Pagi itu, Awan yang sedang terlihat murung mencoba untuk meminta pertolongan Langit yang sedang duduk di halaman depan rumah. Langit, kamu bisa bantu aku ? (Dengan wajahnya yang sedih), "Bisa, ada apa awan ?" , Ujar Langit.
"Hari Ahad besok aku harus pergi ke magelang dengan keberangkatan kereta pukul 12.00 tetapi di hari itu juga aku harus mengisi sebuah seminar dan baru selesai pukul 11.30, aku khawatir akan tertinggal kereta" (Suaranya yang tinggi dan dengan wajah penuh kebingungan) "Hmm, lalu apa yang bisa aku bantu awan? Sebenarnya aku ingin sekali membantu mu tetapi aku sendiri sedang banyak tugas dan deadline nya besok siang pukul 12.00", ujar Langit yang sebenarnya tak tega melihat Awan.
Awan pun menjawab "Ya sudah, tak apa Langit. Aku cari cara lain saja.", Balas Awan dengan perasaan kecewa.
Awan sendiri sebenarnya sudah meminta bantuan kepada teman-temannya dan sudah berusaha untuk mengajukan reschedule keberangkatan kereta. Hanya saja tidak bisa untuk di reschedule. Awan pun tak memiliki uang untuk membeli tiket dengan jadwal keberangkatan baru.
Awan murung seharian, dia harus segera pulang karena ibunya sakit dan dia sudah barjanji untuk pulang cepat. dia tidak mau mengecewakan ibunya dengan menunggunya.
Awan tidak tahu harus meminta pertolongan kepada siapa. Uangnya juga menipis dan dia pun baru gajian sekitar 2 pekan lagi.
Di sisi lain, Langit menjadi kefikiran dengan temannya itu. Langit sudah menganggap Awan seperti adiknya sendiri bahkan ibunya Awan menitipkan Awan kepadanya. Langit dan Awan hanya berbeda 3 tahun. Langit begitu menyayangi Awan karena Langit sendiri memang anak bungsu, dia hanya memiliki kakak.
Langit pun sebenarnya hanya memiliki uang untuk biaya nya sampai akhir bulan. Langit juga mengkhawatirkan ibu angkatnya itu, Langit tahu sepertinya ibu angkatnya itu sangat merindukan Awan, karena Awan juga sudah lama sekali tidak pulang ke rumahnya.
Langit akhirnya mendapatkan pinjaman untuk bisa dia berikan kepada Awan agar dia dapat membeli tiket baru. Namun, tiba-tiba saja telponnya berdering. "Assalamualaikum, iya halo ma?" , "Wa'alaikumussalam kamu apa kabar nak?", Ujar seorang wanita yang sudah begitu tua, Langit pun menjawab dengan lembut "Alhamdulillah kabar ku baik ma, mama bagaimana? Sehat?" , "Alhamdulillah sehat, kamu kapan pulang?" , Seketika Langit terdiam, dia pun lupa bahwa dia pun sudah lama sekali tidak pulang menemui ibunya. "Aku belum bisa pulang ma, insyaallah bulan depan aku pulang." , "Ya sudah nak, oya nak, mama butuh biaya untuk makan. Uang yang diberikan Abang mu sudah habis". Langit makin membeku karena uang yang dia punya hanya untuk biaya nya sampai akhir bulan dan uang pinjaman yang dia dapatkan untuk Awan dan ibunya. Akhirnya Langit pun mengirim setengah uangnya untuk ibunya, "iya ma, aku transfer ke rekening mama ya" , "iya nak, makasih yaa" "iyaa ma sama-sama. Mama sehat-sehat ya", ujar Langit dengan hangat
Langit pun mencari Awan, dia berteriak mengelilingi rumah kontrakannya "Awan...awan..kamu di mana wan?" Kemudian Langit menemukan Awan yang sedang menangis tersedu-sedu. Langit langsung menghampiri nya dan memeluknya. "Kamu mengapa wan?" "Aku bingung langit, aku rindu mama ku dan posisinya mama ku sakit", Langit pun tersenyum hangat dan mengusap air mata Awan sambil mengatakan "Kamu jangan sedih ya, aku ada uang untuk kamu beli tiket baru biar kamu bisa pulang", Awan pun tersenyum bahagia dengan menghamburkan pelukannya ke Langit "makasih langit, kamu selalu ada buat aku"
Keesokan harinya Awan pun tetap mengisi seminar dan pulang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H