Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Menilik Hasil UKBI Tahun 2021

11 Maret 2022   08:05 Diperbarui: 11 Maret 2022   08:09 2851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumen pribadi. Hasil UKBI penulis pada tahun 2018

Badan pengembangan dan Pembinaan Bahasa menjadikan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) sebagai program prioritas. Hal ini dilakukan mengingat dibutuhkannya instrumen bersifat nasional untuk menguji kemahiran berbahasa seseorang. Kementerian Pendidikan Nasional pun sudah dua kali mengubah aturan untuk memperkuat landasan yuridis UKBI, yakni Keputusan Mendiknas No. 152/U/2003 yang telah diganti dengan Permendikbud Nomor 70 Tahun 2016.

Dalam pelaksananannya, UKBI dilaksanakan setiap tahun dengan peserta yang heterogen, mulai dari kalangan pelajar, akademisi, ASN, pengusaha, hingga  wartawan. Tahun lalu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi kembali melaksanakan UKBI secara menyeluruh di Indonesia dengan konsep UKBI adaptif merdeka.

Pemeringkatan pun senantiasa diperbaharui dengan tujuan mendapatkan data yang valid. Materi uji terbagi atas lima seksi, yaitu Seksi I (Mendengarkan), Seksi II (Merespons Kaidah), dan Seksi III (Membaca) dalam bentuk soal pilihan ganda serta Seksi IV (Menulis) dalam bentuk presentasi tulis dan Seksi V (Berbicara) dalam bentuk presentasi lisan. Penskoran UKBI merentang dari angka 251 hingga 800 dengan pemerian predikat sebagai berikut:

1) Istimewa (skor 725---800), 2) Sangat Unggul (skor: 641---724), 3) Unggul (skor: 578---640), 4) Madya (skor: 482---577), 5) Semenjana (skor: 405---481), 6) Marginal (skor: 326---404), dan Terbatas (Skor: 251---325).

Tahun 2021, Badan Pengembangan dan Pembinaan  Bahasa melakukan uji dengan jumlah 168.464 peuji. Jumlah peuji tersebut terentang sepanjang tahun mulai dari Januari hingga Desember. Pengujian dengan jumlah peuji terbanyak terdapat pada bulan Agustus, yaitu sejumlah 34.228 orang. Lalu, secara berturut-turut terdata bulan November 33.476 peuji, bulan Okober 21.325 peuji, dan bulan Desember 19.192 peuji.

Bagaimana hasilnya?

Kawan pembaca, kali ini saya hanya fokus mengulik data hasil UKBI Sulawesi Selatan. Hasil secara nasional dapat dibaca pada peta kemahiran berbahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Merujuk data peta kemahiran Berbahasa Indonesia, peserta UKBI di Provinsi Sulawesi Selatan berjumlah 4.158 peuji. Jumlah tersebut tersebar di 22 wilayah kabupaten/kota. Peserta uji terbanyak terdapat di Kabupaten Pinrang, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Luwu Timur, Kota Makassar, dan Kabupaten Maros. Terdapat 12 wilayah kabupaten dengan jumlah peuji kurang dari 10 orang. Dari jumlah tersebut, pelajar SMP sebanyak 2.967 peuji, pelajar SMA berjumlah 672 peuji, dan pelajar SMK 265 orang. Selain pelajar, terdapat 248 mahasiswa, 1 ASN, 1 dosen, 1 wartawan, 1 manajer, dan 1 pramuwisata.

Hasil uji peserta UKBI Adaptif Merdeka di Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut.

  1. Sangat Unggul yang berjumlah 5 peuji
  2. Unggul 14 peuji
  3. Madya 93 peuji
  4. Semenjana 208 peuji
  5. Marginal 473 peuji
  6. Terbatas 505 peuji
  7. Ada 168 peserta yang tidak mendapatkan predikat.

Jika kita tilik pedomen penskoran, tidak ada satu peuji pun yang berada pada predikat istimewa dengan rentang skor 725-800. Skor peserta dari Sulawesi Selatan paling banyak berada pada tingkat terbatas. Skor ini berada pada peringkat paling bawah. Predikat ini menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang sangat kurang dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dengan kemahiran ini, yang bersangkutan hanya siap berkomunikasi untuk keperluan sintas (survival). Pada saat yang sama, predikat ini juga menggambarkan potensi yang bersangkutan dalam berkomunikasi masih sangat besar kemungkinannya untuk ditingkatkan. Hasil ini memberikan gambaran kepada kita bahwa kemahiran berbahasa Indonesia masih sangat rendah. Ketika membaca data, hasil di Provinsi Sulawesi Selatan tidak jauh berbeda dengan provinsi lain yang ada di Indonesia.

Peran kita

Kita sebagai warga negara Indonesia harus bangga terhadap bahasa sendiri. Kebanggaan tersebut wajib tercermin dalam kebiasaan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pemerintah pun diharapkan terus menyosialisasikan kemahiran berbahasa dengan praktik berbahasa yang benar, penamaan ruang-ruang publik dan monumen negara harus taat asas terhadap bahasa baku, serta terus melakukan kegiatan-kegiatan peningkatan kemahiran berbahasa bagi warganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun