Mohon tunggu...
Ammar Rezqianto
Ammar Rezqianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Film

OTT Masih Alternatif Sinema

29 Desember 2023   14:45 Diperbarui: 29 Desember 2023   15:02 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karya layar lebar sudah tak asing untuk kita. Pamflet-pamflet di jalan raya, iklan di layar tabung, cuplikan di media sosial, sudah biasa menjadi alat pemapar film bagi kita. Media penampil film pun sudah tidak hanya terdapat di bioskop sebagai rumah utamanya, tapi sudah merambah layar-layar kecil di genggaman sebagai rumah alternatifnya. Perambahan media tayang inilah yang memunculkan tren baru dalam menonton film, yaitu industri film digital.

Aspek digital memungkinkan sebuah film untuk ditransfer dan dinikmati dalam berbagai platform. Platform inilah yang kerap kita sebut platform digital. Sama halnya dengan platform-platform lainnya, pemutaran film secara digital ini pun akhirnya dikapitalisasi oleh para pemilik modal. Film layar lebar pun mulai dijual dan disewakan melalui layanan media over-the-top (OTT).

Layanan media OTT sendiri adalah layanan yang memungkinkan penonton memilih apa yang akan ia konsumsi. Dengan begitu, penonton tidak harus repot memilih dan menentukan jadwal film yang ia sukai layaknya berada di bioskop. Itulah nilai utama dari OTT. Namun demikian, dengan kemudahan seperti itu, OTT pun kerap membandrol harga untuk dapat dinikmati, disebut pula dengan berlangganan. Lalu, apakah harga yang dibayarkan untuk OTT lebih hemat bila kita bandingkan dengan menonton film di bioskop?

Bila kita bandingkan berdasar pada jumlah film yang dapat dinikmati, maka jelas OTT adalah pilihan terbaik. Dengan membayar langganan, maka kita dapat dengan bebas menikmati beragam film yang disediakan, setidaknya hal ini berlaku untuk sejumlah OTT besar. Namun demikian, tak jarang pula OTT memiliki tingkatan harga berlangganan; semakin mahal kita membayar maka semakin bagus pula kualitas film yang didapat. Kualitas dapat terdiri dari tiga, jernihnya visual film, jelasnya audio film, dan kayanya layanan yang diberi.

Sebut saja Netflix, layanan OTT ini dapat diperdebatkan sebagai OTT paling laris saat ini. Untuk dapat menikmati konten-konten film di dalam Netflix, kita harus merogoh kocek dengan ragam harga berbeda. Berikut adalah tingkatannya:

Langganan Mobile: Rp54.000/bulan 

Langganan Basic: Rp65.000/bulan   

Langganan Standard: Rp120.000/bulan

Langganan Premium: Rp186.000/bulan

Bila dibandingkan dengan harga tiket bioskop yang berkisar pada Rp25.000,- sampai Rp50.000,-, maka terlihat jelas keuntungan yang diberikan. Namun, bila kita bicara kualitas sinema, kemudahan yang diberi OTT tidak lantas memberi kenikmatan bioskop.

 Dalam bioskop, kita disuguhkan pengalaman terbaik dalam menonton film. Hal itu didasari atas sensasi menonton yang disuguhkan. Kekhasan utama bioskop pastilah pada layar besarnya. Dengan layar besar yang sudah dirancang tersebut, kita dapat menikmati kualitas visual terbaik dari suatu film dan lagi bila kita melihat teknis pemutaran film di bioskop yang masih kental mekanisnya, maka sangat jarang sekali terjadi kesalahan teknis atau pun yang sering dialami platform digital; gangguan sinyal. Ada pula suguhan perangkat audio mutakhir yang jelas mengalahkan perangkat audio dalam gawai atau televisi. Perangkat audio bioskop pun telah dimuat sedemikian rupa agar dapat menghasilkan pengalaman mendengar layaknya mendengar peristiwa langsung. Lebih jauh dari audio-visual, sekarang banyak pula bioskop yang menjanjikan pengalaman menonton yang merasakan langsung adegan dalam film. Mendukung pengalaman ini, arena bioskop disulap dengan berbagai peralatan, sebut saja kursi yang bisa bergoyang, pencahayaan yang dapat berubah sesuai adegan, cipratan air yang dapat keluar membasahi penonton, dan adanya teknologi 3D dan 4D. Tidak jarang pula pembuat film sengaja menambahkan berbagai efek yang hanya dapat dirasa bila kita melihatnya melalui layar bioskop. Harga tiket bioskop pun sebenarnya relatif murah bila kita hitung modal yang dikeluarkannya.

Dengan perbandingan kualitas dan kuantitas tersebut, layanan media OTT merupakan pilihan yang menarik untuk dicoba. Namun tetap, kita masih belum bisa mendapat pengalaman maksimal dari sinema menggunakan OTT. Dengan begitu, jelas OTT adalah pilihan alternatif untuk kita yang ingin menikmati sinema secara seutuhnya. Namun bisa menjadi pilihan utama untuk kita yang menginginkan sinema dalam cepatnya tangan bergenggam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun