Tangan ini ingin segera menuliskan hasil merdeka belajar yang baru saja kami (SMAN 9 Gowa) lakukan. Kegiatan merdeka belajar ini kami namai dengan proyek kolaboratif. Kenapa mesti kolaborasi?Â
Bukankah kebersamaan itu indah. Bukankah kebersamaan itu mudah. Bukankah kebersamaan ini memaksa kita untuk belajar saling memahami. Juga berbagai macam manfaat kolaborasi yang lain yang pasti Bapak dan Ibu ketahui.
Bagaimana bentuk kegiatannya?
Baiklah. Kegiatan awal kita mulai dengan melakukan rapat kecil khusus untuk pendidik yang mengajar di kelas XII. Kami mendiskusikan penilaian yang akan dilakukan di akhir semester genap khusus peserta didik kelas XII.Â
Berbagai macam ide disampaikan. Ada yang mengusulkan penilaian seperti biasa saja dalam bentuk pilihan ganda. Ada mengusulkan gabungan soal esai dan pilihan ganda. Lalu, seorang pendidik mengusulkan sebuah penilaian yang dianggap lebih merdeka. Penilaian ini diberi nama proyek kolaboratif. Artinya, satu kegiatan yang dilakukan, tetapi bisa memuat penilaian untuk beberapa mata pelajaran.Â
Bahkan, jika ingin, semua mata pelajaran pun bisa untuk melakukan kolaborasi ini. Bentuk ini hanya merupakan salah satu di antara bentuk penilaian yang bisa dilakukan pada merdeka belajar. "Akan tetapi, ingat penilaian tersebut tidak boleh memebebani peserta didik. Namanya juga merdeka belajar.", ungkap salah seorang pendidik sambil tersenyum.
Lalu bagaimana bentuknya?
Dalam rapat kecil tersebut disepakati untuk melakukan perjalanan sambil belajar. Mungkin ini biasa dan sudah sering dilakukan oleh sekolah lain. Akan tetapi, kita berbagi saja bagaimana bentuk penilaian  kolaboratif ini.Â
Mata pelajaran bahasa Indonesia menginginkan peserta didik yang ikut dalam perjalanan menulis teks LHO. Ya, LHO. Laporan hasil observasi. Â Laporan sederhana dalam bentuk deskripsi yang dikisahkan oleh peserta didik. Walaupun sederhana, banyak kompetensi yang dapat digali.Â
Seorang pendidik mesti jeli melihat setiap momen dalam perjalanan. Harus mampu berpikir kritis dan bertanya kepada pemandu atau warga yang ada di sekitar lokasi. Memiliki catatan kecil sebagai panduan kelak untuk menulis. Dan yang paling penting, menuangkan ide yang sebenarnya dalam bentuk cerita lisan ke dalam teks tertulis.Â
Lalu bagaiman dengan mata pelajaran lain?
Mata pelajaran bahasa Inggris memilih laporan dalam bentuk Vlog sederhana. Â Para peserta didik diinstruksikan untuk memvidiokan dirinya sendiri sambil berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Tentu dengan latar yang sesuai dengan objek yang dikunjungi. Seru bukan.Â
Ada beberapa peserta yang terbata-bata dalam mengucapkan kata. Tidak masalah. Ada kemudahan, yaitu dengan mengikuti cara kedua. Tetap berbahasa Indonesia, nanti diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
 Selanjutnya bagaimana?
Ternyata, pelajaran Geografi yang paling mudah dalam penilaian. Maklum, objek yang kami kunjungi merupakan perpaduan antara sungai dan Gunung Kars. Terlebih lagi, ada Gua Berlian yang konon katanya, keaslian berlian tersebut telah diuji. Pendidik pada mata pelajaran ini lebih leluasa memberikan bentuk penilaian kepada peserta didik. Bagaimana dengan mata pelajaran yang lain.Â
Ternyata, para pendidik masing-masing mampu merancang penilaian yang tidak memberatkan, tetapi langsung mengarah pada kompetensi peserta didik. Bahkan, kegiatan merdeka belajar ini lebih mengolah seluruh potensi peserta didik dalam proses pembelajaran. Pikiran, mata, telinga, tangan, kaki, bahkan hati pun ikut membantu dalam memanfaatkan proses penilaian ini.
Keseruannya bisa dilihat di sini:
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI