Mohon tunggu...
Mahmud Budi Setiawan
Mahmud Budi Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Guru Ngaji Kampung

Pemburu Makna dalam Perjalanan Sunyi Menuju Cahaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Distorsi Konsep Jihad dan Khilafah

28 Januari 2016   10:18 Diperbarui: 28 Januari 2016   11:19 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari pernyataan Dr. Wahbah bisa disimpulkan bahwa konsep khilāfah memang benar-benar riil, dan dibidani langsung oleh ulama-ulama Muslim, meskipun dalam pemaknaannya tak selalu sama.

Adapun jihād jika diindentikkan dengan terorisme, maka bisa dikatakan kurang melek, update sejarah dan ilmu. Pertama, jihad tak selalunya berkaitan dengan perang fisik. Kedua, kalau pun ada momen di mana harus jihad fisik, maka harus menaati syarat-syarat yang ketat sehingga tak dengan gampangnya menyerang orang tanpa ada pemahaman dan ilmu yang jelas terkait dengannya.

Syekh Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam magnum opusnya, minhāju al-muslim memaparkan dengan sangat baik terkait konsep jihād. Jihad itu paparnya, tak selalu identik dengan perang. Beliau menandaskan ada beberapa macam jihad: Pertama, jihad melawan melawan orang kafir dan yang memerangi Muslim. Kedua, jihad melawan orang fasik. Ketiga, jihad melawan setan. Keempat, jihad melawan hawa nafsu(Minhāju al-Muslim,269). Jadi, jihad tak selalu identik dengan perang.

Kalaupun ada momen di mana harus jihad perang, maka ada adab-adab yang perlu dijaga, seperti: tidak membunuh anak-anak, wanita, pendeta-pendeta agama. Tidak boleh membakar, atau memutilasi musuh dan lain-lain(Minhāju al-Muslim, 275-276).

Karena itulah, bagi yang mengeneralisir jihad pada makna yang dangkal seperti perang, bahkan mengarah pada tindakan terorisme, maka tindakan itu sungguh konyol dan sangat bertentangan dengan nilai Islam. Sebab, jihad dalam Islam, tak bisa dilepaskan dari bingkai rahmatan lil `ālamīn.

Terakhir, sikap yang perlu dipegang dalam zaman penuh fitnah ini agar tak terbawa arus media(mengaburkan konsep-konsep Islam), adalah: Pertama, tidak gampang menerima dan menyebarkan informasi tanpa klarifikasi terlebih dahulu. Kedua, meluruskan secara arif dan bijak setiap syubhat yang dilancarkan pembenci Islam terhadap Islam. Ketiga, tidak ikut-ikutan menebar fitnah(baik melalui media cetak maupun elektronik) serta menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam. Minimal, kalau tak bisa berbuat baik, maka tak perlu menambah-nambah kerusakan. Wallāhu a`lam bi al-Shawāb.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun