Mohon tunggu...
M Ammar Mahardika
M Ammar Mahardika Mohon Tunggu... Insinyur - Service Engineer PT ALTRAK 1978

Lahir di Jakarta 16 Agustus 1996, suka menulis. Akhir-akhir ini membuat prosa seperti puisi atau cerpen. Salam kenal! :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kontemplasi Ulang Tahun 2019: Waktu Sukses Setiap Orang Berbeda-beda

16 Agustus 2019   21:18 Diperbarui: 16 Agustus 2019   21:26 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menurutku, hidup kita sendiri hanya kita sendiri juga yang bisa menakar. (Sumber: dokumen pribadi)

Malam semua,

Izinkan aku bercerita.

Aku bertemu dengan hari lahirku untuk ke-23kalinya hari ini (16/8). Sejujurnya, aku tak tahu rasanya. Seperti biasa saja. Keluargakuselalu merayakannya dengan sederhana; bangun subuh-subuh---lebih cepatdaripadaku, ambil kue yang dibelikemarin malam (baliknya agak larut agar aku yang sudah pulas tidak tahueksistensi kue tersebut), ambil kotak yang berisi kuenya, membuka kotaknya,menancapkan lilin, mencari korek---ini bagian tersulit karena anggota keluargakami tidak ada yang merokok, dan menyalakannya. 

Aku hanya perlu meniupnya, baiksecara langsung atau daring (terkadang aku tidak di rumah, seperti perayaantahun ini dan saat SMA di Bandung). Beberapa hari setelahnya kami sekeluargabaru makan-makan.

Ucapan yang akulontarkan sederhana saja, karena aku sudah tahu kalau ingin barang keren dancukup mahal, pasti tidak akan dibelikan. Makanya, aku bukan tipe peraya ulangtahun. 

Sejauh ini, gerutuku itu saja, sih. Sisanya, ulang tahun kujadikanpelajaran. Ulang tahun kali ini terasa spesial. Sebab, inilah pertama kali akumerayakan ulang tahun bukan lagi sebagai siswa atau siswa tertinggi (aliasmahasiswa). Sudah jadi pekerja. Seharusnya sudah menapak tahap kedewasaan,dong?

Tidak juga, sih. Aku tetapsaja iri melihat unggahan teman-teman di media sosial yang bisa bergaya borju. Ataubertemu orang-orang hebat di kantornya. 

Terkadang ada peyorasi bahwapekerjaanku ini murni "teknisi" (sepertinya bagi kalangan S1, kerja cukup kasarmerupakan sebuah degradasi). Atau kadang menggodaku jika aku cerita aku yangdigaji biasa saja di tempat kerjaku. Aku hanya selalu menjawab, "Iya, cari ilmudulu di sini."

Di balik semua itu, ada hal yang aku syukuri dengan bekerja di tempatku sekarang ini. Aku diberi kebebasan untuk melakukan apa saja di waktu kerjaku. Aku banyak melihat temanku yang harus berkutat dengan rekan-rekan kantornya lagi di tempat karaoke, bar, atau bahkan masih di kantor,melembur. 

Untukku yang lebih suka menyendiri, gaya hidup tersebut tidak cocok---walaupunpada nantinya aku mungkin dihadapkan dengan hal demikian. Aku juga diberikesempatan untuk menyentuh bagian Indonesia yang banyak orang belum jamah,meskipun sejauh ini baru ke dua tempat. Tempat-tempat yang orang-orang di pulau Jawa sana teriak "membelamereka" padahal mereka tidak merasa dibela.

Apa yang harus dibandingkan, sih, dari jalan hidup seseorang yang---kalau kata penganut agama Islam---sudah akil baligh;sudah dewasa. Buat apa merecoki ide dan pilihan kukuh orang tersebut, alih-alihmenghormatinya?

Pertama kali aku menumpahkan keluh-kesahtentang ulang tahunku yang sebenarnya rumit ini. Terima kasih telah membaca.

Bau-bau,

16 Agustus 2019

MAM


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun