Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Corona yang Seksi

5 Maret 2020   14:02 Diperbarui: 5 Maret 2020   14:03 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lema Corona menjadi kata yang paling banyak diucapkan akhir-akhir ini. Virus yang mematikan tersebut awalnya muncul di China pada bulan Januari. Seorang dokter yang pertama memunculkan isu mengenai penyakit ini pun telah meninggal pada bulan Februari.  Virus yang bermula di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, ini telah menginfeksi lebih dari 68.000 orang dan menyebabkan lebih dari 3.286 kematian. Hingga tulisan ini saya akhiri, telah tercatat 27 negara yang resmi telah mengonfirmasi bahwa negaranya positif virus Corona. Negara-negara tersebut tersebar dari daratan Asia,Eropa, hingga Afrika.

Indonesia, yang selama dua bulan terus mengumumkan sebagai negara yang tidak terserang virus Corona akhirnya tumbang juga. Sudah tiga orang yang dinyatakan positif terinfeksi virus metikan ini. Yang pertama melanda seoarang wanita yang yang bekerja sebagai guru dansa dan baru saja berdansa dengan wisatwan asal Jepang. Wisatawan itu pun,saat ini sedang diperiksa dan dikarantina di Rumah Sakit  Malaysia.

Media-media lokal,nasional, hingga internasional memuat berita mengenai Virus Corona di halaman  depan media mereka. Virus Corona telah menjadi topikyang diperbincangkan dari agamawan hingga para pendusta, dari kalangan elite pemerintahan hingga masyarakat yang tak berpendidikan,dari para penjual masker, obat mahal, hingga tukang jamu. Tidak ada ruang-ruang di antara kitayang tidak sibuk membahas bahaya virus ini.

ilustrasi: brilio.net
ilustrasi: brilio.net
Bagaimana respons masyarakat kita?

Inilah yang saya ingin bagikan. Pikiran yang menggeliti. Masyarakat kita, alih-alih mencari tahu penyebab, gejala, dan cara penanganannya. Sebagian Masyarakat kita, mungkin termasuk di antara pembaca, lebih sibuk menulis sesuatu yang mempermainkan istilah  virus ini. Laman-laman media sosial kita ramai dengan gambar-gambar masker yang aneh-aneh. Ada yang menggunakan masker dari sarung mirip seorang ninja. Ada pula yang menggunakan masker pada bagian ujungnya diberikan tutup botol yang bisa diputar-putar. 

Bahkan, ada yang memposting masker-masker yang terbuat dari pakaian dalam wanita. Mmmm. Inilah sikap sebagian masyarakat kita. Ada juga yang memplesetkan kata Corona dengan "Conrona", makanan khas Sulawesi selatan yang sangat enak. Selain itu, tidak sedikit foto-foto yang masuk ke grup whatsapp atau whatsapp pribadi saya yang berisi meme-meme tentang Corona. Bahkan video tutorial pembuatan masker dari pakaian dalam wanita pun tidak susah kita temui. 

Mungkin ini hanya lolucon saja. Akan tetapi, bagi saya, lolucon ini tidak patut dilanjutkan. Secara pribadi, saya memilih untuk tidak menanggapi tulisan-tulisan, gambar-gambar, dan video-vidio yang memplesetkan virus ini. Bahkan berharap tidak ada yang membagikannya hingga tersebar luas. Kita semua tahu, penyakit itu bisa menimpa siapa saja. 

Penyakit itu bisa kita maknai sebagai cobaan, ujian, atau mungkin saja peringatan dan azab. Akan tetapi, alangkah eloknya jika kita sibuk merapalkan doa kepada sang Penguasa bumi dan langit beserta segala isinya. Sibuk saling menasihati bagaimana cara berperilaku hidup sehat, menghindari keramaian-keramaian jika tidak terlalu dibutuhkan, serta saling mengingatkan pada hal-hal kebaikan.

Sekadar goresan di hari Kamis yang dingin, 5 Maret 2020.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun