Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Spidol yang Merindu

20 April 2020   09:52 Diperbarui: 20 April 2020   10:04 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kaltim.tribunnews.com

Dia paham bagaimana kerinduan bangku-bangku itu kepada peserta didik yang setiap hari bersamanya. Mendudukinya dengan mesra. Memutarnya dengan pelan jika peserta didik diperintahkan untuk duduk berkelompok. 

Bahkan meja itu mungkin begitu rindu dengan dengkuran peserta didik yang sering tidur di atasnya pada jam-jam istirahat atau pada jam pembelajaran setelah zuhur. Kerinduan yang dipahami oleh kalender. Kalender sadar dengan semuanya. Toh dia merasakan kerinduan yang sama. Setiap hari, dia dipelototi secara bergantian. 

Bahkan terkadang menjadi rebutan bagi peserta didik yang ingin melingkari angka-angka dalam dirinya. Peserta didik terbiasa melingkari tanggal-tanggal penting pada kalender lengkap dengan catatan sebagai keterangan kecil di sampingnya. 

Walau terkadang catatan kecil itu berlalu begitu saja tanpa kenangan. Kalender malah sadar, angka-angka yang ada padanya tidak ada yang luput dari coretan. 

Jika bukan keterangan kenangan, cukup dia dicoreti sebagai bukti bahwa angka itu telah berlalu. Pendidik yang masuk ke kelas pun pasti memperhatikannya.  

Apalagi jika sudah memasuki angka-angka di atas 20-an. Pendidik akan berlama-lama memelototinya, berharap segera berpindah ke angka yang lebih kecil. Tanggal baru maksudnya.

Kali ini, spidol mengangguk. Dia tak berterik lagi. Dia tidak bertanya lagi. Sekarang di paham. Dia lalu menunduk. Merasakan kerinduan yang sama. Dia mengingat, bagaimana setiap hari dirinya digunakan di kelas. Dipeluk, dibuka, diisi tinta secara bergantian oleh peserta didik. 

Spidol tidak bisa lagi menghitung, berapa kali dia dipegang oleh siswa yang berbeda. Berapa tangan-tangan pendidik yang silih berganti menggenggamnya. Begitu banyak kenangan yang telah dia rasakan. 

Lalu, kini, dia tinggal berdiam diri bersama si penghapus yang lagi-lagi selalu setia di sampinya. Menatap kalender, vas bunga, dan bangku-bangku yang ada di depannya. Memandang jauh ke sudut ruang. Memandangi sapu-sapu serta sekop sampah yang juga merasakan sepi di sana.

Spidol lalu melihat ke atas. Matanya tertuju kepada tiga gambar di atas papan tulis. Di tengah ada gambar pancasila. Di samping kanan, ada gambar presiden. Di sisi kiri pancasila, terpampang dengan gagah foto sang kiai yang saat ini menjabat sebagai wakil presiden.

Spidol lalu bergumam, "Semoga covid-19 lekas berlalu. Saya rindu dengan peserta didik. Saya rindu dengan pendidik. Saya rindu dengan kegiatan pembelajaran, saya rindu dengan proses persiapan masa depan Indonesia dari ruang-ruang berukuran 8 kali 9." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun