Mohon tunggu...
Amos Pers
Amos Pers Mohon Tunggu... Dosen - adalah anggota pers dari PPWI persatuan pewarta indonesia

Saya adalah aktifis pewarta online dari PPWI yang menjunjung tinggi etika santun sebagai pewarta untuk memberikan aspirasi saya sebagai pewarta. Saya juga aktif dalam membuat channel youtube : AMOS IHH. Sebagai penyaluran ide-ide kreatif saya dalam mewujudkan impian saya yang baik untuk masyarakat dan tidak luput mengedukasi masyarakat dengan tujuan positif. Semoga setiap ulasan yang Amos Pers bentuk ini akan memberikan wawasan dan poin value positif terhadap publik

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia Mengalami Kesulitan dalam Regulasi Ekonomi Digital

21 Oktober 2019   23:55 Diperbarui: 22 Oktober 2019   00:11 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Amos Kompasiana - Digital Ekonomi akan menjajah INDONESIA buat saudara mari bersiaplah , kita sedang mengalami PERUBAHAN EKONOMI.

Terdahulu Negara kita yang tercinta ini mengalami EKONOMI KONVENSIONAL dan tercatat dalam sejarah thn 1949 Indonesia mengalami keterpurukan.

Saat ini priseden kita Jokowidodo mengamati perkembangan Digital Economy. . .Dan sekarang saudara yang membaca tulisan ini, MELIHAT betapa dasyatnya ekonomi digital secara perlahan merubah literatur bagi bangsa ini.

Tidak hanya itu saja, semua jenis usaha yang sifatnya konvesional pun sudah BERUBAH iklimnya, bermula dari :


1. Angkutan Umum di gantikan dengan Grab dan Gocar (Penguasa Aplikasi)
2. Toko UMKM yang ada di Indonesia di gantikan dengan toko online
3. Media Berita KORAN di gantikan dengan media BERITA ONLINE (Website)
4. Dll

Ya, boleh di terima dahulu ya pesan ini secara POSITIF. JIKA saudara amati lebih dalam, bukankah itu akan menjadi ketergantungan akan sebuah media yang di sajikan pihak asing.

Bukan memandang negatif, tetapi saudara bisa MELIHAT negara-negara yang menutup hadirnya pihak vendor lain datang ke negaranya seperti :


1. Cina
2. Rusia
3. Korea Utara
4. Kuba
5. Iran
6. Suriah
7. Dll

Ke - 7 negara ini ternyata memiliki ALASAN yang kuat dalam memblokir *media pihak asing* hadir di tengah-tengah kemasyarakatan mereka.

Terbukti Alasan Tersebut Di Langsir di Kompasiana, sbb :
1. Karena negara mereka tidak ingin di ketahui perkembangan ekonomi digitalnya oleh pihak Amerika dalam platform Google
2. Karena negara mereka tidak ingin di dikte oleh pihak asing
3. Karena negara mereka merasa sanggup dalam membangun infrastruktur ekonomi digital
4. Dll

Bukankah riset sudah membuktikan seluruh perusahaan di Indonesia sudah memanfaatkan media platform google menjadi pioneer dalam segala aspek.

MARI BACA SECARA TIDAK SADAR GOOGLE SUDAH MENJADI ...


1. PUSAT informasi berita
2. PUSAT informasi bisnis
3. PUSAT informasi pendidikan
4. Dll

YA, betul bahwa Indonesia secara tidak di sadari sudah mengikuti perkembangan ekonomi digital. Tetapi bayangkan suatu hal yang sifatnya ketergantungan oleh pihak luar akan menyebabkan bencana bagi negara kita.

Contoh : JIKA saat ini anda sebagai profesi driver online sangat nyaman dengan perkembangan digital ini, MAKA dapatkah saudara bayangkan jika suatu hari NANTI dan tanpa dugaan yang jelas... Karena sakin banyak yang menikmati pengaruh google, akhirnya google melakukan regulasi kembali...?

Dan itu mengapa KEMENTRIAN Indonesia memaksa pihak google untuk membuka kantor di Indonesia dan mengatur regulasi ekonomi kepada Indonesia.

Dan tetapi apakah sudah berjalan lancar... ? Karena mungkin beberapa kode etik negara Indonesia tidak dapat di penuhi Google. Dan tetapi JIKA pemerintah ingin memaksakan kehendaknya ini tidak mungkin. Secara Google sudah menjadi keluarga bagi Indonesia. Artinya seluruh pusat informasi, pendidikan, dan sistem. Sudah menjamur di negara kita.

Bahkan secara perlahan bapak jokowi sedang berusaha menciptakan regulasi ekonomi digital, demi menjaga kestabilan ekonomi konvensional Indonesia.

Mari berpartisipasi dalam mengikuti seminar ekonomi digital yang akan di selenggarakan beberapa bulan kedepan.

TTD Amos

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun