Mohon tunggu...
amma
amma Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Perkembangan Farmasi pada Revolusi Industri 4.0

3 April 2019   07:56 Diperbarui: 3 April 2019   11:49 2606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

APA PERANAN FARMASI DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Assalamulaikum Wr.Wb.

Perkenalkan saya Nurhaeni dari GB 14 (N011181515) Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin,

Pada zaman sekarang adalah zaman dimana teknologi berkembang dengan pesat segala aktivitas dapat dilakukan dengan bantuan teknologi dari hal kecil sampai hal besar semua dengan bantuan teknologi, Kemajuan teknologi telah mengubah wajah perekonomian di dunia, khususnya di sektor industri dan perdagangan dan pelayanan. 

Salah satu fase penting dalam perkembangan teknologi adalah munculnya revolusi industri gelombang ke-4, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Industrial Revolution 4.0 dapat memanfaatkan teknologi-teknologi modern saat ini yang telah mengalami revolusi ratusan tahun lamanya. 

Dengan adanya teknologi seperti saat ini, seharusnya kita dapat membuat penemuan-penemuan baru dan dapat menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas tidak hanya dikalangan dalam negeri, tetapi juga luar negeri. 

Kita juga harus menghargai, perjuangan pahlawan-pahlawan kita, serta sejarah tentang revolusi industry dengan selalu mengamalkan dan mengingatnya jasa-jasanya.

Studi menyebutkan istilah dari revolusi industri 4.0 pertama kali muncul pada tahun 2012, ketika pemerintah Jerman memperkenalkan strategi pemanfaatan teknologi yang disebut dengan Industri 4.0. Industri 4.0 ini merupakan salah satu pelaksanaan proyek Strategi Teknologi Modern Jerman 2020 (Germany's High-Tech Strategy 2020). 

Strategi tersebut diimplementasikan melalui peningkatan teknologi sektor manufaktur,dan menciptaan kerangka kebijakan strategis yang konsisten, serta penetapan prioritas tertentu dalam menghadapi kompetisi global sehingga dari hal tersebut, kemudian muncul istilah industria revolution 4.0. 

Kata 'revolusi' digunakan untuk menunjukkan suatu perubahan yang sangat cepat dan fundamental, serta bersifat disruptive (merusak tatatan lama yang sudah ada selama bertahun-tahun). Sementara gelombang ke-4 menandakan urutan kejadian revolusi industri yang pernah ada.

Apanya dimaksud revolusi Industri ?

Kata dari revolusi yaitu suatu perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok pada kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. 

Sedangkan Revolusi Industri yaitu perubahan secara cepat di bidang ekonomi yaitu dari kegiatan ekonomi agraris ke ekonomi industri yang menggunakan mesin dalam mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap pakai. 

Revolusi Industri telah perubah cara kerja yang tadinya menggunakan tangan berubah menjadi menggunakan mesin. Istilah "Revolusi Industri" diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19.

Sebelumnya kita harus tau bagaimana sejarah dari Perkembangan Revolusi Industri 1.0 sampai Perkembangan Revolusi Industri dan Tantangan ke Depan pada revolusi industri yang akan kita dapatkan 4.0  (Industrial Revolution 4.0)

BAGAIMANA PROSES REVOLUSI INDUSTRI DARI REVOLUSI INDUSTRI SAMPAI SEKARANG INI ?

Pertama revolusi Industri 1.0 (Penggunaan mesin berbasis manufaktur) yaitu Revolusi Industri yang pertama kali. pertama kali ditemukan di Inggris, kemudian menyebar ke daratan Eropa dan Amerika dengan adanya mesin uap pada akhir abad ke-17 yang sangat memberikan perubahan serta mendorong mekanisasi dalam proses industri. 

Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil menaikkan perekonomian secara dramatis di mana selama dua abad setelah revolusi industri terjadi peningkatan rata-rata pendapatan perkapita negara-negara di dunia menjadi enam kali lipat dari sebelumnya.

Kedua, Revolusi Industri Gelombang ke-2 (Industrial Revolution 2.0). Merupakan lanjutan revolusi sebelumnya, yang terjadi pada pertengahan abad ke-18 di Eropa. 

Revolusi ini ditandai dengan pemanfaatan tenaga listrik (electricity) untuk mempermudah serta mempercepat proses produksi, distribusi, dan perdagangan sehingga banyak barang yang dihasil yang dapat menyebabkan harga menjadi murah.

Ketiga, Revolusi Industri Gelombang ke-3 (Industrial Revolution 3.0). Berkembang pada era 1970'an, terutama di Amerika Serikat, dengan diperkenalkannya sistem teknologi informasi (IT) dan komputerisasi untuk menunjang otomatisasi produksi (production automation). 

Tidak seperti dua revolusi industri sebelumnya yang memerlukan beberapa dekade untuk menyebar, revolusi gelombang ke-3 ini menyebar begitu cepat ke negara-negara lain, dari daratan Eropa hingga Asia.

Revolusi Industri Gelombang ke-4 (Industrial Revolution 4.0). Era 2000'an hingga saat ini merupakan era penerapan teknologi modern, antara lain teknologi fiber (fiber technology) dan sistem jaringan terintegrasi (integrated network), yang bekerja di setiap aktivitas ekonomi, dari produksi hingga konsumsi , Industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data, semua sudah ada di mana-mana. 

Istilah ini dikenal dengan nama Internet of Things (IoT). Revolusi industri 4.0 menekankan pada kemampuan Artificial Intellegent (kecerdasan buatan) sehingga kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak.

Melalui dengan adanya penerapan teknologi modern sekarang ini, sektor industri tidak lagi semata-mata berfokus pada pengembangan usaha dan peningkatan laba, melainkan juga pada pendayagunaan dan optimalisasi setiap aktivitas, mulai dari pengadaan modal, proses produksi, hingga layanan kepada konsumen (World economic Forum. 

Impact of the Fourth Industrial Revolution on Supply Chains, October, 2017). Selain membawa dampak positif, revolusi industri 4.0 juga memunculkan berbagai tantangan yang mesti dijawab yang terjadi sekarang ini .  menurut pendapat The United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) menekankan agar kehadiran industri 4.0 bisa meningkatkan perekonomian negara-negara miskin dan berkembang, sekaligus mendorong terwujudnya agenda-agenda pembangunan seperti yang tertuang dalam the Sustainable Development Goals (SDGs) Namun demikian UNIDO juga mengkhawatirkan terjadinya gap yang semakin besar diantara negara-negara maju yang mampu mengaplikasikan teknologi modern, dengan negaranegara miskin dan berkembang yang tertinggal dalam pengembangan teknologi. 

BAGAIMANA PERKEMBANGAN FARMASI DALAM ERA REVOLUSI INDUSTRI ?

Dalam perkembangan revolusi industri 4.0 ini bukan hanya pada perekonomian saja yang mengalami perkembangan tetapi dan perkembangan di bidang kesehatan khususnya pada bidang farmasi yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. 

Dalam sejarahnya, pendidikan tinggi farmasi di Indonesia dibentuk untuk menghasilkan apoteker sebagai penanggung jawab apotek, dengan pesatnya perkembangan ilmu kefarmasian maka apoteker atau dikenal pula dengan sebutan farmasis, telah dapat menempati bidang pekerjaan yang makin luas. 

Apotek, rumah sakit, lembaga pemerintahan, perguruan tinggi, lembaga penelitian, laboratorium pengujian mutu, laboratorium klinis, laboratorium forensik, berbagai  jenis industri meliputi industri obat, kosmetik-kosmeseutikal, jamu, obat herbal, fitofarmaka, nutraseutikal, health food, obat veteriner dan industri vaksin, lembaga informasi obat serta badan asuransi kesehatan adalah tempat-tempat untuk farmasis melaksanakan pengabdian profesi kefarmasian. 

Pelayanan obat kepada penderita melalui berbagai tahapan pekerjaan meliputi diagnosis penyakit, pemilihan, penyiapan dan penyerahan obat kepada penderita yang menunjukkan suatu interaksi antara dokter, farmasis, penderita sendiri dan khusus di rumah sakit melibatkan perawat. 

Jumlah farmasis di Indonesia saat ini masih kurang dari 10.000 sehingga rasio terhadap penduduk Indonesia lebih kurang 1:20.000, sedangkan di negara lain rasionya jauh lebih kecil, Jepang (1:660), Thailand (1:1.000), Perancis (1:1.300), Amerika Serikat (1:1.430), Australia (1:1.700) dan Cina (1:5.000). Farmasis di Thailand proaktif memberikan informasi obat dari rumah ke rumah (family pharmacist), untuk aktivitas seperti ini diperlukan jumlah tenaga farmasis yang cukup.

Sekarang ini kita pada perkembangan farmasi klinis Praktek kefarmasiaan yang berorientasi kepada pasien lebih dari orientasi produk dengan ditandai dengan Ada interaksi antara farmasis, pasien dan tenaga kesehatan lain.  Tujuan farmasi klinis adalah memaksimalkan efek terapeutik, meminimalkan resiko dan biaya serta menghormati pilihan pasien

Di masa depan kita akan dihadapkan dengan perkembangan pharmaceutical care" yaitu penyediaan terapi obat yang bertanggung jawab oleh apoteker demi tujuan tercapainya hasil yang pasti dimana terjadi peningkatan kualitas hidup pasien.

Macam-macam hasil pengobatan : Penyakitnya sembuh tindak menimbulkan gejala yang lain dan gejala yang dialami hilang atau berkurang atau proses penyakitnya melambat atau berhenti, Terhindar dari suatu penyakit atau gejala-gejalanya. 

Pada Negara maju apoteker mempunyai peranan penting setara dengan dokter contohnya pada negara jerman. Menurut ilmuan Pharmaceutical care yaitu obat sampai ketangan pasien dalam keadaan baik, efektif dan aman disertai informasi yang jelas sehingga penggunaannya tepat dan mencapai kesembuhan; timbulnya penyakit baru 10 dan perubahan pola penyakit yang memerlukan pencarian obat baru atau obat yang lebih unggul ditinjau dari efektivitas dan keamanannya; meningkatnya penyalagunaan obat dan ketergantungan pada narkoba dan psikotropika merupakan tuntutan untuk dapat mengawasi penggunaan obat tersebut, mencari/mensintesis obat yang lebih aman dan mampu memberikan informasi tentang bahaya penyalahgunaan obat; farmasis sebagai partner dokter memacu farmasis untuk menguasai lebih mendalam ilmu farmakologi klinis dan farmakoterapi serta ilmu farmasi sosial dan komunikasi; farmasis sebagai penanggung jawab pengadaan obat di apotek, rumah sakit, pedagang besar farmasi, puskesmas dll. 

harus menguasai farmakoekonomi dan manajemen farmasi; tuntutan farmasis untuk dapat berperan dalam perkembangan industri Farmasi perkembangan drug delivery system, pengembangan cara produksi dan metode control kualitas; farmasis untuk menempati bidang pemerintahan yang berfungsi dalam perizinan, pengaturan, pengawasan, pengujian, pemeriksaan dan pembinaan; perkembangan farmasi veteriner, perkembangan medical devices (alat kesehatan, pereaksi diagnostik).  

Dengan adanya perkembangan teknologi yang cukup pesat kita dapat meningkatkan jumlah produksi obat  dan dalam pembuatan obat tidaka da campur tangan manusia yang dapat mengurangi sterlisasi dan akan diberiakan pelayanan seputar tentang obat atau konsultan seputar obat dengan teknologi kita dapat membuat aplikasi yang dapat menyambungkan si pasien dengan apoteker dan dapat diases dengan mudah yag dapat memberikan kemudahan dalam kehidupan dan dalam penelitian teknologi akan memberikan kemudahan contohnya saja mikroskop yang membantu dalam melihat benda-benda kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata langsung.

fasilitas yang di gunakan dapat membantu aktivitas dalam perusahaan obat,di rumah sakit bahan dalam praktikum serta penelitian. Menurut para ahli Apotek sedang mengalami perubahan, Industri Farmasi 4.0. Ini adalah cara baru di mana mengelola industri farmasi, menggabungkan lingkungan online sebagai offline. Konsep ini dapat diterapkan pada masalah manufaktur farmasi untuk secara signifikan meningkatkan produktivitas dan kualitas, mengurangi risiko dan limbah. Selain meningkatkan pemantauan real-time dan ketertelusuran dari rantai pasokan ke konsumen akhir. Juga, ia berusaha untuk mengotomatisasi proses manajemen dan dokumentasi yang kompleks, dengan perkembangan teknologi dapat meningkatkan kemudahan dalam mencari pengetahuan lebih jauh sehingga mencitakan apoteker cerdas bukan hanya itu dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap apoteker dan menciptakan adaptasi yang lebih efisien dengan persyaratan peraturan dari sektor ini. Prinsip untuk Menciptakan yang Apotek Cerdas ,hal-hal yang menjadi ciri-ciri bisa Menciptakan yang Apotek Cerdas yaitu :

  • Interoperabilitas Sistem- Kemampuan manusia dan mesin untuk mengkomunikasikan informasi secara lancar (data dianalisis dalam konteksnya) dengan cara yang berarti
  • Keterbukaan Informasi - representasi digital dari dunia fisik dengan mengintegrasikan sensor dan data real-time dengan informasi kontekstual
  • Bantuan Teknis - Penggunaan otomatisasi untuk melakukan tugas dan membuat informasi tentang proses untuk pengambilan keputusan manusia. 

Sehingga dapat disimpukan dengan adanya perkembangan teknologi pada era revolusi industry 4.0 ini dapat memberiakan perubahan yang sangat penting terjadi dalam struktur masyarakat Indonesia. Pengenalan masyarakat Indonesia dengan pendidikan Barat semakin membuka cakrawala mereka tentang nasib bangsanya. Kemampuan mereka untuk membaca hasil-hasil pemikiran yang berkembang di Barat secara langsung menumbuhkan kesadaran tentang nasib bangsanya yang sedang mengalami penjajahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun