Sebagai negara maritim yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar dalam menjaga kedaulatan dan keamanan wilayah lautnya. Laut merupakan jalur transportasi vital, sumber daya alam yang kaya, serta arena strategis yang rentan terhadap berbagai ancaman. Untuk menghadapi berbagai tantangan ini, Indonesia diperkuat dengan armada Angkatan Lautnya yang Tangguh dan modern. Di tengah ketegangan yang meningkat di Laut China Selatan, peran Taruna Akademi TNI Angkatan Laut (AAL) menjadi semakin penting bagi kedaulatan indonesia. Sebagai calon perwira yang sedang menjalani pendidikan dan pelatihan, mereka dipersiapkan untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada di laut, yang merupakan wilayah strategis bagi Indonesia. Peran mereka mencakup berbagai aspek, mulai dari pertahanan dan penegakan hukum hingga diplomasi dan pengembangan teknologi maritim.
   Laut China Selatan adalah salah satu wilayah maritim yang paling strategis dan diperebutkan di dunia. Indonesia, meskipun tidak terlibat langsung dalam sengketa utama, menghadapi berbagai ancaman di wilayah ini yang berpotensi mempengaruhi keamanan nasional dan stabilitas regional. Taruna AAL memiliki peran penting dalam mempersiapkan diri untuk mengatasi ancaman-ancaman ini melalui pendidikan dan pelatihan yang mereka terima. Ancaman yang mereka akan hadapi kedepannya antara lain klaim teritorial yang tumpang tindih, Illegal Unreported and Unregulated (IUU) Fishing, Kehadiran militer asing serta ancama Terorisme.
   Maka dari itu Taruna AAL dipersiapkan untuk terlibat dalam diplomasi militer dan kerjasama internasional. Mereka akan berpartisipasi dalam latihan gabungan dan operasi multilateral yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan maritim regional. Diplomasi maritim ini penting untuk membangun kepercayaan dan kerjasama dengan negara-negara tetangga dan mengurangi ketegangan di Laut China Selatan.
   Dalam esai ini, akan dianalisis mengenai peran taruna AAL sebagai garda depan dalam mengamankan wilayah maritim Indonesia dari ancaman di Laut China Selatan, serta pentingnya pendidikan yang mereka terima dalam membentuk perwira yang profesional dan berintegritas tinggi.
KEDAULATAN MARITIM INDONESIA
   Indonesia, dengan luas wilayah sekitar 7.81 juta kilometer persegi yang terdiri dari daratan dan lautan, adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Wilayah maritimnya yang luas meliputi tiga perairan utama: Samudra Hindia, Samudra Pasifik, dan Laut China Selatan. Dengan lebih dari 17.000 pulau yang tersebar di sepanjang khatulistiwa, Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia. Kedaulatan maritim Indonesia adalah aspek fundamental dari keamanan dan integritas teritorial negara ini. Kedaulatan maritim Indonesia didukung pula oleh United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS). UNCLOS menetapkan konsep Zona Teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), dan landas kontinen, yang memberikan landasan hukum bagi negara-negara untuk menetapkan batas-batas wilayah laut mereka. Indonesia menggunakan UNCLOS sebagai dasar untuk melindungi kedaulatannya di laut, termasuk melalui operasi penegakan hukum maritim oleh Badan Keamanan Laut Indonesia (Bakamla) dan TNI Angkatan Laut.
NINE DASH LINE
   Konsep "sembilan garis terputus" atau "Nine-Dash Line" adalah klaim teritorial yang diajukan oleh Tiongkok atas sebagian besar Laut China Selatan. Ini adalah garis putus-putus yang menunjukkan wilayah yang diklaim oleh Tiongkok, melingkari sebagian besar Laut China Selatan, dan mencakup sejumlah pulau, karang, dan formasi geografis lainnya. Klaim sembilan garis Tiongkok telah ditolak oleh banyak negara dan lembaga internasional, termasuk pengadilan arbitrase di bawah UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) yang menyatakan bahwa sembilan garis tersebut tidak memiliki dasar hukum yang sah. Klaim sembilan garis menciptakan ketidakpastian dan ancaman terhadap kedaulatan maritim negara-negara di Laut China Selatan, termasuk Indonesia. Hal ini memicu ketegangan dan perselisihan di kawasan tersebut.
WE CREATED A CONQUERORÂ
Â
   Pendidikan dan pelatihan Taruna Akademi TNI Angkatan Laut memainkan peran kunci dalam persiapan mereka untuk tugas menjaga kedaulatan maritim Indonesia, termasuk di Laut China Selatan. Taruna Angkatan Laut menerima pendidikan dalam etika militer, disiplin, dan kepemimpinan, yang mana Etika dan kepemimpinan yang kuat penting dalam menjaga integritas dan profesionalisme dalam menjalankan tugas-tugas mereka, serta memimpin pasukan mereka dengan efektif di bawah tekanan.
   Disamping itu pula Taruna Angkatan Laut menerima pendidikan yang menyeluruh tentang aspek-aspek maritim, termasuk navigasi, meteorologi laut, geografi maritim, dan hukum laut internasional. Penguasaan pengetahuan ini membekali mereka dengan pemahaman yang mendalam tentang lingkungan maritim di mana mereka akan bertugas, serta kewajiban dan hak Indonesia sesuai dengan hukum internasional, termasuk UNCLOS .
Mereka dilatih untuk memahami peran diplomasi dalam menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan maritim, serta bagaimana menggunakan diplomasi sebagai alat untuk mengatasi sengketa dan memperkuat hubungan bilateral. Lebih dalam lagi Taruna juga dapat berperan sebagai duta maritim Indonesia dalam berbagaiforum internasional, konferensi, atau acara diplomatik lainnya
TURN THE WHOLE WORLD'S EYES TO USÂ
   Dalam kalender akademik tahunan Taruna AAL pelayaran muhibah Kartika Jala Krida (KJK) merupakan sebuah Latihan praktek (Lattek) atau konsep yang diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan Taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) Tingkat III . Program ini bertujuan untuk membentuk karakter, keterampilan profesi, dan kepemimpinan taruna agar siap menjalankan tugas-tugas menjaga kedaulatan maritim Indonesia.Taruna dilibatkan dalam latihan bersama dengan angkatan laut negara-negara lain, yang memperkuat hubungan diplomatik dan kerja sama militer.
dengan menampilkan kapal perang yang modern dan terawat di pelabuhan asing, Indonesia mengirimkan pesan yang kuat tentang kemampuannya untuk menjaga kedaulatan maritim dan berkontribusi pada keamanan regional. Ini juga membantu membangun kepercayaan di antara negara-negara tetangga dan mitra internasional, bahwa Indonesia adalah mitra yang dapat diandalkan dalam menjaga perdamaian dan keamanan regional.
   Hubungan antar organisasi (relationship) merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk menyikapi persepsi pemangku kepentingan internal dan eksternal dalam mendukung kegiatan yang dilakukan dalam program Lattek KJK . Dalam konteks ini, membangun hubungan yang kuat dan kolaboratif dengan berbagai organisasi dan pihak terkait menjadi sangat penting untuk mencapai keberhasilan program. Strategi ini melibatkan komunikasi yang efektif, transparansi, dan kolaborasi yang erat antara semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan komunitas lokal. Melalui hubungan yang baik, setiap pihak dapat saling memahami kebutuhan dan harapan masing-masing, sehingga tercipta sinergi yang positif dalam pelaksanaan program. Selain itu, hubungan yang terjalin dengan baik memungkinkan pengelolaan sumber daya yang lebih efisien, penanganan masalah yang lebih cepat, dan peningkatan dukungan serta partisipasi dari pemangku kepentingan. Dengan demikian, strategi ini tidak hanya meningkatkan persepsi positif terhadap program Lattek KJK, tetapi juga memastikan bahwa program tersebut dapat berjalan secara berkelanjutan dan memberikan manfaat maksimal bagi semua pihak yang terlibat.
   Setiap program yang dijalankan pasti akan menghasilkan dampak, baik terhadap publik internal maupun eksternal, tergantung pada program dan citra yang ingin ditampilkan. Salah satu program yang telah dilaksanakan oleh Akademi Angkatan Laut (AAL) untuk membentuk citra positif di mata publik adalah Latihan Praktek Pelayaran Kartika Jala Krida (Lattek KJK). Program Lattek KJK ini telah memberikan dampak positif bagi Angkatan Laut Indonesia. Pengaruh positif ini terlihat dari antusiasme masyarakat di negara-negara yang dikunjungi oleh KRI Bima Suci dari Indonesia. Selain itu, kehadiran KRI Bima Suci dalam program Lattek KJK selalu dinantikan untuk kembali berkunjung ke negara-negara tersebut.
   Dengan demikian, kehadiran kapal perang Indonesia di pelabuhan asing berfungsi sebagai alat diplomasi maritim yang kuat, memperkuat citra Indonesia sebagai negara maritim yang kuat dan berpengaruh. Ini tidak hanya menunjukkan kekuatan militer, tetapi juga dedikasi terhadap kerjasama internasional dan komitmen untuk menjaga keamanan dan stabilitas maritim di kawasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H