Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Autokritik HGN 2019

5 Desember 2019   13:59 Diperbarui: 5 Desember 2019   14:22 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidik yang Sering Meninggalkan Kelas

Tipe ini sering terjadi pada diri kita. Jika meninggalkan kelas karena ada tugas lain yang berkaitan dengan status sebagai pendidik, tidak menjadi soal. Berikan tugas kepada peserta didik. Kontrol melalui gawai, guru piket, atau ketua kelas. Pembelajarn tetap berlangsung. 

Akan tetapi, bagaimna jadinya jika seorang pendidik masuk ke dalam kelas, menjelaskan sedikit lalu meninggalkan kelas. Terkadang juga menjelaskan sedikit, memberi tugas, lalu meninggalkan kelas. 

Pendidik menuju ke ruang guru untuk bercerita banyak hal, bermain catur atau tenis meja, dan bahkan sekadar nongkrong sambil minum kopi di taman-taman sekolah atau kantin. 

Perilaku ini mesti kita ubah. Peserta didik mengharapkan kehadiran kita di ruang kelas. Mereka butuh diskusi. Mereka butih kolaborasi. Mereka butuh didampingi secara emosional dalam pembelajaran. Hadirkanlah diri kita di dalam ruang kelas, secara pemikiran dan secara fisik. Yuk!

Pendidik yang Menganggap Diri sebagai Manusia Sempurna

Pendidik yang menganggap diri sebagai manusia setengah dewa juga ternyata masih ada. Menganggap diri sebagai subjek yang serba tahu lalu memosisikan peserta didik sebagai objek yang merupakan ruang kosong yang hanya berhak diisi oleh pendidik. Tidak ada kebenaran terhadap sebuah materi yang diajarkan selain dari mulut sang pendidik. Wow, dunia sudah semakin modern. 

Dunia telah bergerak melampaui kecepatan langkah dan pikiran kita. Peserta didik saat ini berhak dan mampu menemukan informasi dari mana saja. Dari buku, dari perbincangan, dari majalah, dan bahkan paling banyak dari internet. 

Tugas kita sebagai pendidik memberikan penguatan. Mendengarkan informasi dari meraka, membantu memfilter informasi tersebut, dan memberikan penguatan. Yang paling aneh jika pendidik yang merasa sempurna ikut terlibat dalam penyebaran informasi hoaks lalu meyakini informasi itu sebagai sebuah kebenaran yang harus diterima oleh peserta didik dan wajib menularkannya kepada orang lain. Bangun Pak, Bu. Buka internet lalu tanyakan apa saja di sana. Mari Ngopi!

Pendidik yang Malas Mengembangkan Kompetensi

Saat ini sedang berlangsung Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) 2019 terhadap beberapa mata pelajaran. Instruktur telah dilatih berhari-hari.  Dites dan dinyatakan lulus serta diberikan sertifikat sebagai instruktur. Guru mata pelajaran sebagai guru sasaran diwajibkan untuk mengikuti kegiatan tersebut dengan pola in-on. Pertemuan dilaksanakan beberapa kali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun