Lihat ke Halaman Asli

Jesus for Atheists (4)

Diperbarui: 4 Januari 2016   09:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

By: Arjuna Baladewa.

Catatan: Tulisan ini membandingkan argumentasi Richard Dawkins versus argumentasi Yesus. Ini adalah Bagian Ke-4 dari 4 tulisan. Untuk bisa mendapatkan pengertian menyeluruh, saya menyarankan untuk membacanya berurutan. Bagian ke-1 tulisan dapat dibaca DISINI.
------------------------------------

 

Dalam tulisan di bagian KE-TIGA, Yesus mendasarkan argumentasinya pada selfish gene versi Alkitab serta memberi tahu kita mengapa argumentasi Dawkins tentang moral super niceness melalui big brain tidak memiliki landasan yang kokoh untuk dijalankan. Yesus melanjutkan argumentasinya dalam tulisan ini.


.
Dua Kubu yang Ditolak Yesus: Kaum Atheist dan Kaum Agamis

Menurut Dawkins: big brain adalah solusi paling ultimat bagi altruism. Yesus menyangkal. Dia membuktikan bahwa big brain tidak berarti apa-apa bagi altruism. Contoh perumpamaan dari Yesus sendiri tentang ‘orang Samaria yang baik hati(Good Samaritan) menegaskan bahwa big brains itu lumpuh. Bahkan sebaliknya, justru big brain itulah yang membuat kebaikan super niceness tidak bisa mendapatkan bentuknya yang paling murni bila selfish gene –lah yang menjadi pendorongnya.

(lihat penegasan Paulus di Roma 8.7 – NIV; yang telah saya kutip sebelumnya: “The mind (big brain) governed by the flesh (selfish gene) is hostile to God; it does not submit to God's law, nor can it do so.”)

Yesus sudah mengantisipasi ini (perhatikan perumpamaan Yesus tentang ‘good Samaritan’ ini dalam Lukas 10.25-37):
Orang Samaria yang murah hati:

10:25 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
10:26 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?"
10:27 Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
10:28 Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup."
10:29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?"
10:30 Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.
10:31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
10:32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
10:33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
10:34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
10:35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
10:36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"
10:37 Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" (Lukas 10.25-37 – ditulis hampir 2,000 tahun lalu).

Anda bisa lihat. Perumpamaan Yesus ini adalah kebalikan dari apa yang para agamis (para ahli Taurat dan orang-orang Farisi) thesis-kan. Menurut mereka di satu sisi: ‘KASIHI TUHANsudah cukup, tanpa perlu ada ‘kasihi sesama.’ Hanya ritual legalistic mekanis tanpa hati. Tetapi di sisi ekstrim yang lain, Yesus juga menolak argumentasi dari para atheist (humanis): ‘KASIHI SESAMA sudah cukup tanpa perlu ada ‘Kasihi Tuhan’ – sebagai landasan dengan mana ‘kasihi manusia’ bisa berfungsi.

Ini adalah keinginan-keinginan timpang dari 2 sisi ekstrim yang paling berlawanan: PARA AGAMIS (ahli Taurat, orang Farisi dan para penganut self-righteous religion yang lainnya) dan dari PARA HUMANIS (seperti Dawkins and friends). Yang satu hanya ingin BAGIAN PERTAMA-nya saja, tanpa pedulikan bagian kedua. Yang lain, hanya inginkan BAGIAN KEDUA-nya saja, tanpa perlu ada bagian yang pertama.

Dan ….. YESUS MENOLAK KEDUA-DUANYA. Sebab MUSTAHIL.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline