. He’s on the ground. He’s been wounded in the chest, and they are trying to treat him on the ground of the ship. Let’s listen to this. What was that? Kami sedang memutar beberapa cuplikan rekaman video sekarang, yang saya akan jelaskan kepada pendengar radio kami, adalah jelas ada pria yang terluka. Dia sedang tergeletak. Dia telah terluka di dada dan mereka mencoba untuk merawatnya Mari kita dengarkan ini. Itu tadi apa ya ? UNIDENTIFIED WOMAN: All the passengers are sitting down!Semua penumpang dudukAMY GOODMAN: And now we see a woman speaking. Dan sekarang kita melihat ada seorang wanita berbicara UNIDENTIFIED WOMAN: We are not [inaudible]. We are civilians taking care of injured people! Don’t use violence! We need help for the people! Don’t use violence against the civilians!Kami tidak [gakjelas suaranya]. Kami orang sipil yang sedang merawat orang-orang yang terluka. Jangan gunakan kekerasan! Kami perlu memberikan pertolongan pada orang-orang. Jangan gunakan kekerasan kapada orang sipil!AMY GOODMAN: The woman is saying, "Don’t use violence against the civilians. People are sitting. We have many injured people. Please don’t attack." And that is the video footage. Wanita itu berkata, "Jangan gunakan kekerasan pada orang sipil. Semua orang dalam posisi duduk. Kami memiliki banyak orang terluka. Tolong jangan lakukan serangan." Itulah cuplikan videonya. IARA LEE: Yes, I think the miscalculation was that the Israelis thought, by jamming our satellite system, the world would not have any access to information. And they didn’t know that we had a backup system that was able to transmit live some of the events. And obviously it was dark in the middle of the ocean, so they thought they had it all taken care, as far as like no information would come out. They would be the only ones holding the information, because they were obviously filming. And we were hundreds of people, so some of us did manage to get, you know, photographs and video footage out. And today we are showing raw, uncensored footage, and everybody can take the clue. And we’ll make it available to the world for investigations. Ya, saya fikir Israel salah perhitungan, dengan memacetkan sistem satelit kami, dunia tidak akan memiliki akses terhadap informasi yang sebenarnya. Dan mereka tidak tahu bahwa kami memiliki sistem backup yang mampu mengirim secara live beberapa kejadian. Dan jelaslah ini terjadi dalam kegelapan di tengah-tengah laut., sehingga mereka pikir mereka sudah berhasil mengatur semuanya, karena sejauh ini kelihatannya tidak ada informasi yang keluar. Mereka akan menjadi satu-satunya pihak yang memiliki informasi, karena mereka jelas-jelas melakukan pembuatan film. Dan kami adalah ratusan orang, sehingga beberapa dari kami berhasil mengambil foto dan cuplikan video. Dan hari ini kami akan menunjukkan cuplikan video yang asli dan tidak disensor, dan setiap orang dapat menangkap petunjuk yang ada. Dan kami akan menyediakannya bagi dunia untuk investigasi. JUAN GONZALEZ: Interestingly, in the video that you’ve been showing here, obviously, in the outdoors, it’s very dark, and unless you have a light, it’s kind of hard to make out what’s going on, unless you have a flood lamp on. But the footage that the Israelis posted on YouTube, it looked like it was daylight. And could you talk about how they managed to do that? Because it looked like this was occurring in the middle of the day, not, as it was, at 4:00 in the morning. Menarik, di video yang kamu tunjukkan disini, jelas, di luar, sangatlah gelap, kecuali kalau kamu punya cahaya, adalah sangat sulit untuk mengetahui apa yang sedang terjadi, kecuali jika kamu memiliki banyak lampu menyala. Tapi cuplikan video yang di post pihak Israel di youtube, kelihatannya itu terjadi di siang hari. Dan bisakah kamu ceritakan bagaimana mereka bisa melakukannya ? Karena itu kelihatannya terjadi di siang hari bolong tidak kelihatan seperti terjadi pada jam 4:00 dipagi hari IARA LEE: Yeah, it’d be the technology. I think once people start using our footage for investigation, they would always—they will always be able to brighten out and analyze, frame by frame, you know? But it was 4:00 a.m. It was dark, you know? Ya, itu masalah teknologi. Saya pikir begitu orang mulai menggunakan cuplikan video kami untuk investigasi, mereka akan bisa membuatnya lebih terang dan menganalisa, frame demi frame, tahu kan ? Tapi itu benar terjadi jam 4:00 a.m. Saat itu gelap. AMY GOODMAN: In an interview with the New York Times, Dr. Hasan Huseyin Uysal, a Turkish doctor, said he treated Israeli commandos who were captured and briefly detained during initial stages of the raid on the ship challenging the blockade. And then the soldiers were given back to the Israeli commandos. Pada interview dengan New York Times, Dr. Hasan Huseyin Uysal, dokter Turki, mengatakan bahwa dia merawat tentara komando Israel yang ketangkap dan ditahan sebentar ketika tahapan awal penyerangan terhadap kapal berlangsung. Dan kemudian tentara tersebut dikembalikan ke pasukan komando Israel. (Catatan: nanti saya akan coba buat tulisannya) IARA LEE: Which basically proves that we were not there to lynch anybody, because we had the opportunity of killing or really like mistreating these soldiers, and we didn’t, you know, because we are humanitarian. Despite the chaos, we knew we were supposed to stay nonviolent. Itu pada dasarnya membuktikan bahwa kami tidak berada disana untuk membunuh beramai-ramai setiap orang, karena kami memiliki peluang untuk membunuh atau minimal mengabaikan/melukai tentara-tentara yang terluka itu, dan kami tidak melakukannya, tahu kan, karena kami aktivis kemanusiaan. Meskipun ada kekacauan,kami tahu bahwa kami harus tetap tidakmelakukan tindakan kekerasan. JUAN GONZALEZ: One of the amazing things to me is that given the number of people that were on that boat, the lack of any attempt by the—especially the US media, including this account in the New York Times, which is the only attempt to, quote, "reconstruct" what happened, are not really saying—giving details, how were these people shot. Where were they at the time they were shot? What were their wounds like? What was happening around them? There is really no attempt to reconstruct an incident, where there were hundreds, literally, of witnesses to what actually happened. Satu hal yang menakjubkan bagi saya adalah mengingat ada sejumlah orang yang ada di kapal, kurangnya usaha oleh --terutama media di US, termasuk laporan ini di New York Times, yang merupakan satu-satunya  yang mengatakan "rekonstruksi" tentang apa yang terjadi, tapi tidak benar-benar mengatakan dengan rinci bagaimana orang-orang ini tertembak. Dimana mereka pada saat ditembak ? Lukanya seperti apa ? Apa yang terjadi disekitar mereka ? Tidak ada yang benar-benar berusaha untuk merekonstruksi insiden, dimana ada ratusan, secara harfiah, saksi yang mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi. IARA LEE: That’s why we demand our footage back, because they confiscated all our hard drives and camera equipment. We could reconstruct the events, if we were given our footage back, and not the idea of using a manipulative fashion. They are extracting things for their stories and putting on the YouTube by their channel. This is like complete violation of respect for media. And, you know? Itulah kenapa kami menuntut kembali rekaman foto dan video kami, karena mereka menyita semua harddisk (alat penyimpanan, misal: memory, disc dll)  dan peralatan kamera. Kita dapat merekonstruksi kejadiannya, jika kami diberikan rekaman kami kembali, dan bukan ber-ide untuk menggunakan suatu cara yang manipulatif. Mereka mengekstrak sesuatu yang dibutuhkan untuk cerita mereka dan meletakkannya di Youtube. Ini benar-benar pelanggaran terhadap media yang dihormati. Dan, tahi tidak ? AMY GOODMAN: Yesterday we interviewed two reporters from theSydney Morning Herald, reporter and photographer Paul McGeough and Kate Geraghty, and she managed to secrete one—a few of her disks out. They found others. But they kept all of their equipment, $60,000 to $80,000 of equipment and hard drives. They repeatedly said they would return it, but on the Turkish dock there was none of it. People can go online and see her photographs on our website. Interestingly, also, a group of top Israeli Naval reserve officers Sunday, this was in, I believe— Kemarin kami menginterview dua reporter dari Sydney Morning Herald, reporter dan jurukamera Paul McGeough dan Kate Geraghty, dan dia berhasil mengeluarkan secara diam-diam satu dari beberapa disk yang dia punya. Mereka (baca: Israel) menemukan yang lainnya. Tapi mereka (baca:Israel) mengambil semua peralatan mereka (baca: reporter australia), seharga antara $60,000 sampai $80,000. Mereka (baca: Israel) berulangkali mengatakan bahwa mereka akan mengembalikannya, tapi di pelabuhan Turki tak ada satupun ada peralatan itu. Orang-orang bisa online dan melihat foto-foto mereka di website kami. Menariknya, juga, ada kelompok perwira cadangan Angkatan Laut Israel yang diberitakan di JUAN GONZALEZ: In Ha’aretz. di Ha'aretz AMY GOODMAN: In Ha’aretz—"publicly called on Israel to allow an external probe into its commando raid of a Gaza-bound humanitarian aid flotilla." They wrote a letter to Netanyahu and the Israeli Defense Forces chief. "The Navy officers denounced the commando raid as having 'ended in tragedy [both at] the military and diplomatic levels.'" Di Ha'aretz-- "secara terbuka meminta pada Israel untuk membolehkan penyelidikan eksternal terhadap serangan komando ke bantuan kemanusiaan Flotilla untuk daerah Gaza." Mereka menulis surat ke Netanyahu dan Kepala Angkatan Pertahanan Israel. "Para perwira Angkatan Laut mengecam serangan komando yang berakhir menjadi suatu tragedi baik kepada kepada tingkatan militer maupun tingkatan diplomatik." They said, "We disagree with the widespread claims that this was the result of an intelligence rift. In addition, we do not accept claims that this was a 'public relations failure' and we think that the plan was doomed to failure from the beginning." They said, "First and foremost, we protest the fact that responsibility for the tragic results was immediately thrust onto the organizers of the flotilla." That’s Israeli Navy reserve officers demanding an independent investigation. Mereka mengatakan, "Kami tidak setuju dengan klaim luas bahwa ini semua adalah hasil dari keretakan intelijen. Tambahan, kami tidak menerima klaim bahwa ini adalah 'kegagalan public relations' dan kami pikir bahwa rencana itu memang sudah gagal dari awalnya." Mereka berkata, "Pertama dan terpenting, kami memprotes fakta bahwa tanggungjawab dari hasil yang tragis ini tergesa-gesa di tujukan pada pihak pengorganisir Flotilla." Itu tuntutan perwira cadangan Angkatan Laut Israel terhadap adanya investigasi yang independen. IARA LEE: Yeah, I read this article, and I think the international community must keep putting pressure for an independent, unbiased investigation. And we must get all our footage back to reconstruct what happened. I will make my footage available. That’s why it’s uncensored, it’s raw. And people can bring the international lawyers, who need to apply international law to investigate those crimes. Ya, saya membaca artikel itu, dan sata fikir komunitas internasionalharus tetap menekan untuk adanya investigasi yang independen dan tidak bias. Dan kita harus mendapatkan kembali semua rekaman untuk merekonstruksi apa yang terjadi. Saya akan membuat cuplikan rekaman video saya tersedia untuk diakses. Itulah kenapa tidak disensor, itu asli. Dan orang-orang dapat mebawa pengacara internasional, yang akan menerapkan hukum internasional untuk menginvestigasi kejadian kriminal itu. (baca: serangan terhadap flotilla) JUAN GONZALEZ: I want to read here just from the Guardian's coverage in England on Friday, which I think is one of the few that actually attempts to explain what happened. And they're reporting the forensic report of the Turkish authorities, where they say that, as you were mentioning, a total of—the people, the nine people who are so far identified as dead, thirty times they were shot. Five were killed by gunshot wounds to the head. And interestingly, it says the nineteen-year-old, Furkan Dogan, who also has US citizenship, "was shot five times from less than 45 cm [...], in the face, the back of the head, twice in the leg and once in the back." At less than forty-five centimeters, you’re talking at almost point-blank range that he was shot five times. Saya ingin membacakan ini dari pemberitaan Guardian Inggris pada hari jumat, yang saya fikir satu dari sedikit usaha yang sungguh2 untuk menjelaskan apa yang terjadi. Dan mereka melaporkan laporan forensic dari pihak berwenang di Turki, dimana mereka mengatakan bahwa, seperti sudah kamu sebutkan, secara total, 9 orang yang diidentifikasi tewas, mendapatkan 30 kali tembakan. Lima dibunuh dengan tembakan yang melukai kepala. Dan menariknya, juga dikatakan bahwa seorang warga negara US berusia 19 tahun, Furkan Dogan, "ditembak 5 kali dari jarak kurang dari 45 cm [...], di muka, dibelakang kepala, dua kali di kaki dan satu di punggung." Kurang dari 45 centimeter, Ini jarak yang sangat dekat dimana dia ditembak 5 kali. IARA LEE: Our main internet person in our media room also got shot in the head. You know, this was not like a non-premeditated— Orang internet utama kai yang ada di ruang media juga mendapatkan tembakan di kepala, Tahu tidak, ini tidak seperti sesuatu yang tidak direncanakan sebelumnya. (Catatan: Apakah para Kompasianer sudah lihat film cuplikan daftar nama-nama orang penumpang pesawat Mavri Marimara yang terjatuh dari pasukan Komando Israel dan sempat direkam ?) AMY GOODMAN: Was he killed? Apakah dia terbunuh ? IARA LEE: No, no. The only people killed were the Turkish people and this one US citizen, yeah. But people were getting— Tidak, tidak. Orang yang terbunuh adalah orang Turki dan salah satunya berkewarganegaraan US. AMY GOODMAN: And how was he shot in the head? Dan bagaimana ceritanya dia ditembak di kepala ? IARA LEE: I don’t have the details, but I know, since we were always with the media department, that I heard that he was the one that got shot. Saya tidak mengetahui detilnya, tapi saya mengetahuinya, karena kami selalu dengan departemen media, dimana saya mendengar bahwa dia salah satu yang mendapatkan tembakan. (Catatan: Mudah-mudahan yang bersangkutan bisa sehat seperti sediakala dan dapat menceritakan proses bagaiamana dia ditembak di kepalanya) JUAN GONZALEZ: The Guardian report also says that forty-eight other people suffered gunshot wounds and that six activists remain missing. Laporan Guardian juga mengatakan bahwa 48 orang lainnya mendapatkan luka tembakan dan 6 aktivis masih belum ditemukan. IARA LEE: Yes. And— Ya. Dan .. JUAN GONZALEZ: Have you unidentified who those missing are? Sudahkah Kamu mengidentifikasi siapa saja yang hilang ? IARA LEE: Obviously, we cannot jump to conclusions, but they are not hurt, they are not injured, they are not killed. They disappeared. I don’t know. It’s something that must be investigated. I mean, some people even speculate that we had spies, so maybe some of these missing people were, you know, Mossad agents. We don’t know. We need to investigate. Were they thrown off the boat? Jelasnya, kami tidak dapat menyimpulkan, tapi mereka tidak terluka ataupun terbunuh. Mereka menghilang.Saya tidak mengetahuinya. Ini sesuatu yang harus diinvestigasi. Maksud saya, beberapa orang bahkan berspekulasi kalau mereka itu mata-mata, karenanya mungkin beberapa dari orang yang hilang ini, tahu kan, adalah agen Mossad. Kami tidak mengetahuinya.Kami perlu menginvestigasinya. Apakah mereka dibuang keluar kapal ? AMY GOODMAN: What happened to you after? Apa yang terjadi pada kamu setelah itu ? IARA LEE: Everybody got handcuffed and taken—basically kidnapped from international waters to Israel. And when we arrived there, they said, "Sign here," that you’re going to be deported because you’re illegally in Israel. And we were, like, shocked. We didn’t want to be in Israel. We were kidnapped from international waters and brought to Israel. And we were completely incommunicado. All the questions— Setiap orang diborgol dan dibawa- pada dasarnya diculik dari perairan internasional oleh Israel. Dan ketika kami sampai disana, mereka mengatakan, "Tandatangan disini," yang menyatakan bahwa kamu akan dideportasi karena secara ilegal berada di Israel. Dan kami, terkejut dan terpukul. Kami tidak menginginkan untuk berada di Israel. Kamidiculik dari perairan internasional dan dibawa ke Israel. Dan kami benar-benar tidak dapat berkomunikasi kemana-mana. Semua pertanyaan — AMY GOODMAN: Did you agree to sign? kamu menandatanganinya ? IARA LEE: No. At the beginning, we didn’t sign. We didn’t answer questions. I mean, most people. Myself, I said, "Listen, I need my embassy. I need a lawyer. I’m not going to be submitting myself to this kind of interrogation." But we were incommunicado, you know? And I think the embassies put a lot of pressure. And then, a couple of days later, or even three days later—I can’t even remember, because it was just so chaotic—the embassies were able to start talking to us, and we were able to make one phone call to our families. Not everybody even managed to make one phone call to their family to say that we were alive. Tidak. Pada awalnya, kami tidak menandatanganinya. Kami tidak mau menjawab pertanyaan. Maksud saya, kebanyak orang. Saya mengatakan "Dengar, saya butuh orang dari kedutaan besar saya. Saya butuh pengacara. Saya tidak akan menyerahkan diri untuk interogasi seperti ini." Tapi kami dalam keadaan tidak bisa berkomunikasi kemana-mana kan ? Dan saya pikir kedutaan besar akan sangat menekan. Dan kemudian, dua hari kemudian, atau mungkin 3 hari kemudian— saya tidak bisa mengingatnya, karena saat itu sangat kacau balau— pihak kedutaan besar bisa berbicara dengan kami, dan kami bisa menelpon satu kali ke keluarga kami. Tidak setiap orang berhasil menelpon ke keluarganya untuk mengatakan bahwa mereka masih hidup. AMY GOODMAN: How long could you speak? Berapa lama kamu dapat berbicara ? IARA LEE: Hmm? Hmm ? AMY GOODMAN: How long could you speak on the phone? Berapa lama kamu dapat berbicara di telpon ? IARA LEE: Oh, no, it was just like, you know, one minute. And me, I had to call my office, because people are working. And the girl, the security girl, she hangs up, saying, "I told you, you can only call home." I said, "But my sister is at the office. I can’t call her at home. She’s working." She didn’t allow me to say not even two words. I just said, "Are you at the office?" And then she hangs up. Oh, itu seperti satu menit. Dan saya harus menelpon ke kantor saya, karena masih ada orang yang sedang bekerja. Dan seorang wanita, petugas keamanan, memutuskan telpon saya sambil berkata "Saya sudah bilang, kamu hanya boleh menelpon rumah" Saya bilang "Tapi saudara perempuan saya ada di kantor. Saya tidak bisa menelponnya di rumah. Dia sedang bekerja." Petugas keamanan itu tidak membolehkan saya untuk sekedar mengucapkan 2 kalimat saja. Saya baru ngomong "Apakah kamu ada di kantor?" dan petugas itu langsung memutuskan sambungan telpon. AMY GOODMAN: Where were you deported to? Dimana kamu dideportasi ? IARA LEE: We were—the ship was brought to Ashdod port, and apparently they had organized already, a few months earlier or a few weeks earlier, a whole prison facility to accommodate us. It was a new facility that was ready to keep hundreds of people, innocent people. Kami— kapalnya dibawa ke pelabuhan Ashdod, dan keliatannya mereka sudah mengorganisasikan sebelumnya, beberapa bulan atau beberapa minggu sebelumnya, seluruh fasilitas penjara untuk mengakomodasi kami. Itu fasilitas baru yang disiapkan untuk menampung ratusan orang, orang yang tidak bersalah. AMY GOODMAN: So you were held there for a number of days. And then where were you deported to? Jadi kamu ditahan disana untuk beberapa hari. Dan kemana  kamu dideportasikan ? IARA LEE: At the very end, we didn’t know. We thought we were going home. And when we got to Tel Aviv airport, they told us that we were all going to Istanbul. And then I found out that the prime minister of Turkey had sent Turkish Airlines airplanes to evacuate us all. That was another like huge drama, because the Turkish prime minister said that we would not depart until everybody was returned, and especially the president of IHH, the IHH, the main humanitarian organization. So we sat at the Tel Aviv airstrip on these planes for many, many hours in complete agony, because there was some sort of declaration that if they didn’t release the president of IHH, this would be considered a declaration of war. And I was just like, my god, this is getting more and more surreal by the minute. But finally, very late—I think it was like in the middle of the night—they released the president of IHH. We took off, and we landed around 4:00 a.m. in Istanbul, all of us. Pada akhirnya, kami tidak mengetahuinya. Kami berfikir kami akan kembali pulang. Dan ketika kami pergi ke bandara Tel Aviv, mereka memberitahu kami bahwa kami semua akan pergi ke Istanbul. Dan kemudian saya mengetahui bahwa Perdana Menteri Turki telah mengirimpesawat Turkish Airline untuk mengevakuasi kami. Itu adalah hal lain se[erti sebuah drama yang besar, karena Perdana Menteri Turki mengatakan bahwa kami tidak akan berangkat sampai semua orang dikembalikan, dan khususnya presiden IHH sebuah organisasi kemanusiaan besar. Karena itu kami duduk di pesawat di landasan bandara Tel Aviv berjam-jam dalam keadaan menderita, karena ada semacam deklarasi bahwa jika mereka tidak melepaskan presiden IHH, itu akan dianggap sebagai deklarasi perang. Dan saya seperti melihatnya akan menjadi kenyataan dari menit ke menit. Tapi akhirnya, sangat malam—Saya fikir seperti pada saat tengah malam—mereka melepas presiden IHH. Kami mengudara, dan mendarat sekitar jam 4:00 a.m. di Istanbul. AMY GOODMAN: Well, Iara Lee, I want to thank you for being with us. When are you releasing this at the United Nations today? Well, Iara Lee, Saya ingin berterimakasih atas kebersamaannya dengan kami. Kapan, hari ini kamu merilis cuplikan rekaman video ini di PBB ? IARA LEE: So it’s today at 4:00 p.m. for the United Nations press people. And also outside media people, they can just go to our Facebook or <a href="http://www.culturesofresistance.org/"culturesofresistance.org to get information. Hari ini jam 4:00 p.m. untuk orang-orang press PBB. Dan juga untuk orang-orang media diluar, mereka bisa pergi ke Facebook kami atau ke http://www.culturesofresistance.org untuk mendapatkan informasi. AMY GOODMAN: Thank you very much for being with us, Iara Lee, filmmaker and director of the Cultures of Resistance network that brings together artists and activists from around the world. On theMavi Marmara, she got this footage smuggled out that we aired today. And there is a full hour that they will be releasing later today. Terimakasih banyak atas kebersamaannya bersama kami, Iara Lee, filmmaker dan direktur di jaringan Cultures of Resistance yang menjadi tempat para artis dan aktivis dari penjuru dunia. Di atas kapalMavri Marmara, dia berhasil menyelundupkan keluar cuplikan video yang kita udarakan tadi. Dan ada rekaman 1 jam penuh yang akan dirilis hari ini.

Mana filemnya dong ? Video wawancara dengan Iara Lee bisa diakses di http://www.democracynow.org/2010/6/10/exclusive_journalist_smuggles_out_video_of Nah yang ini adalah potongan film durasi 15 menit yang diilis di http://vimeo.com/12429821 Lalu mana dong film yang 1 jam itu ? Ini dia ! Press Release Ini adalah press release yang dilakukan Iara Lee

Yesterday at the United Nations, Ms. Lee presented the footage for the first time to the international press corps after the following statement: Kemarin, di PBB, Ms Lee menyajikan potongan film video untuk pertamakalinya ke korps press internasional setelah pernyataan berikut: “I want first to thank the United Nations Correspondents Association for organizing this event on such short notice. Pertama kali saya berterimakasih kepada Asosiasi Wartawan PBB untuk pengorganisasian acara ini dalam waktu yang singkat. “My name is Iara Lee. I am a dual U.S.-Brazilian citizen of Korean descent. I am a filmmaker and a human rights activist. Saya Iara Lee, Saya berkwarganegaraan 2, US dan Brazil dari keturunan Korea. Saya seorang filmmaker dan aktivis hak asasi manusia. “I decided to join the Freedom Flotilla after going to Gaza a few months ago and seeing first hand the devastation there. After hearing the pleas of the people living in Gaza to have the blockade lifted, I felt I must do something. Saya memutuskan untuk bergabung dengan Freedom Flotilla setelah mengunjungi Gaza beberapa bulan yang lalu dan melihat secara langsung kerusakan yang terjadi. Setelah mendengar permintaan orang-orang yang tinggal di Gaza agar blokade dibuka, saya merasa bahwa saya harus melakukan sesuatu “The Gaza Freedom Flotilla was on a humanitarian mission. We expected to be deterred from delivering our aid to Gazans, but we did not expect to be attacked. Gaza Freedom Flotilla adalah misi kemanusiaan. Kami memperkirakan akan dihalangi dalam pengiriman pengiriman bantuan kami ke Gaza, tapi kami tidak berharap untuk diserang. “We started filming from the moment we boarded the Mavi Marmara right through the Israeli assault on the ship. Although all of our equipment was confiscated, we managed to smuggle this footage out. Kami mulai membuat film dari momen ketika kami naik ke kapal Mavi Marmara sampai dengan penyerangan Israel terhadap kapal. Sekalipun semua perlengkapan kami disita, kami berhasil menyelundupkan potongan film ini keluar. “Mine is high-definition footage of the Flotilla attack and also the only sustained footage of the ship and its passengers preceding the deadly Israeli commando raid. Watching this raw, unedited footage, you will get a sense of the mood on the ship and of the passengers on it. Yang saya miliki ini adalah potongan film High Definition dari serangan Flotilla dan juga potongan film satu-satunya yang bertahan tentang kapal dan para penumpangnya ketika serangan Israel yang mematikan. Dengan melihat potongan film ini dalam bentuk sesuai dengan aslinya dan tidak diedit, Anda akan mengetahui sense dari suasana hati (mood)  di kapal dan para penumpangnya. “Undoubtedly, many of you will be scrutinizing it for clues to resolve the mysteries that still surround what happened that fateful night. Tidak diragukan lagi, banyak dari kamu akan menelitinya untuk mendapatkan petunjuk yang bisa menyelesaikan misteri yang masih ada disekeliling kita tentang apa yang terjadi pada malam yang fatal itu. “During this past week the Israeli government has repeatedly alleged that these passengers -- or some of them -- laid a trap for Israel, duped the Israeli military, and plotted a lynching. Israel has repeatedly alleged that we were anti-Semitic Muslim fanatics connected to terrorist organizations. Selama seminggu terakhir, Pemerintahan Israel telah berulangkali menuduh bahwa penumpang-penumpang ini --atau sebagian dari mereka-- membuat perangkap bagi Israel, menipu militer Israel, dan diplot untuk suatu pembunuhan beramai-ramai. Israel telah berulangkali menuduh bahwa kami adalah muslim fanatik antisemit yang mempunyai hubungan dengan organisasi teroris. “In fact, the passengers on our mission came from many countries and religious and ethnic backgrounds. Our one common denominator was that we wanted to end the humanitarian crisis in Gaza by highlighting the injustice of Israel's blockade. Faktanya, para penumpang di misi kami datang dari banyak negara dan agama dan latar belakang etnis. Satu kesamaan kami adalah bahwa kami menginginkan untuk mengakhiri krisi kemanusiaan di Gaza dengan menyoroti tidak adilnya blokade Israel. “Prime Minister Netanyahu said, “This wasn't the ‘love boat,’ this was a flotilla of terror supporters.” Our footage will help you decide whether we were a love boat or a hate boat. You will see secular and devout passengers. You will see people at prayer and people working at their laptops. Perdana Menteri Netanyahu mengatakan, "Ini bukanlah 'love boat' ini adalah armada pendukung teror." Rekaman film kami akan membantu kamu memutuskan apakah kami adalah 'love boat' atau 'hate boat'. Anda akan melihat penumpang yang sekuler dan yang taat. Anda akan melihat orang-orang yang berdoa dan orang-orang yang bekerja dengan laptopnya. “Was this a lynch-mob moved by hatred of Israelis or was it a cross-section of humanity moved by the plight of Gaza? Did we lay a trap for the Israeli commandos or did they unnecessarily attack us? Did we take them by surprise or did they take us by surprise? Apakah ini sebuah usaha pembunuhan massa yang digerakkan oleh pembenci Israel atau apakah ini adalah pertemuan dari kemanusiaan yang digerakkan oleh penderitaan di Gaza ? Apakah kami menyediakan perangkap untuk pasukan komando Israel atau apakah mereka melakukan serangan kepada kami yang sesungguhnya tidak diperlukan ? Apakah kami membuat mereka terkejut atau apakah mereka membuat kami terkejut ? “Do you see a premeditated ambush, or do you see some passengers using items at hand to protect themselves from an unprovoked assault by heavily armed commandos? “You decide.” Anda lah yang memutuskan

You decide folks ! Salam Kompasiana (We don’t have to be a nazi or a revisionist or a Jew-hater to be critical of Israel)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline