1.
Aku berlindung kepada-Mu
dari godaan syaitan yang terkutuk
yang membuat kedua jariku
masuk di antara sela …mu
Â
2.Â
Yang titik-titik itu, jelas,
kehidupanmu
bukan yang lain
Â
Sekarang pertanyaannya
Apakah kau bahagia?
Ataukah kau sengsara?
dengan pelbagai liukan
kedua jariku di antar sela …mu
Â
3.
Kamu yang meringis
tiada arti
kecuali air matamu
yang meneteskan penghidupan
bukan dari darah yang berubah air susu
bukan dari air yang menjelma segumpal darah
Â
4.
Karena yang masuk
ke dalam tubuhmu
hanyalah kedua jariku
bukan yang lain;
bukan setetes ikatan
yang dirangkum dengan lidah di bibir
atau lidah di bagian tubuhmu yang lain
Â
5.
Kini kau telah sadar
kedua jariku hanyalah penyesalan
sela-sela …mu hanyalah sia
di surau ciptaan petani ringkih
yang membacok padi
dengan tangan peluhnya sendiri
Â
6.
Lalu kita mau apa sekarang?—
tiba-tiba kita ada di ruang tamu
rumah sederhanamu
yang semua kamar mandinya
ada di dalam kamar:
kamarmu,
kamar papamu, dan
kamar pembantumu
Â
7.
Ah, payah, cuma sejam
terus kau mau apa lagi?
terus aku harus bagaimana lagi?
agar Dia memberkati kita
di surau kesayangan kita
tempat dua salah, tiada yang benar
Â
8.
Dan akhirnya aku mengucap qabul
setelah penghulu bayaran itu
menghajarku dengan ijab
Â
Di mana, sih, esensinya?
ketika komitmen mengikat
hanya karena tetek-bengek
dua jari dan sela-sela?*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H