Mohon tunggu...
Amni Syazwani Deu
Amni Syazwani Deu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa sosiologi UIN Sunan Kalijaga

saya seorang mahasiswa sosiologi aktif UIN sunan kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Teori Dramaturgis Erving Goffman

16 Desember 2022   05:07 Diperbarui: 16 Desember 2022   05:09 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Erving Goffman atau sering disebut Goffman merupakan sosiolog kelahiran Alberta, Canada, 11 Juni 1922. Ia menempuh gelar doktornya di Universitas Chicago, tidak hanya itu, ia bahkan sering dianggap sebagai anggota aliran chicago dan sebagai teoritisi interaksionalik simbolik. Menjelang 1980-an ia tampil sebagai teoretis yang sangat penting. Goffman wafat tahun 1982 ketika  berada di puncak ketenarannya. Dan sebenarnya ditahun kematiannya ia terpilih sebagai presiden The American Sociological Association, tetapi tak memungkinkan untuknya menyampaikan pidato pengangkatan karena ia tertimpa penyakit. Goffman sejak lama dianggap sebagai tokoh "pujaan" dalam teori sosiologi. Status ini dicapai meski ia telah lama menjadi professor di jurusan sosiologi bergengsi di Universitas California, Berkeley dan kemudian menjadi ketua diliga Ivy, Universitas Pennsylvania.

Saya mengenal teori Dramaturgis Erving Goffman dari buku "Teori Sosiologi Modern" karya George Ritzer (2014). Buku ini menjelaskan bahwa Goffman melihat banyak kesamaan antara pementasan teater dengan berbagai jenis peran yang kita mainkan dalam interaksi dan tindakan sehari-hari. Interaksi dilihat sangat rapuh, dipertahankan oleh kinerja sosial. Goffman menganalogikan antara panggung teater dan interaksi sosial ini. Di semua interaksi sosial terdapat semacam bagian depan (front region) yang ada persamaannya dengan pertunjukan teater. Aktor, baik di pentas maupun dalam kehidupan sosial sehari-hari, sama-sama menarik perhatian karena penampilan kostum yang dipakai dan peralatan yang digunakan. Selanjutnya, di kedua jenis pertunjukan itu ada bagian belakangnya (back region), yakni tempat yang memungkinkan aktor mundur guna menyiapkan diri untuk pertunjukan berikutnya. Di belakang layar atau di depan layar (menurut istilah teater) para aktor dapat berganti peran dan memerankan diri mereka sendiri. Analisis dramaturgi jelas konsisten dengan pendirian interaksionisme simboliknya. Analisis ini tetap memusatkan perhatian pada aktor tindakan dan interaksi. Setelah meneliti di arena yang sama dengan interaksionisme simbolik tradisional, Goffman menemukan kiasan cemerlang di dalam pertunjukan teater ini dapat digunakan untuk memahami proses sosial berskala kecil. Dalam pemahaman saya, teori Dramatugis ini membahas tentang bagaimana individu dapat berperilaku untuk dapat berbaur (diterima) dalam masyarakat sehingga adanya perbedaan sikap dan perilaku yang dilakukan baik perbedaan kecil maupun perbedaan besar sekalipun. Setelah membaca teori ini pula saya merasa ada kesamaan teori ini dengan konsep yang dipelajari oleh psikologi, yaitu peta jiwa milik Carl Jung yang dikenal dengan shadow (bayang-bayang) dan persona (topeng). menurut jung dalam diri kita terdapat sebuah "kepribadian publik" atau kepribadian yang resmi kita tampilkan dimuka publik. Persona kita bangun untuk memudahkan kita beradaptasi dengan dunia (masyarakat) atau bahkan terkadang persona dibangun untuk menutupi bagian dalam diri kita yang ingin kita sembunyikan dari orang lain. Tetapi tentu saja pasti ada perbedaan dalam kedua teori ini tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa  ada korelasi yang kuat antar keduanya. Saya pribadi tidak ada kritik atau sanggahan untuk teori ini, karena bagi saya merasa sangat related dengan apa yang sering saya temukan di lingkungan saya, khususnya diri saya pribadi.

Saat berada di kampus maka saya harus berpakaian sesuai dengan aturan kampus begitupula saat saya berada di beberapa kegiatan atau acara seperti pesta ulang tahun, pernikahan, hari raya dan kegiatan lainnya. Saat berada pada kegiatan tersebut maka saya memposisikan diri agar sesuai dengan keadaan dan situasi. Berbeda ketika saya di kost maka saya akan melakukan atau berpakaian sesuai mau saya tanpa perlu menyesuaikan diri dengan sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun