Mengarungi sungai banjir pasca-Reformasi
yang muncul akibat pertumpahan darah—
mau darah jihat atau darah nifas
Â
Tatkala serpihan kegamangan timbul,
Larasati dengan sergap menangkisnya
Sebab ia tahu,
Badannya yang rusak ini hanya untuk anaknya
yang tak pernah lahir dari rahimnya sendiri.* Â Â
Â
(Teruntuk Pramoedya Ananta Toer, pejuang sejati tanpa darah yang telah menerangi setiap kalangan masyarakat Indonesia.)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!