Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Pertimbangkan 8 Hal Sebelum Anda Berbicara

2 Maret 2022   09:00 Diperbarui: 2 Maret 2022   09:04 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berkomunikasi. Sumber: Artikel Dirjen Kemenkeu RI

Kawan pembaca, izinkan saya memulai tulisan sederhana ini dengan mengutip beberapa peribahasa.

Pertama, bahasa menunjukan bangsa. Peribahasa ini menggambarkan bahwa perilaku berbahasa seseorang dapat dijadikan tolak ukur keberadaban suatu bangsa. Jika masyarakatnya mencerminkan kemampuan berbahasa yang baik, bangsa tersebut dianggap sebagai bangsa yang beradab.

Kedua, lidah tak bertulang. Peribahasa ini pada awalnya dimaknai bahwa seseorang yang mengucapkan kata-kata, tetapi begitu mudah mengingkarinya. Dalam perkembangannya, peribahasa ini pun dapat dimaknai bahwa lidah dengan lincah bebas mengeluarkan kata-kata sesuai dengan apa yang dipikirkan dan apa yang diinginkan oleh pengucapnya.

Ketiga, mulutmu harimaumu. Peribahasa ini sangan sinkron dengan beberapa perilaku berbahasa yang banyak dipertontonkan akhir-akhir ini. Peribahasa tersebut dimaknai bahwa perkataan bisa menjadi senjata tajam yang melukai lawan bicara. Perkataan harus dijaga sehingga peribahasa ini bisa terhindar untuk setiap penutur bahasa.

Keempat, lidah lebih tajam dari pedang. Jika raga terluka karena pedang ke dokter menjadi jalan terbaik. Jika badan tersayat pedang, tidaklah susah mengobatinya. Akan tetapi, jika jika hati tersayat oleh kata-kata, ke mana kita hendak mencari penawarnya.

Empat peribahasa di atas cukup menggambarkan bagi kita untuk mengambil simpulan bahwa penutur bahasa lebih baik tergelincir kaki daripada lidah yang tergelincir. Kawan pembaca, bisa saja apa yang kita ucapkan baik menurut pribadi kita, tetapi belum tentu baik bagi orang lain. Bahasa yang mewakili niat seseorang belum tentu bisa diterima sama oleh orang lain. Bahasa juga menjadi cerminan pribadi seseorang, karena melalui tutur kata kita dapat menilai pribadi seseorang. Tutur kata yang baik, lemah lembut, sopan-santun, orang akan mencitrakan kita sebagai pribadi yang baik dan berbudi. Sebaliknya, apabila perkataan seseorang buruk maka citraan buruklah yang akan melekat kepada pribadi orang tersebut.

Menurut Hymes (dalam Sukatman, 2012), apabila seseorang berbahasa perlu mempertimbangkan hal-hal tertentu, antara lain:

 (1) latar dan suasana pembicaraan,

(2) siapa peserta wicaranya (orang pertama, kedua, atau ketiga),

(3) tujuan pembicaraan yang jelas,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun