Dan sisanya ada di pelupuk matamu
Perasaan yang bercampur aduk ini didukung oleh dinginnya hawa yang diangkat oleh karpet rumput yang kita duduki ini. Ditambah dengan alunan nyanyian burung pipit yang tidak teratur. Lagu sendu yang mengayun-ayun, cerita cinta yang mengawang-awang.
Di taman kota ini aku membuka cerita, di sini pula aku menutup cerita. Kutandai dengan menuliskan namaku dan namamu di suatu daun gugur secara acak. Aku berharap daun ini berkelana, dan jatuh tepat di pekarangan rumah kita.
Suatu saat nanti.
Dari taman kota semua bermula.
Awalnya berdua, hingga menjadi keluarga.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H