Lihat ke Halaman Asli

‘Atheists for Jesus’ (1)

Diperbarui: 31 Desember 2015   09:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

By: Arjuna Baladewa.

Catatan: Tulisan ini mencoba membandingkan argumentasi Richard Dawkins dan argumentasi Yesus Kristus. Mungkin membosankan karena sangat panjang – walau saya berusaha memberikan kejutan-kejutan theologis disana-sini – tapi mungkin juga dapat memberikan sesuatu yang penting untuk dipertimbangkan. Dan karena panjangnya tulisan ini, maka saya membaginya dalam 4 bagian (yang tetap saja panjang). Ini adalah bagian yang pertama. Untuk bisa mendapatkan pengertian menyeluruh, saya menyarankan untuk membaca ke-empatnya secara berurutan. Terimakasih.
----------------------------

 

“Let us try to teach generosity and altruism, because we are born selfish. Let us understand what our own selfish genes are up to, because we may then at least have the chance to upset their designs, something that no other species has ever aspired to do.”
Richard Dawkins, The Selfish Gene.

 

Siapa Bilang Atheist Tidak Berdakwah?

Tak dapat disangkal bahwa Richard Dawkins adalah seorang yang mengerti betul pentingnya pemasaran melalui promosi yang agresif. Mungkin dialah dari sekian banyak atheist yang giat memasarkan paham atheismenya seperti halnya suatu perusahaan memasarkan produk-produknya. Pada tahun 2009 misalnya, Dawkins ikut dalam kampanye pemasaran Britisih Humanist bus advertising campaign yang digagas oleh komedian Ariane Sherine. Thema kampanyenya: "There’s probably no God dengan tagline Now stop worrying and enjoy your life.” Ini adalah kampanye pemasaran yang disebut oleh Sherine sebagai: "…the best atheist bus campaign ever.”

John Lennox professor matematika dari Universitas Oxford yang juga seorang apologist Kristen menyindir kata-kata yang dipilih dalam kampanye itu:

“Apart from the advertisement for a well-known beer, there are probably very few advertisements containing the word ‘probably’. After all, can one imagine being caught by advertisements like: ‘This medicine has probably no serious side effects…; this Bank will probably not collapse…; this plane will probably get you to your destination’?” (Lennox – ‘Gunning for God’)

Tetapi mungkin sebetulnya Dawkins tahu bahwa mengatakan “There’s probably no God” adalah sama saja dengan menyatakan “There’s probably a God” sehingga thema kampanyenya juga bisa dibaca sebagai “There’s probably a God – Now stop worrying and enjoy your life” Dan memang itulah yang dilakukan oleh beberapa kelompok yang berbeda pendapat dengan kampanye itu. Misalnya the United Church of Canada berusaha memberikan opsi lain kepada masyarakat dengan berkampanye “There’s probably a God - Now stop worrying and enjoy your life.” Kampanye dibalas dengan kampanye.

Lennox melanjutkan sindiran-nya:

“Now, I imagine that the word ‘probably’ may well have been included for legal reasons, to avoid prosecution under trade-description legislation. The atheists realize, of course, that they could not amass enough evidence to convince a court that the probability of God’s existence was zero; and if it is not zero, then God’s existence is possible.” (Lennox – ‘Gunning for God’)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline