Mohon tunggu...
Muhammad Patahillah
Muhammad Patahillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

i'm only 18, i dont know anything

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Pendidikan dalam Mengatasi Terorisme

9 Desember 2022   10:28 Diperbarui: 9 Desember 2022   11:34 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

II.Pembahasan

 Teror adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tindakan yang dilakukan untuk menggulingkan pemerintah selama Revolusi Perancis. Sejak tahun 1990 hingga awal milenium baru, istilah "terorisme" sering digunakan untuk menggambarkan tindakan kekerasan yang dimotivasi oleh agama. Konteks politik terorisme disejajarkan dengan istilah fasis dan radikal sebagai label tindakan kekerasan.

 Terorisme tidak diragukan lagi merupakan gagasan yang diperdebatkan dan diperdebatkan dengan panas. Selain itu, maknanya bervariasi tergantung pada siapa yang mendefinisikannya dan tunduk pada bias politik dan ideologis. Secara etimologis, istilah "terorisme" berasal dari kata "teror", yang berarti "khawatir", "ketakutan", dan mengacu pada tindakan teror yang mengerikan. Menurut KBBI, terorisme adalah penggunaan kekerasan untuk menanamkan ketakutan agar bisnis mencapai tujuannya. Definisi terorisme adalah strategi yang dilatarbelakangi oleh keinginan untuk melakukan tindakan kekerasan yang berulang kali dilakukan oleh individu, kelompok, atau penguasa dengan alasan irasional, politis, dan kriminal. Teroris sering menggunakan target acak, seperti masyarakat sipil, sebagai bentuk ancaman, atau target simbolis seperti perwakilan resmi.

 Dapat dikatakan kualitas dan kuantitas pendidikan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini terbukti benar mengingat tingginya tingkat buta huruf dan rendahnya tingkat melek huruf di Indonesia. Unsur utama yang berkontribusi terhadap keadaan pendidikan Indonesia tampak pada disparitas atau kesenjangan. Penciptaan lembaga pendidikan dasar dan penyebaran personel Bahkan di zaman sekarang ini, pengajaran yang tidak merata masih menjadi masalah yang signifikan. Hanya 58 persen dari 2,9 juta total guru tidak memiliki gelar sarjana. Perluasan pemahaman radikal dan aksi terorisme di Indonesia akan difasilitasi oleh kondisi pendidikan yang problematis dan disparitas struktural. Kelompok radikal akan memperkerjakan kelompok marginal melalui perusakan yang mengarah pada doktrin. Pendidikan karakter akan membantu menyaring gagasan-gagasan yang berpotensi radikal dan keliru.

 Dalam proses pendidikan, taktik penyampaian dan pengajaran menjadi sangat penting selain menjabarkan latar belakang deradikalisasi secara umum. Stigma bahwa terorisme hanya diasosiasikan dengan salah satu agama yang diakui perlu dihilangkan karena multikulturalisme Indonesia. Pandangan ke depan Pelajaran terpenting yang dapat diajarkan adalah untuk tidak pernah mendiskriminasi siapa pun atas dasar ras, etnis, atau agama. Penekanan identitas diri yang terus menerus juga diperlukan. Taktik ini sering digunakan oleh proses teologis radikal pada penganutnya. Mengingat lembaga pendidikan formal lebih intensif dan konsisten dibandingkan lembaga pendidikan lainnya, maka gagasan dan strategi deradikalisasi menjadi prioritas dalam sistem pendidikan nasional.

 Penekanan budaya dan jati diri bangsa dalam wujud kerukunan antarbudaya merupakan strategi deradikalisasi lainnya. Disparitas dan kemungkinan konflik antar kelompok akan berkurang dengan cara pandang dan pola pikir yang merangkul. Pendidikan karakter yang mengedepankan toleransi dan moderasi harus ada di lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar. Sekolah telah didesak oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk terlibat dalam kampanye antikorupsi dan terorisme terdiri dari Menyelipkan pembahasan dua arah mengenai fenomena dan aksi terorisme yang terjadi, tenaga pengajar hendaknya mampu memverifikasi fakta-fakta, mendorong cara berpikir kritis mengenai fenomena terorisme yang terjadi, mendorong cara berpikir kritis mengenai fenomena terorisme yang terjadi.

 Untuk melakukan investigasi dan penelitian tentang radikalisme dalam lingkup pendidikan, seperti lingkup perguruan tinggi, organisasi pemerintah dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi. Temuan studi tersebut dapat digunakan sebagai sumber statistik dan fakta pemerintah tentang kemungkinan munculnya radikalisme sehingga dapat dihentikan pada jalurnya.

III.Kesimpulan

 Ketimpangan ekonomi dan sosial memiliki peran besar dalam sebagian besar kegiatan teroris di Indonesia. Oleh karena itu, meski ada keragaman, operasi antiteror harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang mendukung identitas nasional yang kuat. Ini dapat dilakukan dengan bantuan sistem pendidikan yang sangat baik yang melibatkan seluruh lingkungan. Dapat dikatakan bahwa terorisme adalah masalah yang tidak dapat dihindari atau benar-benar diselesaikan. Pencegahan dini merupakan satu-satunya cara untuk menjaga stabilitas dan keamanan negara dari ancaman terorisme. Semua lapisan masyarakat dan pemerintah harus mendukung upaya deradikalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun