Setelah puas berkeliling Wat Pho, aku pun keluar melalui gerbang tepat sebelah Reclining Buddha. Di situ aku dapati beberapa "driver" tuk-tuk, dan bertanyalah aku sambil menunjuk ke arah kiriku "Wat Arun?" Driver tuk-tuk mengangguk.
Aku pun mendapati deretan penjual makanan dan membeli gorengan seharga 20 THB. Lumayan mengganjal perutku yang sedikit lapar setelah mengelilingi Wat Pho.
Mbak, si penjual gorengan yang ramah
Aku pun melewati loket di dermaga That Thien untuk membayar tiket naik kapal menuju Wat Arun seharga 6 THB. Wat Arun yang berada di seberang Sungai Chao Praya bisa dicapai kurang dari 5 menit. Dari atas kapal, aku pun melihat kemegahan bangunan Wat Arun atau biasa disebut Wat Chaeng.
Wat Arun dilihat dari atas
Di dalam Wat Arun, aku mendapati menara-menara candi berbentuk meruncing yang dihiasi kaca-kaca porselen. Hal ini yang menjadikan arsitektur landmark terkenal di
Thailand ini menjadi unik.
Penjual cinderamata berkebangsaan Thailand juga berseliweran di Wat Arun. Jangan heran, banyak diantara mereka yang menyebut harga dalam rupiah, mungkin karena banyak orang Indonesia yang berwisata ke sini. Yap, di sini kita bisa memilih untuk membayar dengan mata uang Thailand ataupun Indonesia. Akhirnya, aku memutuskan membeli sedikit cinderamata di tempat ini.
img-20180629-105957-5b489ccdcaf7db7f065407a5.jpg
Foto bersama ibu penjual baju
Aku lalu melihat jam di handphoneku yang menunjukkan pukul 12 siang. Segera kupesan grab dan memutuskan kembali ke Bettermoon, mengingat jam 2 kegiatan yang membawaku ke Thailand akan dimulai.Â
29 Juni yang berkesan. Kembali menjadi "solo backpacker," memanfaatkan beberapa jam untuk melihat beberapa tempat wisata menarik di Thailand.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Trip Selengkapnya