Mohon tunggu...
Amoe Amoe
Amoe Amoe Mohon Tunggu... -

kelakar hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Semut-semut Otak

15 Maret 2012   05:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:01 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiap-tiap bertemu saling menciumi

Gula-gula di setiap sudut bibir

Terasa lebih manis dan kental

hingga meleleh

dan mengeluarkan wangi

 

Ia mendapatkannya di pojok

tergelap meja dapur

Kemudian dikumpulkannya

sehingga membentuk gunung

dibawa satu-satu

 

Pantas, aku kehilangan

rasa manisku

sepertinya ia mencurinya

mengendap-endap

 

Oh, apa yang terjadi?

 

Aku mencoba menelusuri mimpi

harap tersingkap nyata

Tapi, sepertinya terlalu gelap

Lorong ini penuh becekan

air liur tidurku

 

Di kiri kanan helaian rambutku

yang bergugur

Langit-langitnya serupa ketombeku,

putih menyerbuk

rapuh pabila diterbangkan angin

 

Aku tak tahu seberapa panjang

lorong ini

Aku perlu lentera agar tak sasar

Ku lirik sekitar,

Aha! Ternyata ada!

Sebuah lentera berbentuk mata

Mata bermanik kelabu ibuku

 

 

 

 

Garut, Februari 2012

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun