Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Joyfull Learning Harus Relevan dengan Tujuan Pembelajaran

24 Januari 2025   10:55 Diperbarui: 24 Januari 2025   10:55 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deep Learning masih menjadi perbincangan khususnya di kalangan pendidik saat ini. Ada yang terus berupaya memahami dan menerapkannya dan ada juga yang menganggap ini pendekatan yang tak berdasar. Saya lebih pada posisi belajar memahami dan berupaya menerapkannya. Salah satu bagian dari deep learning adalah joyfull learning. Joyfull learning penting karena kemampuannya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bermakna. Namun, ada tantangan yang perlu diatasi oleh para pendidik, yaitu bagaimana memastikan bahwa kegiatan yang menyenangkan tetap relevan dengan tujuan pembelajaran. Banyak guru terkadang terjebak pada permainan yang menarik, tetapi tidak memiliki hubungan yang erat dengan materi atau kompetensi yang ingin dicapai. Akibatnya, waktu pembelajaran habis tanpa hasil yang signifikan bagi perkembangan siswa. Siswa berkamuflase dalam kebahagiaan semut, tetapi kebahagiaan itu berubah ketika membahas materi pembelajaran.

Joyfull learning bukan sekadar menghadirkan hiburan di kelas. Inti aktivitas ini adalah menciptakan pengalaman belajar yang memberikan rasa gembira sekaligus memperdalam pemahaman siswa terhadap materi. Oleh karena itu, aktivitas yang dipilih harus memiliki keseimbangan antara kesenangan dan pembelajaran. Sebagai contoh, permainan edukatif seperti kuis berbasis materi, role-play sesuai dengan konteks pelajaran, atau diskusi kreatif yang dikemas secara menarik dapat menjadi pilihan yang tepat. Murid merasa bahagia dan secara tidak sadar, mereka sebenarnya sedang belajar.

Efisiensi waktu juga harus menjadi perhatian utama dalam penerapan joyfull learning. Guru perlu merancang aktivitas yang tidak hanya menarik, tetapi juga berdurasi sesuai dengan alokasi waktu pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran tetap terarah, dan siswa tidak kehilangan fokus terhadap tujuan utama. Salah satu cara mengoptimalkan waktu yakni guru merancang kegiatan yang terintegrasi langsung dengan materi pelajaran. Sebagai contoh, alih-alih membuat permainan yang hanya bersifat hiburan, guru dapat menggunakan teka-teki atau permainan strategi yang menguji pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari.

Selain itu, penting bagi guru untuk memastikan bahwa setiap kegiatan menyenangkan memberikan ruang bagi siswa untuk terlibat secara aktif. Joyfull learning yang bermakna bukan hanya tentang guru yang menghadirkan permainan, tetapi juga tentang bagaimana siswa merasa dihargai dalam proses tersebut. Memberikan apresiasi terhadap kontribusi siswa, mendengar pendapat mereka, dan melibatkan mereka dalam merancang aktivitas dapat meningkatkan rasa kepemilikan terhadap proses belajar. Bahkan, sesekali, siswa boleh diberi kesempatan merancang pembelajaran yang membahagiakan dan bermakna bagi mereka.

Contoh materi aktivitas pembelajaran yang menyenangkan.dokpri
Contoh materi aktivitas pembelajaran yang menyenangkan.dokpri

Saat ini, refleksi menjadi bagian penting juga dalam proses pembelajaran. Artinya, joyfull learning yang efektif juga membutuhkan refleksi. Guru perlu mengevaluasi setiap aktivitas yang dilakukan di kelas. Apakah aktivitas tersebut membantu siswa mencapai kompetensi yang diharapkan? Apakah waktu yang digunakan sesuai dengan hasil yang diperoleh? Apakah aktivitas yang dilakukan jauh dari tujuan pembelajaran? Juga dengan berbagai pertanyaan refleksi lainnya. Refleksi ini penting untuk memastikan bahwa pendekatan joyfulllearning tidak hanya menciptakan kesenangan sementara tetapi juga memberikan dampak jangka panjang terhadap pemahaman siswa.

Semoga, kita sebagai pendidik, dapat merancang aktivitas pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan motivasi siswa tanpa mengorbankan tujuan pembelajaran. Guru sebagai fasilitator harus mampu menyelaraskan aktivitas menyenangkan dengan kompetensi yang ingin dicapai, sehingga pembelajaran menjadi pengalaman yang bermakna, efisien, dan tetap relevan.

Tetaplah menjadi pembelajar sepanjang hayat!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun