Mohon tunggu...
Ammarista Dzakiyya A
Ammarista Dzakiyya A Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa MTsN 1 Kota Malang

Seorang otaku anime yang senang menggambar dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apakah Kalian Mengerti?

2 September 2024   21:03 Diperbarui: 2 September 2024   21:06 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau kita meremas kertas ini, bekasnya tidak akan hilang sesusah apapun kita meluruskannya. Ibarat hati dan perasaan, sakit hati dapat disembuhkan, namun bekasnya tidak hilang. Seperti paku yang menancap pada dinding, akan menimbulkan bekas lubang."

"Kelas 6 awal, dia disuruh lagi oleh orangtua dan sekolahnya untuk mengikuti kompetisi yang juga bergengsi. Salah satu kompetisi terbaik di negaranya. Cia mengikutinya lagi, dengan harapan tidak lolos ke tingkat Nasional. Namun Tuhan memberinya jalan untuk kembali berjuang. Tingkat Nasional diadakan di Ibu Kota negaranya. Seharusnya dia didampingi guru, tapi semua gurunya sibuk dan tidak ada yang bisa mendampingi. Alhasil, Cia ditemani saudaranya. Cia membelikan teman-teman sekelasnya gantungan kunci lucu, dengan harapan mereka mau berteman lagi dengan Cia."

"Gurunya baru datang ketika pengumuman dan penganugerahan medalis. Cia mendapatkan medali emas, dan tanpa sadar dia meloncat kegirangan hingga anak di sebelahnya kaget. Namun... Hal yang dia khawatirkan terjadi. Ketika memasuki kelas, dia disapa sedikit saja. 'Eeh, Cia datang, hee!'. 

Cia langsung saja membagikan gantungan kunci yang berukirkan nama teman-teman kelasnya masing-masing. Sudah, kebahagiaan Cia hanya sampai situ. Kenangan kelas 6 miliknya sangat buruk. Masa-masa yang seharusnya dihabiskan dengan puas bermain bersama teman sebelum perpisahan itu, justru berisi hal-hal menyedihkan baginya. 

Dikucilkan, disindir, perundungan verbal, dan masih banyak lagi. Jujur, dia tidak sudi berpelukan dengan teman sekelasnya ketika acara wisuda. Selepas wisuda, dia pergi, merantau ke pulau seberang. Mencari sekolah yang lingkungannya mendukung orang-orang seperti Cia. Namun, kenangan buruk tentang SD masih saja menghantuinya. Kenangan itu perlahan merenggut pengetahuan Cia, dan dia tenggelam dalam jurang gulita. Tidak tahu arah. Hanya dituntun oleh rasa cemas dan takut. Terkadang justru tidak berani melangkah kemana-mana."

"Apakah kalian mengerti? Apa yang baru saja aku ceritakan?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun