Oleh Sultan, keempat sudut tersebut diberinama, yakni Jayawisesa (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut timur laut), Jayaprakosaningprang (sudut barat daya), dan Jayaprayitna (sudut tenggara). Jarak antara benteng dan keraton pun tidak terlampau jauh, yakni hanya sejauh peluru meriam yang ditembakkan. Hal ini sudah diperhitungkan Belanda jika suatu saat sultan berpaling dari mereka.
Benteng yang memiliki luas sekitar 2100 meter persegi dulunya bukan bernama Vredeburg, namun bernama Rustenburg yang artinya adalah peristirahatan. Kemudian pada tahun 1765-1788 Sultan menyempurnakan bangunan tersebut dan mengganti namanya menjadi Vredeburg yang artinya perdamaian.
Beralih Fungsi
Benteng Vredeburg awalnya dibentuk untuk pertahanan. Ini bisa kita lihat dari bentuk bangunan dan jarak lokasinya dengan keraton. Bangunan ini digunakan sebagai pertahanan pada tahun 1760-1830. Selepas itu pada tahun 1830-1945 beralih fungsi. Namun secara umum pada periode ini digunakan untuk markas militer Belanda dan Jepang.
Tahun 1945, kepemilikan benteng ini berubah. Benteng Vredeburg diambil alih oleh Indonesia dan dijadikan markas militer. Pada tahun 1980, benteng kemudian dialih fungsikan menjadi pusat informasi dan pengembangan budaya nusantara. Baru memasuki tahun 1985-1987 digunakan untuk museum perjuangan dan dibuka untuk umum.
Tahun 1922, barulah benteng ini dijadikan museum khusus perjuangan nasional. Kala itu, museum ini diberi nama Benteng Yogyakarta. Baru kemudian kembali lagi menggunakan nama Benteng Vredeburg.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H